Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Ingatkan Waspada Gelombang Kedua, Epidemiolog: Gelombang Pertama Saja Belum Selesai...

Kompas.com - 29/07/2020, 06:30 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, Indonesia harus mewaspadai datangnya gelombang kedua virus corona jenis baru penyebab Covid-19.

Hal tersebut disampaikan Jokowi saat membuka rapat terbatas terkait postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021, di Istana Bogor, Selasa (28/7/2020).

"Kita tetap harus waspada kemungkinan dan antisipasi kita terhadap risiko terjadinya gelombang kedua, second wave, dan masih berlanjutnya sekali lagi ketidakpastian ekonomi global di tahun 2021," kata Jokowi.

Menanggapi pernyataan Jokowi, pakar epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono menilai, belum saatnya mengingatkan gelombang kedua.

Alasannya, saat ini Indonesia masih belum berhasil mengatasi gelombang pertama virus corona.

"Tidak tepat. Puncak gelombang pertama saja belum terlihat," kata Pandu saat dihubungi Kompas.com, Selasa (28/7/2020).

Baca juga: Jokowi: Kita Harus Waspada Gelombang Kedua Covid-19

Menurut Pandu, pernyataan Jokowi mengesankan seolah Indonesia sudah berhasil mengatasi gelombang pertama. Kenyataannya, ia menilai, gelombang pertama belum terlewati.

Implikasi dari pernyataan tersebut, kata dia, bisa menjadi kontraproduktif dalam penanganan pandemi Covid-19 karena masyarakat terlena dan mengendorkan kewaspadaannya.

"Jadi masyarakat kan menerima informasi yang tidak jelas. Seharusnya mengajak masyarakat untuk terus waspada, 'Kita harus waspada, jumlah kasus sekian, waspada, boleh keluar tapi pakai masker, waspada!' Begitu kan seharusnya," kata Pandu.

Ia memberikan masukan bahwa Presiden seharusnya memimpin langsung penanganan pandemi virus corona, dan tak membentuk komite atau gugus tugas baru.

Jika penanganan pandemi Covid-19 seperti saat ini, ia khawatir penambahan kasus akan terus terjadi hingga akhir tahun.

"Tiba-tiba hanya fokus di delapan provinsi zona merah. Jangan kayak gitu. Seharusnya semua wilayah Indonesia itu merah," kata Pandu.

Baca juga: Gelombang Ketiga dan Lonjakan Paling Menakutkan Kasus Covid-19 di Hong Kong...

Kewaspadaan di semua wilayah

Petugas kesehatan melakukan tes usap (swab test) terhadap guru di SMUN 1 Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (23/7/2020). Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar secara bertahap melakukan tes usap dan pemeriksaan kesehatan lengkap terhadap guru dan karyawan di sekolah negeri maupun swasta di Kalbar untuk mempersiapkan kegiatan belajar tatap muka pada 1 Agustus 2020. ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/aww.ANTARA FOTO/JESSICA HELENA WUYSANG Petugas kesehatan melakukan tes usap (swab test) terhadap guru di SMUN 1 Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (23/7/2020). Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar secara bertahap melakukan tes usap dan pemeriksaan kesehatan lengkap terhadap guru dan karyawan di sekolah negeri maupun swasta di Kalbar untuk mempersiapkan kegiatan belajar tatap muka pada 1 Agustus 2020. ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/aww.
Pandu mengingatkan, kewaspadaan terhadap pandemi virus corona seharusnya tidak hanya terbatas di zona merah, tetapi semua wilayah di Indonesia.

Perbedaan jumlah kasus satu daerah dengan daerah lain dinilainya karena jumlah testing yang terbatas.

Jika testing dilakukan secara masif dan angka positivity rate rendah, maka situasi bisa dikatakan lebih aman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Tren
Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com