Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Minggu Setelah "Ultimatum" Jokowi, Kasus di Jatim Belum Melandai, Apa Tantangannya?

Kompas.com - 10/07/2020, 20:02 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo pada 25 Juni 2020 "mengultimatum" Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk mengendalikan kurva kasus infeksi virus corona di provinsi itu dalam waktu 2 minggu.

Hal itu disampaikan Jokowi dalam kunjungannya ke Jawa Timur.

"Saya minta dalam waktu dua minggu ini pengendaliannya betul-betul kita lakukan bersama-sama dan terintegrasi dari semua unit organisasi yang kita miliki di sini," kata Jokowi kala itu.

Jokowi meminta gugus tugas baik provinsi maupun kota dan kabupaten hingga rumah sakit bersama-sama melakukan manajemen krisis.

Harapannya, kata Jokowi, akan mengatasi dan menurunkan angka kasus positif Covid-19 di provinsi tersebut.

Pasalnya, kasus infeksi harian Jawa Timur selalu menjadi yang tertinggi dalam beberapa minggu terakhir.

Setelah dua minggu berlalu, kasus virus corona di Jatim belum juga melandai. Bahkan, pada Kamis (9/7/2020), Jawa Timur melaporkan 517 kasus baru.

Hingga hari ini, Jumat (10/7/2020), Jawa Timur mencatatkan kasus Covid-19 paling tinggi di Indonesia. Tercatat ada 15.730 orang terinfeksi, 1.152 orang meninggal dunia, dan 5.816 orang sembuh.

Baca juga: Upaya Jawa Timur Turunkan Kasus Covid-19 Sesuai Permintaan Jokowi...

Bagaimana situasi kasus Covid-19 di Jawa Timur? Apa yang menyebabkan sulitnya mengendalikan angka kasus di provinsi ini?

Tantangan Jawa Timur

Foto dirilis Kamis (25/6/2020), memperlihatkan petugas gabungan melakukan penyekatan saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Tahap III di Bundaran Waru, Surabaya, Jawa Timur. Sekitar 4.312 aparat gabungan diterjunkan guna mengamankan pelaksanaan PSBB di Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Sidoarjo, yang tiga kawasan itu lebih dikenal dengan Surabaya Raya.ANTARA FOTO/DIDIK SUHARTONO Foto dirilis Kamis (25/6/2020), memperlihatkan petugas gabungan melakukan penyekatan saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Tahap III di Bundaran Waru, Surabaya, Jawa Timur. Sekitar 4.312 aparat gabungan diterjunkan guna mengamankan pelaksanaan PSBB di Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Sidoarjo, yang tiga kawasan itu lebih dikenal dengan Surabaya Raya.
Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo mengatakan, penambahanan kasus di Jatim karena masih ada penularan di masyarakat.

Menurut dia, ada beberapa faktor yang memengaruhi hal itu. Pertama, densitas atau kepadatan penduduk.

"Makin padat penduduk suatu wilayah, makin tinggi risikonya untuk terjadi penularan di kalangan penduduknya, berarti attack rate makin tinggi," kata Windhu saat dihubungi Kompas.com, Jumat (10/7/2020).

"Surabaya yang menyumbang 46 persen kasus di Jatim adalah salah satu kota besar yg densitas penduduknya tinggi," tambah dia.

Kedua, kedisiplinan masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan juga sangat diperlukan untuk menekan penularan.

Baca juga: Sebaran Kasus Covid-19 di Indonesia Per 7 Juli: Jawa Timur Tertinggi

Pada kenyataannya, Windu menilai, kedisiplinan warga Jatim, khususnya Surabaya masih menjadi tantangan tersendiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Update Harga BBM Mei 2024: Pertamina Tetap, Shell, Vivo, dan BP Naik

Update Harga BBM Mei 2024: Pertamina Tetap, Shell, Vivo, dan BP Naik

Tren
Bertemu di Play-off Olimpiade Paris 2024, Ini Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Guinea

Bertemu di Play-off Olimpiade Paris 2024, Ini Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Guinea

Tren
Berapa Banyak Aktivitas Fisik yang Dibutuhkan Kucing Peliharaan?

Berapa Banyak Aktivitas Fisik yang Dibutuhkan Kucing Peliharaan?

Tren
Bisakah Vitamin D Menurunkan Berat Badan? Ini Penjelasannya

Bisakah Vitamin D Menurunkan Berat Badan? Ini Penjelasannya

Tren
Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024 Hari Ini

Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024 Hari Ini

Tren
Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tren
7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

Tren
Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Tren
Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Tren
Machu Picchu dan Borobudur

Machu Picchu dan Borobudur

Tren
6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

Tren
Bolehkah Memakai 'Pimple Patch' Lebih dari Sekali?

Bolehkah Memakai "Pimple Patch" Lebih dari Sekali?

Tren
Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com