Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Peringatkan Fase Bahaya Pandemi Corona, Ini Kata Epidemiolog

Kompas.com - 21/06/2020, 19:05 WIB
Mela Arnani,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Pihaknya menjelaskan, seseorang merasakan kejenuhan setelah berbulan-bulan di rumah memang menjadi permasalahan klasik dalam sejarah pandemi. Kondisi tersebut juga seperti yang terjadi pada pandemi di tahun 1918-1920.

Meski begitu, masyarakat seharusnya tetap waspada dan tidak boleh abai terhadap upaya pencegahan.

"Ini penyakitnya karena penyakit yang menular dengan mudah ketika orang abai terhadap pencegahan. Dalam sejarah pandemi ada peningkatan kasus, akhirnya banyak yang sakit," ujar Dicky.

Bahkan, peningkatan kasus Covid-19 secara global pada dua hari terakhir menembus angka 100.000 kasus baru hariannya.

"Ini ada tanda yang sangat serius," tuturnya.

Baca juga: Bersiap New Normal di Indonesia: Protokol Kesehatan hingga Skenario Mendikbud

Testing harus terus dilakukan

Dicky mengungkapkan bahwa penambahan kasus salah satunya dapat terlihat jika setiap negara tetap konsisten melakukan upaya testing, namun hal ini tetap harus dilakukan.

Saat testing dilonggarkan karena kesalahpahaman bahwa banyaknya kasus diakibatkan lantaran test yang dilakukan, ini yang harus dibenarkan.

"Banyaknya kasus bukan akibat langsung daripada adanya banyak testing. Banyaknya kasus itu karena memang adanya kasus Covid-19 masyarakat yang sudah terjadi akibat penularan sebelum-sebelumnya," papar Dicky.

Sehingga, lanjut dia, testing merupakan upaya untuk mendeteksi bukan membuat kasus menjadi semakin banyak.

Testing juga diperlukan untuk mengetahui apakah suatu wilayah telah terkendali dan berdampak pada pemulihan kasus.

Lebih lanjut, peringatan yang disampaikan WHO haruslah disikapi serius oleh seluruh pihak.

"Ini peringatan yang berdasarkan pengalaman pandemi sebelumnya, research, dan pertimbangan analisa terkini," ujarnya.

Dicky memaparkan, fase berbahaya saat pandemi seringkali terjadi ketika pelonggaran kewaspadaan, intervensi atau strategi baik dilakukan di pemerintah maupun masyarakat.

"Ini harus diantisipasi, kita harus sabar. Kita harus belajar dari pandemi ratusan tahun lalu," kata dia.

Baca juga: 3 Bulan Tutup karena Virus Corona, Masjid-masjid di Mekkah Buka Kembali Besok 21 Juni

Covid-19 menyerang hampir seluruh organ

Ia menambahkan, potensi bahwa Covid-19 masih terus terjadi tetap ada, mengartikan adanya potensi penyebaran penularan akan terus berjalan.

"Kalau abai, justru ada kemungkinan bisa meningkat lagi. Dan ini artinya berpotensi meningkatkan jumlah orang sakit, berpotensi meningkatkan angka kematian," tuturnya.

Penyakit masih tetap menjadi sesuatu yang berbahaya karena belum terlalu banyak diketahui karakter penyakit hingga dampaknya pada tubuh.

"Karena semakin kita lihat dari hasil research ternyata ini bukan penyakit di saluran pernapasan saja. Tapi bersifat sistemik, menyerang hampir seluruh organ," paparnya.

Sehingga, seberapa jauh dampaknya harus tetap diantisipasi dan sebisa mungkin untuk mencegahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kasus Sangat Langka, Mata Seorang Wanita Alami Kebutaan Mendadak akibat Kanker Paru-paru

Kasus Sangat Langka, Mata Seorang Wanita Alami Kebutaan Mendadak akibat Kanker Paru-paru

Tren
Cara Buat Kartu Nikah Digital 2024 untuk Pengantin Lama dan Baru

Cara Buat Kartu Nikah Digital 2024 untuk Pengantin Lama dan Baru

Tren
Saat Warganet Soroti Kekayaan Dirjen Bea Cukai yang Mencapai Rp 51,8 Miliar...

Saat Warganet Soroti Kekayaan Dirjen Bea Cukai yang Mencapai Rp 51,8 Miliar...

Tren
Sejarah Tanggal 2 Mei Ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional

Sejarah Tanggal 2 Mei Ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional

Tren
7 Instansi yang Sudah Membuka Formasi untuk CASN 2024

7 Instansi yang Sudah Membuka Formasi untuk CASN 2024

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Daerah yang Merasakan Gempa Bandung M 4,2 | Madinah Banjir Setelah Hujan Turun 24 Jam

[POPULER TREN] Daerah yang Merasakan Gempa Bandung M 4,2 | Madinah Banjir Setelah Hujan Turun 24 Jam

Tren
Batal Menggagas Benaromologi

Batal Menggagas Benaromologi

Tren
Bukan Pluto, Ilmuwan Temukan Bukti Baru Adanya Planet Kesembilan dalam Tata Surya

Bukan Pluto, Ilmuwan Temukan Bukti Baru Adanya Planet Kesembilan dalam Tata Surya

Tren
Disebut Hewan Pemalas, Berikut Beberapa Fakta Unik tentang Kungkang atau Sloth

Disebut Hewan Pemalas, Berikut Beberapa Fakta Unik tentang Kungkang atau Sloth

Tren
Ramai soal Aturan Warung Madura Buka 24 Jam, Ini Penjelasan Menkop-UKM

Ramai soal Aturan Warung Madura Buka 24 Jam, Ini Penjelasan Menkop-UKM

Tren
Ramai soal Mahasiswi Undip Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah, Mundur Usai Diungkap Warganet

Ramai soal Mahasiswi Undip Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah, Mundur Usai Diungkap Warganet

Tren
Head to Head Indonesia vs Irak, Tim Garuda Terakhir Menang pada Tahun 2000

Head to Head Indonesia vs Irak, Tim Garuda Terakhir Menang pada Tahun 2000

Tren
Sejarah Kejuaraan Bulu Tangkis Dunia Piala Thomas dan Piala Uber, Apa Bedanya?

Sejarah Kejuaraan Bulu Tangkis Dunia Piala Thomas dan Piala Uber, Apa Bedanya?

Tren
Harga BBM, Elpiji, dan Tarif Listrik yang Berlaku 1 Mei 2024

Harga BBM, Elpiji, dan Tarif Listrik yang Berlaku 1 Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com