Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Infeksi Virus Corona Terus Meningkat, WHO Peringatkan untuk Lakukan Lockdown Lagi

Kompas.com - 04/07/2020, 16:50 WIB
Mela Arnani,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jumlah kasus infeksi akibat virus corona semakin meningkat di seluruh dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa wabah ini belum berakhir.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, peningkatan kasus Covid-19 disebabkan karena banyak negara kembali membuka perekonomian mereka.

"Secara global, pandemi ini sebenarnya sedang meningkat. Kita ingin semua selesai, tapi kenyataannya ini bahkan belum berakhir. Beberapa negara kini telah mengalami kebangkitan kasus saat mulai membuka kembali ekonomi dan masyarakat," kata Tedros seperti dikutip dari CNBC Internasional.

Menurut WHO, lebih dari 60 persen kasus baru setiap hari muncul dari negara-negara di Benua Amerika. 

Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang mengalami peningkatan kasus infeksi virus corona setelah membuka kembali perekonomian dan melonggarkan pembatasan di sebagian besar wilayahnya.

Baca juga: WHO Sebut Laporan Pertama Covid-19 Bukan dari China

Imbau kembali lakukan lockdown

Sementara itu, beberapa negara dengan penyebaran kasus virus corona yang pesat mungkin harus memulihkan kuncian dan pembatasan lain untuk menghentikan penyebaran virus.

Tedros memaparkan, selama seminggu terakhir, lebih dari 160.000 infeksi virus corona terkonfirmasi di seluruh dunia setiap harinya.

Sejauh ini, virus corona jenis baru telah menginfeksi lebih dari 11 juta orang di seluruh dunia dan menewaskan lebih dari setengah juta jiwa.

Kepala Unit Penyakit dan Zoonosis WHO Dr Maria Van Kerkhove menuturkan, beberapa negara telah berjuang untuk menekan penyebaran virus corona.

Baca juga: WHO Kirim Tim Kedua ke China untuk Penyelidikan Asal Virus Corona

Namun, banyak yang masih belum memiliki sistem terbaik untuk mencegah wabah lain.

"Beberapa negara yang telah berhasil menekan transmisi sekarang mungkin mengalami kemunduran. Mungkin harus menerapkan kuncian (lockdown) lagi," ujar dia.

Beberapa negara yang telah menghadapi pandemi paling efektif merupakan negara-negara dengan pengalaman baru-baru ini menangani wabah seperti SARS pada 2003 dan MERS pada 2013.

"Negara-negara tersebut mempunyai pengalaman langsung mengenai betapa berbahayanya patogen seperti ini," papar Maria.

Namun, tidak disebutkan secara spesifik negara mana saja yang dimaksud oleh WHO tersebut.

Baca juga: Virus Corona Disebut Bermutasi dan Lebih Mudah Menular

Wabah di beberapa negara memang tampak luar biasa, mendesak para pemimpin utnuk memecahkan masalah tersebut.

"Belum terlambat untuk mengubahnya. Belum terlambat untuk menyiapkan infrastruktur, mengerjakannya, dan menggunakannya secara tepat," tutur dia. 

Menurut dia, tidak ada solusi untuk mengurangi penyebaran virus corona.

Kecuali, negara-negara harus meningkatkan pengujian, membangun infrastruktur penelusuran, mendorong masyarakat mengenakan masker, memperhatikan jarak fisik, serta terus meneliti obat-obatan dan vaksin.

"Negara-negara yang telah mengadopsi pendekatan komprehensif ini telah menekan transmisi dan menyelamatkan nyawa," ujar dia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Tren
Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Tren
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Tren
Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com