Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Jelaskan Alasan Gempa Jepara Terasa hingga Lombok dan Sumatera

Kompas.com - 07/07/2020, 13:45 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Sejumlah gempa terjadi di beberapa wilayah pada Selasa (7/7/2020) ini.

Salah satunya gempa bumi berkekuatan 6,1 magnitudo yang berpusat 53 kilometer dari Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, pada Selasa (7/7/2020) sekitar 05.54 WIB.

Getaran gempa tersebut dirasakan sampai ke daerah Karangkates, Nganjuk, Yogyakarta, Purworejo, Kuta dan Mataram dengan skala III MMI.

Selain juga terasa di Denpasar, Malang, Lumajang, Tulungagung, Blitar, Ponorogo, Pacitan, Surabaya, Wonogiri dan Kebumen II-III MMI.

Kemudian Banjarnegara, Pangandaran, Karangasem, Lombok Barat , Garut, Boyolali, Krui, Sekincau, Semaka, Pekalongan, Banyumas, Wonosobo, Magelang, Purbalingga dan Gianyar II MMI.

Terjadi di hiposenter yang dalam

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan mengapa getaran gempa bumi berkekuatan 6,1 M yang mengguncang Laut Jawa, tepatnya di sisi utara Jepara, Jawa Tengah, terasa hingga Sumatera, Bali, dan Lombok.

Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyebutkan alasan utama karena gempa terjadi di hiposenter yang begitu dalam, yakni 539 kilometer di bawah laut.

"Karena dalam banget, jadi menyebar luas," ujar Daryono saat dihubungi Selasa (7/7/2020) siang.

Dalam akun Twitter-nya Daryono juga menjelaskan hal yang sama.

Lebih lanjut Daryono menyebut gempa ini memiliki mekanisme pergerakan turun (normal fault) akibat adanya tarikan lempeng ke bawah.

Putusnya slab lempeng Indo-Australia

Gempa yang kemudian disebut sebagai Deep focus earthquake ini terjadi akibat putusnya slab lempeng Indo-Australia akibat gaya gravitasi.

"Slab lempeng Indo-Australia yang sudah menggantung kemudian putus karena adanya tarikan gaya gravitasi atau proses lempeng yang mulai menggulung balik (roll back)," jelas Daryono.

Meski tidak berpotensi tsunami dan belum menyebabkan adanya kerusakan berarti, guncangan gempa bumi tektonik ini bisa dirasakan di sebagian besar Pulau Jawa, Bali, Lombok, dan Sumatera bagian selatan.

Baca juga: Gempa Jepara Terasa hingga Banyumas, Kaca Rumah Bergetar

Selain dirasakan di pantai utara Jawa, gempa yang terjadi pada pukul 05.54 WIB pagi tadi juga terasa kencang di wilayah-wilaya selatan Jawa.

Menjelaskan hal itu, Daryono melalui akun Twitter-nya memberikan gambar ilustrasi yang bisa menunjukkan pergerakan gelombang seismik sehingga membuatnya terasa di Jawa bagian selatan.

Setelah guncangan gempa berkekuatan besar itu terjadi, beberapa saat kemudian tidak terdeteksi adanya gempa susulan.

"Hingga puku 06.25 WIB pagi ini, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan (aftershock)," sebut Daryono.

Baca juga: Dekat dengan Pusat Gempa M 6,1, Warga Jepara Malah Tak Rasakan Guncangan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Lolos ke Semifinal Piala Asia U23 2024, Indonesia Hentikan Rekor Korsel Lolos ke Olimpiade

Lolos ke Semifinal Piala Asia U23 2024, Indonesia Hentikan Rekor Korsel Lolos ke Olimpiade

Tren
6 Kelompok Orang yang Tidak Dianjurkan Mengonsumsi Kafein, Siapa Saja?

6 Kelompok Orang yang Tidak Dianjurkan Mengonsumsi Kafein, Siapa Saja?

Tren
Istri Bintang Emon Positif 'Narkoba' Usai Minum Obat Flu, Kok Bisa?

Istri Bintang Emon Positif "Narkoba" Usai Minum Obat Flu, Kok Bisa?

Tren
Kata Media Korea Selatan Usai Shin Tae-yong Kalahkan Timnas Mereka

Kata Media Korea Selatan Usai Shin Tae-yong Kalahkan Timnas Mereka

Tren
5 Gejala Kolesterol Tinggi pada Wanita di Atas 40 Tahun, Apa Saja?

5 Gejala Kolesterol Tinggi pada Wanita di Atas 40 Tahun, Apa Saja?

Tren
Kata Media Asing soal Kemenangan Indonesia atas Korsel, Sebut STY Sosok Ajaib

Kata Media Asing soal Kemenangan Indonesia atas Korsel, Sebut STY Sosok Ajaib

Tren
Profil Rafael Struick, Pemain Indonesia yang Akhiri 'Clean Sheet' Korsel di Piala Asia U23

Profil Rafael Struick, Pemain Indonesia yang Akhiri "Clean Sheet" Korsel di Piala Asia U23

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com