Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilkada 2020, Tantangan Pesta Demokrasi Daerah di Tengah Pandemi Covid-19...

Kompas.com - 25/07/2020, 07:02 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pesta demokrasi lima tahunan dijadwalkan akan berlangsung pada akhir 2020 di berbagai daerah.

Pandemi virus corona mengakibatkan Pilkada 2020 yang seharusnya berlangsung pada 23 September 2020 itu mundur.

Dalam rapat dengan Komisi II DPR pada 27 Mei 2020, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengatakan, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mendukung pelaksanaan Pilkada 2020 pada 9 Desember 2020.

Hal tersebut merujuk pada Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pilkada yang diteken Presiden Joko Widodo pada 4 Mei 2020.

Apa saja tantangan penyelenggaraan Pilkada 2020 di tengah pandemi virus corona?

Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes mengatakan, ada tiga tantangan yang akan dihadapi oleh pemerintah.

Tantangan terbesar, menurut Arya, memastikan bahwa protokol kesehatan benar-benar diterapkan dengan baik.

"Yang paling penting adalah bagaimana KPU memastikan protokol kesehatan dilakukan dengan baik oleh setiap petugas di lapangan pada setiap tahapan," kata Arya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (24/7/2020).

Baca juga: AHY Bertemu Sohibul Iman Jumat Siang, Bahas Koalisi pada Pilkada 2020

Kedua, regulasi terkait penerapan protokol kesehatan dalam kampanye.

Dalam hal ini, Arya menyebut pengawasan aturan itu harus dilakukan dengan ketat.

Bahkan, jika perlu diberlakukan sanksi, khususnya kepada kandidat.

"Jadi itu bisa juga dimasukkan ke dalam pelanggaran kampanye. Misalnya, sanksinya dilarang melakukan kampanye selama seminggu," kata Arya.

"Harus ada law enforcement agar kandidat taat karena Pilkada ini kan subjeknya kandidat," lanjut dia.

Tantangan ketiga, proses sosialisasi KPU kepada publik dan kandidat pada masa Pilkada 2020.

Menurut dia, jangan sampai pesta demokrasi ini justru menjadi kemunculan klaster-klaster baru virus corona akibat kurangnya sosialisasi.

Terakhir, Arya mengingatkan mengenai kemungkinan potensi money politic yang semakin meningkat di tengah sulitnya kondisi ekonomi saat ini.

Terlebih, pendidikan politik yang masih rendah memperbesar peluang adanya politik uang itu.

"Di tengah pendidikan politik untuk menolak money politic itu tak maksimal, kondisi sulit, dan sikap publik yang masih mentolerir adanya money politic, itu membuat potensi money politic akan meningkat," kata Arya.

Baca juga: Istana Berharap Pilkada 2020 Tak Jadi Penyebaran Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER TREN] Sorotan Media Asing terhadap Kekalahan Indonesia Lawan Uzbekistan | Profil Shen Yinhao, Wasit yang Picu Kontroversi

[POPULER TREN] Sorotan Media Asing terhadap Kekalahan Indonesia Lawan Uzbekistan | Profil Shen Yinhao, Wasit yang Picu Kontroversi

Tren
Siapa Sukanto Tanoto yang Disebut-sebut Disiapkan Lahan Investasi di IKN?

Siapa Sukanto Tanoto yang Disebut-sebut Disiapkan Lahan Investasi di IKN?

Tren
Mengapa Artefak Indonesia Bisa Dicuri dan Diselundupkan?

Mengapa Artefak Indonesia Bisa Dicuri dan Diselundupkan?

Tren
55 Twibbon dan Ucapan Selamat Hari Pendidikan Nasional 2024

55 Twibbon dan Ucapan Selamat Hari Pendidikan Nasional 2024

Tren
Benarkah Tak Boleh Minum Teh Setelah Makan dan Saat Haid? Ini Penjelasan Ahli Gizi UGM

Benarkah Tak Boleh Minum Teh Setelah Makan dan Saat Haid? Ini Penjelasan Ahli Gizi UGM

Tren
Daftar Negara Peserta Olimpiade Paris 2024 Cabang Sepak Bola

Daftar Negara Peserta Olimpiade Paris 2024 Cabang Sepak Bola

Tren
Melihat Kekuatan Irak, Lawan Indonesia pada Perebutan Tempat Ketiga Piala Asia U23

Melihat Kekuatan Irak, Lawan Indonesia pada Perebutan Tempat Ketiga Piala Asia U23

Tren
8 Tim yang Lolos Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024, Siapa Saja?

8 Tim yang Lolos Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024, Siapa Saja?

Tren
20 Ucapan dan Twibbon Hari Buruh 1 Mei 2024

20 Ucapan dan Twibbon Hari Buruh 1 Mei 2024

Tren
Wasit VAR Sivakorn Pu-Udom dan Kontroversinya di Piala Asia U23 2024

Wasit VAR Sivakorn Pu-Udom dan Kontroversinya di Piala Asia U23 2024

Tren
Penjelasan PVMBG soal Gunung Ruang Kembali Meletus, Bisa Picu Tsunami

Penjelasan PVMBG soal Gunung Ruang Kembali Meletus, Bisa Picu Tsunami

Tren
100 Gerai KFC Malaysia Tutup di Tengah Aksi Boikot Produk Pro-Israel

100 Gerai KFC Malaysia Tutup di Tengah Aksi Boikot Produk Pro-Israel

Tren
5 Korupsi SYL di Kementan: Biaya Sunatan Cucu, Beli Mobil untuk Anak, hingga Bayar Biduan

5 Korupsi SYL di Kementan: Biaya Sunatan Cucu, Beli Mobil untuk Anak, hingga Bayar Biduan

Tren
Apa Itu Identitas Kependudukan Digital (IKD)? Berikut Tujuan dan Manfaatnya

Apa Itu Identitas Kependudukan Digital (IKD)? Berikut Tujuan dan Manfaatnya

Tren
AstraZeneca Akui Ada Efek Samping Langka pada Vaksinnya, Ahli dan Kemenkes Buka Suara

AstraZeneca Akui Ada Efek Samping Langka pada Vaksinnya, Ahli dan Kemenkes Buka Suara

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com