Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 di Jatim Paling Tinggi, Bagaimana Saran Epidemiolog?

Kompas.com - 27/06/2020, 21:11 WIB
Mela Arnani,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus virus corona di Jawa Timur mendapat perhatian banyak pihak. Hal tersebut lantaran peningkatan kasus positif Covid-19 di Jatim tergolong tinggi, di mana beberapa waktu terakhir menjadi provinsi dengan penambahan kasus harian paling tinggi di Indonesia, bahkan melebihi DKI Jakarta.

Presiden Joko Widodo bahkan memberikan waktu selama dua minggu bagi Jatim untuk menurunkan laju penularan virus corona.

Secara khusus, Jokowi menyoroti Surabaya yang menjadi daerah penyumbang tertinggi kasus Covid-19 di Jawa Timur.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Zona Hitam di Surabaya dan Mengapa Bisa Terjadi?

Bagaimana epidemiolog menilai?

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan pemerintah dan masyarakat harus bahu membahu mendukung terlaksananya pengendalian kasus yang ekstrim.

Dalam hal peningkatan kasus yang sudah tinggi, terdapat strategi tambahan yang dapat dilakukan selain testing, tracing, dan isolasi, yaitu karantina wilayah atau PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar).

"Dengan kondisi yang sangat kritis, katakanlah grade-nya sudah lebih dari merah, maka PSBB atau karantina wilayah itu satu pilihan yang tidak bisa ditawar, harus dilakukan dalam waktu dua minggu itu," ujar Dicky saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (27/6/2020).

Sementara itu, masyarakat dapat menumbuhkan kesadaran untuk tetap tinggal di rumah.

"Masyarakat diam saja di rumah dalam waktu dua minggu ini untuk meredam kasus, meredam penularannya untuk membantu tracing, pelacakan kasus, ini membantu informasi," kata dia.

Baca juga: Penerapan New Normal, Zona Hitam di Surabaya, dan Penjelasan Khofifah...

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Sebabkan TBC? Ini Kata Dokter

Benarkah Tidur di Kamar Tanpa Jendela Sebabkan TBC? Ini Kata Dokter

Tren
Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Ini Daftar Kenaikan HET Beras Premium dan Medium hingga 31 Mei 2024

Tren
Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Ramai soal Nadiem Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris, Ini Kata Kemendikbud Ristek

Tren
Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Media Korsel Soroti Pertemuan Hwang Seon-hong dan Shin Tae-yong di Piala Asia U23

Tren
10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

10 Ras Anjing Pendamping yang Cocok Dipelihara di Usia Tua

Tren
5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

5 Manfaat Kesehatan Daging Buah Kelapa Muda, Salah Satunya Menurunkan Kolesterol

Tren
Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Viral, Video Sopir Bus Cekcok dengan Pengendara Motor di Purworejo, Ini Kata Polisi

Tren
PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

PDI-P Laporkan Hasil Pilpres 2024 ke PTUN Usai Putusan MK, Apa Efeknya?

Tren
UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

UKT Unsoed Tembus Belasan-Puluhan Juta, Kampus Sebut Mahasiswa Bisa Ajukan Keringanan

Tren
Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Sejarah dan Makna Setiap Warna pada Lima Cincin di Logo Olimpiade

Tren
Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Ramai Anjuran Pakai Masker karena Gas Beracun SO2 Menyebar di Kalimantan, Ini Kata BMKG

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Kenya Diterjang Banjir Bandang Lebih dari Sebulan, 38 Meninggal dan Ribuan Mengungsi

Tren
Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Dari Jakarta ke Penang, WNI Akhirnya Berhasil Obati Katarak di Korea

Tren
Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Warganet Kaitkan Kenaikan UKT Unsoed dengan Peralihan Menuju PTN-BH, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Israel Diduga Gunakan WhatsApp untuk Targetkan Serangan ke Palestina

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com