Tapi dia menjelaskan, selama perjalanan pendaki tidak perlu menggunakan masker sampai menutup hidung. Hanya menutup mulut saja.
Hal itu karena jika menutup hidung akan menyulitkan pendaki dalam bernapas.
"Nanti istirahat atau di pos dipakai lagi. Karena kalau di pos tidak menguras tenaga," kata Sunardi.
Baca juga: Hadapi New Normal, Masih Perlukah Mengenakan Masker?
Tapi saat tiba di atas, tidak ada petugas. Sehingga pendaki diimbau untuk menjaga jarak dengan rombongan lain. Begitu pula saat mendirikan tenda, diimbau jaga jarak.
Sunardi melanjutkan, untuk tenda yang biasanya diisi empat orang, sebaiknya sekarang hanya diisi dua orang.
Saat turun pendaki tidak diperbolehkan lintas jalur.
Jadi misalnya naik dari Cemoro Kandhang, maka turun juga lewat sana. Dia mengatakan itu akan memudahkan pendataan petugas.
Dia mengatakan, ancaman di Lawu tak hanya corona. Tapi juga musim kemarau.
"Karena rawan kebakaran," kata dia.
Hal itu karena sebagian besar tanaman kering dan hampir dua minggu ini tidak turun hujan.
"Tetap hati-hati. Kalau enggak mendesak untuk penghangat tubuh dilarang untuk membuat api unggun. Kalau setelah buat api unggun harus dimatikan total untuk antisipasi kebakaran hutannya," katanya.
Baca juga: Ingin Liburan ke Luar Negeri? Ini 10 Tempat Wisata yang Kembali Dibuka