Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Kematian karena Covid-19 di Rumah Sakit Inggris Turun, Ini Penyebabnya Menurut Peneliti

Kompas.com - 13/07/2020, 20:45 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Jumlah kematian pasien infeksi virus corona Covid-19 di rumah sakit di Inggris menunjukkan tren penurunan.

Melansir BBC, peneliti dari Universitas Oxford menemukan bahwa proporsi pasien terinfeksi virus yang meninggal di Inggris turun dari 6 persen menjadi 1,5 persen pada periode April hingga Juni.

Adapun yang diduga menjadi penyebab turunnya angka kematian di rumah sakit ini adalah sudah adanya perawatan, perubahan populasi pasien serta efek musim yang dinilai juga memainkan peran.

Data penurunan ini muncul saat pemerintah Inggris bersiap untuk melonggarkan kuncian.

Sejak puncak wabah, pada 8 April sekitar 15.468 orang di rumah sakit di Inggris 6 persen di antaranya meninggal dunia.

Sementara pada 21 Juni, jumlah tersebut turun menjadi 1 persen menurut data yang dikompilasi Pengobatan Berbasis Bukti dari Universitas Oxford.

Acuan tren pandemi

Peneliti menilai, kematian kasus di rumah sakit adalah ukuran yang dapat dipakai sejak awal wabah, memberikan angka yang konsisten dan memungkinkan para peneliti untuk mencari tren kasus.

Dari penelitian, menunjukkan saat jumlah orang di rumah sakit dan mereka yang kritis menurun, maka kematian menunjukkan penurunan yang lebih cepat.

Tak hanya di Inggis, Prof Carl Heneghan, yang melakukan analisis, juga mengatakan pola penurunan angka kematian di rumah sakit juga terlihat di negara-negara lain, termasuk Italia.

"Kita harus menyelidiki apa yang berubah," kata dia.

Meski demikian peneliti belum menentukan apa alasan paling tepat di balik tren penurunan itu.

Akan tetapi mereka mengemukakan sejumlah alasan di antaranya adalah perawatan yang semakin baik yang dilakukan para tenaga medis.

Baca juga: 14 Dokter Meninggal dalam Sepekan, Kenapa Banyak Nakes Terinfeksi Covid-19?

Mampu mengobati pasien

Menurut mereka, kini staf layanan kesehatan diangap telah mampu mengobati dengan memakai obat yang ada meskipun tak ada terobosan besar dalam metode perawatan baru.

Sebagai contoh, dokter sekarang telah siap menghadapi pembekuan darah yang mungkin terjadi akibat virus, serta respons imun yang terlalu aktif ketika tubuh melawan virus.

Hal ini berbeda pada hari awal-awal di mana para dokter masih mencari pengobatan yang pas untuk mengobati gejala terkait masalah pernafasan.

Sementara, pada pasien perawatan kritis, obat steroid dexamethason juga telah digunakan untuk meredam reaksi kekebalan tak terkendali yang dapat merusak organ.

“Ini mungkin menjadi faktor kunci, tetapi tidak mungkin untuk menjelaskan tingkat kematian yang menurun,” ujar Prof Heneghan.

Penyebaran virus mereda

Sebab lain, para peneliti juga mengatakan ada kemungkinan karena saat ketegangan virus telah mulai reda, pasien-pasien dapat diterima tanpa melebihi ambang batas perawatan rumah sakit sebagaimana yang terjadi saat puncak epidemi.

Sehingga, kecil kemungkinan pasien-pasien tersebut untuk meninggal.

Peneliti juga menduga virus itu telah lebih dulu menginfeksi orang-orang yang rentan dan kini meninggalkan orang-orang yang berisiko lebih rendah untuk terinfeksi.

Kemungkinan lanjutan adalah sekelompok pasien lebih memilih tinggal di rumah sakit lebih lama, tidak dipulangkan tapi juga tidak menyerah dari virus.

Selain itu musim panas juga dianggap memainkan peran protektif dimana penyakit yang beredar cenderung lebih sedikit dan lebih banyak sinar matahari.

Baca juga: Catatan WHO Soal Covid-19 di Indonesia: Kapasitas Tes Masih Rendah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ramai soal Kepribadian Kucing Ditentukan oleh Warna Bulunya, Pakar: Tidak Selalu Kucing 'Oren' Barbar

Ramai soal Kepribadian Kucing Ditentukan oleh Warna Bulunya, Pakar: Tidak Selalu Kucing "Oren" Barbar

Tren
8 Suplemen untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh

8 Suplemen untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh

Tren
Profil Sadiq Khan, Anak Imigran Pakistan yang Sukses Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Profil Sadiq Khan, Anak Imigran Pakistan yang Sukses Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Tren
Bukan Cuma Olahraga, Lakukan 3 Gerakan Ini untuk Jaga Kesehatan

Bukan Cuma Olahraga, Lakukan 3 Gerakan Ini untuk Jaga Kesehatan

Tren
Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Kopi Sebelum Makan?

Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Kopi Sebelum Makan?

Tren
Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Mei 2024

Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN]  Ikan Tinggi Albumin, Cegah Sakit Ginjal dan Hati | Pemain Malaysia Disiram Air Keras

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Albumin, Cegah Sakit Ginjal dan Hati | Pemain Malaysia Disiram Air Keras

Tren
PBB Kecam Israel Buntut Pemberedelan Al Jazeera, Ancam Kebebasan Pers

PBB Kecam Israel Buntut Pemberedelan Al Jazeera, Ancam Kebebasan Pers

Tren
Waspada, Modus Penipuan Keberangkatan Haji dengan Visa Non-Haji

Waspada, Modus Penipuan Keberangkatan Haji dengan Visa Non-Haji

Tren
Cara Menyewa Kereta Api Luar Biasa untuk Perjalanan Wisata

Cara Menyewa Kereta Api Luar Biasa untuk Perjalanan Wisata

Tren
Kemendagri Pastikan PNS di Lubuklinggau yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia Sudah Kembali Jadi WNI

Kemendagri Pastikan PNS di Lubuklinggau yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia Sudah Kembali Jadi WNI

Tren
Ramai soal Milky Way di Langit Indonesia, Simak Waktu Terbaik untuk Menyaksikannya

Ramai soal Milky Way di Langit Indonesia, Simak Waktu Terbaik untuk Menyaksikannya

Tren
Seorang Suami di Cianjur Tak Tahu Istrinya Laki-laki, Begini Awal Mula Perkenalan Keduanya

Seorang Suami di Cianjur Tak Tahu Istrinya Laki-laki, Begini Awal Mula Perkenalan Keduanya

Tren
Cara Menghapus Semua Postingan Facebook, Mudah Bisa lewat HP

Cara Menghapus Semua Postingan Facebook, Mudah Bisa lewat HP

Tren
Dampak Pemasangan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, 21 Kereta Berhenti di Jatinegara hingga 30 November 2024

Dampak Pemasangan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, 21 Kereta Berhenti di Jatinegara hingga 30 November 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com