Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Randoseru, Tas Anak SD di Jepang yang Multifungsi

Kompas.com - 09/08/2020, 17:05 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Unggahan di media sosial seringkali menampilkan pengetahuan baru yang menarik.

Salah satunya diungkapkan oleh akun @kerumunan tentang randoseru, tas yang biasa dipakai anak sekolah di Jepang.

Bagi warganet yang pernah menonton serial animasi Jepang (anime) keberadaan tas ini tentu bukan hal yang asing. Misalnya dalam anime Doraemon, yang bercerita tentang Nobita Nobi, seorang siswa sekolah dasar di Jepang.

Baca juga: Jepang Hadapi Babak Baru Pandemi Corona, Bagaimana Situasinya?

Ketika menampilkan latar sekolah, Nobita dan teman-temannya terlihat mengenakan tas punggung dengan bentuk serupa. Tas inilah yang disebut sebagai randoseru.

Dalam unggahannya, akun @kerumunan menyebut bahwa randoseru selain berfungsi untuk membawa buku, juga memiliki fungsi lain, yaitu untuk melindungi anak-anak saat terjatuh.

"oh baru tau fungsi lain randoseru begini?????? yang i tau tu kalo misal kejengkang ke belakang bisa jadi pencegah jatoh bukan kepala duluan gitu wk,"  tulisnya.

Baca juga: Setelah Remdesivir, Jepang Setujui Deksametason Jadi Obat Covid-19

Benarkah demikian?

Multifungsi

Melansir Living in Japan, Minggu (9/8/2020) randoseru memiliki desain yang kokoh dan dulunya terbuat dari kulit binatang, meski saat ini sudah banyak yang memakai kulit sintetis.

Sementara itu, tas yang banyak beredar saat ini memiliki bobot yang lebih ringan dibanding pendahulunya, tetapi bobotnya tetap saja lebih dari 1 kilogram.

Adapun harganya, bervariasi mulai dari di bawah 30.000 yen atau Rp 4 juta hingga lebih dari 100.000 yen atau sekitar Rp 13 juta.

Bahkan, YouTuber Indonesia yang tinggal di Jepang, Kiki Desu Ne, dalam salah satu vlognya, 30 April 2018, pernah menunjukkan randoseru dengan harga Rp 17 juta.

Baca juga: Mengintip Masker Pintar Buatan Jepang yang Mendukung Panggilan Telepon

Baca juga: UFO Diduga Muncul di Jepang, Ini Sejarah Kemunculannya

Tahan lama

Sepintas, tas ini memang terlihat terlalu berat dan harganya juga termasuk mahal untuk siswa sekolah dasar.

Namun, terlepas dari dua hal tersebut, randoseru telah menjadi barang yang tidak bisa dipisahkan bagi anak-anak sekolah dasar di Jepang karena kualitas dan juga fungsinya.

Pertama, randoseru didesain untuk tahan digunakan setiap hari selama enam tahun masa sekolah dasar.

Baca juga: Remdesivir, Obat untuk Corona yang Diapresiasi BPOM AS dan Jepang

Beberapa produsen bahkan menawarkan garansi dan juga layanan perbaikan gratis bila terjadi kerusakan dalam masa enam tahun itu.

Kedua, tas punggung ini juga berfungsi sebagai bantalan bila anak jatuh terjengkang, sehingga, posisi jatuh anak tidak membahayakan kepala.

Tas ini juga bisa digunakan sebagai pelampung saat terjadi banjir, dan karena Jepang sering dilanda gempa, juga bisa digunakan untuk melindungi kepala saat terjadi keruntuhan bangunan.

Baca juga: Sumba Diguncang 112 Kali Gempa sejak 5 Agustus, Apa yang Terjadi?

Kemudian, karena anak-anak sekolah di Jepang berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, randoseru juga didesain tahan air. Hal ini membuat anak-anak tidak perlu khawatir buku-buku yang disimpan dalam tas akan basah saat terjadi hujan.

Selain itu, meski memiliki bobot yang cukup berat, namun desain randoseru memungkinkan beban tas dan isinya didistribusikan secara merata ke seluruh tubuh, dan tidak membebani punggung atau tulang belakang anak.

Hal ini dikarenakan tas ini sengaja didesain dengan memerhatikan struktur tubuh anak usia sekolah dasar, sehingga berat tas ini tidak mengganggu pertumbuhan tulang mereka.

Baca juga: Berikut Syarat Pembukaan Kembali Sekolah di Tengah Pandemi

Sejarah randoseru

Sebuah sekolah dasar dibuka kembali dengan para murid memakai masker pelindung, menyusul penyebaran penyakit virus korona (COVID-19), di Nagasaki, selatan Jepang, Senin (11/5/2020), dalam foto yang diambil oleh Kyodo.ANTARA FOTO/Kyodo/via REUTERS Sebuah sekolah dasar dibuka kembali dengan para murid memakai masker pelindung, menyusul penyebaran penyakit virus korona (COVID-19), di Nagasaki, selatan Jepang, Senin (11/5/2020), dalam foto yang diambil oleh Kyodo.

Meski saat ini digunakan sebagai tas sekolah untuk anak usia sekolah dasar, namun randoseru sebenarnya terinspirasi dari model tas punggung militer Belanda, yang disebut ransel.

Seiring dengan westernisasi di bidang militer, pada periode Edo, militer Jepang mengadopsi model tas punggung tentara Belanda.

Baru pada tahun Meiji 18 atau sekitar 1885, tas punggung militer ini digunakan oleh anak sekolah.

Sekolah pertama yang mengadopsi model tas ini adalah Gakushuin, dengan alasan agar anak-anak bisa menggerakkan kedua tangannya dengan bebas.

Baca juga: INFOGRAFIK: Mengenal Tas Siaga Covid-19 untuk Persiapan New Normal

Berselang dua tahun, pada Meiji 20, tas punggung yang memiliki desain mirip dengan randoseru modern muncul. Tas itu dihadiahkan oleh Hirofumi Ito kepada calon Kaisar Taisho, saat masuk ke sekolah Gakushuin.

Satu dekade kemudian, Gakushuin membuat standar ukuran dan bentuk randoseru yang terus dipakai dan tidak banyak berubah hingga saat ini.

Uniknya, pemakaian randoseru untuk anak-anak usia sekolah dasar sebenarnya tidak pernah diwajibkan oleh pemerintah Jepang.

Baca juga: Masih Jadi Misteri, Mengapa Sumur Air Zamzam Tidak Pernah Kering?

 

Melansir NHK World, Minggu (9/8/2020) alasan di balik maraknya kehadiran randoseru di Jepang masih menjadi misteri.

Padahal, di tingkat nasional, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains dan Teknologi mengatakan tidak pernah ada Undang-Undang yang mewajibkan penggunaannya.

Ini juga berlaku di tingkat lokal. Dewan Pendidikan Daerah Shibuya Tokyo mengatakan, meski mendorong siswa yang lebih muda untuk memakai ransel, seperti randoseru, jadi lengan mereka bebas untuk menahan jatuh, tidak ada peraturan yang mewajibkan penggunaannya.

"Gambaran siswa sekolah dasar dengan randoseru sangat umum di Jepang," kata seorang pejabat dewan pendidikan Shibuya.

"Saya pikir banyak anak menyukainya karena setiap orang memilikinya," imbuhnya.

Baca juga: Mengenal Hokkaido, Provinsi Bersalju yang Menjadi Sarang Virus Corona di Jepang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com