Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

54.010 Kasus Positif, Bagaimana Prediksi Pandemi Corona di Indonesia?

Kompas.com - 29/06/2020, 09:05 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia kembali mengumumkan 1.198 kasus baru virus corona pada Minggu (28/6/2020).

Penambahan ini membuat jumlah total kasus virus corona di Indonesia menjadi sebanyak 54.010.

Adapun jumlah pasien sembuh sebanyak 22.936 orang atau bertambah 1.027 orang dari hari sebelumnya.

Baca juga: Jenis Virus Corona di Indonesia Disebut Tak Masuk Kategori yang Ada di Dunia, Ini Penjelasan Eijkman

Kemudian, jumlah kasus kematian total meningkat sebanyak 34 kasus menjadi 2.754.

Kasus-kasus ini tersebar di 34 provinsi dan 448 kabupaten/kota di Indonesia. 

 

Di lingkup global, kasus corona juga masih terus mengalami peningkatan. Menurut Worldometers ada lebih dari 10 juta kasus Covid-19 yang telah dikonfirmasi dari berbagai negara di dunia.

Lantas, apakah jumlah kasus ke depannya akan masih terus mengalami peningkatan?

Baca juga: WHO Tegaskan Vaksin Covid-19 Tak Akan Tersedia Sebelum Akhir 2021

Eliminasi Covid-19

Penumpang KRL Commuter Line tiba di Stasiun Bogor, Jumat (26/6/2020). Tim gugus tugas penanganan Covid-19 Jawa Barat melakukan rapid test dan tes usap pada penumpang KRL Commuter Line yang tiba di Stasiun Bogor untuk memetakan sebaran Covid-19.KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Penumpang KRL Commuter Line tiba di Stasiun Bogor, Jumat (26/6/2020). Tim gugus tugas penanganan Covid-19 Jawa Barat melakukan rapid test dan tes usap pada penumpang KRL Commuter Line yang tiba di Stasiun Bogor untuk memetakan sebaran Covid-19.

Menurut Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, tren global, regional, dan nasional relatif sama.

Selain itu, beberapa studi terbaru memperlihatkan besarnya tantangan penemuan obat dan vaksin untuk Covid-19 ini

"Maka tidak ada pilihan lain bagi dunia termasuk Indonesia untuk melakukan program eliminasi Covid-19," tuturnya saat dihubungi Kompas.com, Minggu (28/6/2020).

Sementara itu, melihat jumlah kasus harian Covid-19 yang dilaporkan di Indonesia saat ini, Dicky menyebut kemungkinan peningkatan kasus masih dapat terjadi dalam beberapa waktu ke depan.

"Akan terus terjadi (tren peningkatan kasus), karena kasus positif saat ini atau meninggal karena Covid-19 adalah buah dari penularan yang terjadi 2 minggu lebih yang lalu (inkubasi terlama sampai 28 hari)," jelas Dicky.

Baca juga: Kasus Covid-19 di Jatim Paling Tinggi, Bagaimana Saran Epidemiolog?

Belum puncak

Meskipun jumlah kasus baru yang dilaporkan setiap harinya di Indonesia telah memasuki angka rata-rata 1.000, Dicky menyebut bahwa kondisi tersebut belum menunjukkan puncak.

"Belum puncak dan potensi naiknya sangat besar," ujarnya.

Menurut dia, indikasi ketika cakupan tes masih kurang atau masih banyaknya kasus positif di dalam masyarakat yang belum terdeteksi adalah dari positive rate-nya. 

"Secara nasional kan rerata masih di atas 11 persen, idealnya 5 persen ke bawah. Itu pun dengan syarat jumlah tes tetap tinggi, bukan diturunkan," tambahnya.

Baca juga: Jadi Syarat Saat Bepergian di Era New Normal, Apa Itu PCR dan Mengapa Mahal?

Adapun cakupan tes yang tinggi ini akan berfungsi untuk menjaga supaya layanan kesehatan tetap cukup atau tidak overload akibat banyak pasien memerlukan ICU atau ventilator.

Dicky juga menyebut indikator tes lain, yaitu angka kematian.

"Bila angka kematian masih ada, artinya kita relatif masih di belakang kecepatan penularan Covid-19," sambungnya.

Baca juga: Ibu Hamil Disebut Memiliki Risiko Terkena Covid-19 Lebih Parah, Apa Alasannya?

Tanggung jawab bersama

Tim gugus tugas penanganan Covid-19 Jawa Barat melakukan rapid test dan tes usap Covid-19 pada penumpang KRL Commuter Line di Stasiun Bogor, Jumat (26/6/2020). Kegiatan yang dihadiri Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dan Walikota Bogor, Bima Arya Sugiarto ini dilakukan untuk memetakan sebaran Covid-19.KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Tim gugus tugas penanganan Covid-19 Jawa Barat melakukan rapid test dan tes usap Covid-19 pada penumpang KRL Commuter Line di Stasiun Bogor, Jumat (26/6/2020). Kegiatan yang dihadiri Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dan Walikota Bogor, Bima Arya Sugiarto ini dilakukan untuk memetakan sebaran Covid-19.

Dicky juga mengingatkan bahwa kasus penularan virus corona tidak hanya terjadi di komunitas melalui transmisi lokal, tetapi juga kasus impor, baik dari luar negeri atau luar wilayah.

"Artinya, program pengendalian yang dilakukan di dalam wilayah (tes, lacak kasus, isolasi, dan perubahan perilaku) tidak dapat dipisahkan dengan pengetatan di pintu masuk negara atau wilayah," jelasnya.

Baca juga: Ahli Ungkap Kemunculan Covid-19 di Spanyol sejak Maret 2019

"Selain itu, menjadi penting sekali untuk menanamkan pemahaman bahwa ini adalah tanggungjawab bersama. Setiap diri kita memiliki peran yang sangat penting untuk menghambat atau memperlambat penularan Covid-19," sambungnya.

Adapun langkah yang dapat dilakukan untuk menekan penyebaran Covid-19 adalah dengan mengubah perilaku.

"Memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak (3M) ini sangat mendasar dan bermanfaat untuk turut melandaikan kurva," ujar Dicky.

Baca juga: Jalan Panjang Wisma Atlet Kemayoran Sebelum Disulap Jadi RS Darurat Covid-19

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Panduan pencegahan virus corona di tempat kerja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com