Pihaknya menjelaskan, seseorang merasakan kejenuhan setelah berbulan-bulan di rumah memang menjadi permasalahan klasik dalam sejarah pandemi. Kondisi tersebut juga seperti yang terjadi pada pandemi di tahun 1918-1920.
Meski begitu, masyarakat seharusnya tetap waspada dan tidak boleh abai terhadap upaya pencegahan.
"Ini penyakitnya karena penyakit yang menular dengan mudah ketika orang abai terhadap pencegahan. Dalam sejarah pandemi ada peningkatan kasus, akhirnya banyak yang sakit," ujar Dicky.
Bahkan, peningkatan kasus Covid-19 secara global pada dua hari terakhir menembus angka 100.000 kasus baru hariannya.
"Ini ada tanda yang sangat serius," tuturnya.
Baca juga: Bersiap New Normal di Indonesia: Protokol Kesehatan hingga Skenario Mendikbud
Dicky mengungkapkan bahwa penambahan kasus salah satunya dapat terlihat jika setiap negara tetap konsisten melakukan upaya testing, namun hal ini tetap harus dilakukan.
Saat testing dilonggarkan karena kesalahpahaman bahwa banyaknya kasus diakibatkan lantaran test yang dilakukan, ini yang harus dibenarkan.
"Banyaknya kasus bukan akibat langsung daripada adanya banyak testing. Banyaknya kasus itu karena memang adanya kasus Covid-19 masyarakat yang sudah terjadi akibat penularan sebelum-sebelumnya," papar Dicky.
Sehingga, lanjut dia, testing merupakan upaya untuk mendeteksi bukan membuat kasus menjadi semakin banyak.
Testing juga diperlukan untuk mengetahui apakah suatu wilayah telah terkendali dan berdampak pada pemulihan kasus.
Lebih lanjut, peringatan yang disampaikan WHO haruslah disikapi serius oleh seluruh pihak.
"Ini peringatan yang berdasarkan pengalaman pandemi sebelumnya, research, dan pertimbangan analisa terkini," ujarnya.
Dicky memaparkan, fase berbahaya saat pandemi seringkali terjadi ketika pelonggaran kewaspadaan, intervensi atau strategi baik dilakukan di pemerintah maupun masyarakat.
"Ini harus diantisipasi, kita harus sabar. Kita harus belajar dari pandemi ratusan tahun lalu," kata dia.
Baca juga: 3 Bulan Tutup karena Virus Corona, Masjid-masjid di Mekkah Buka Kembali Besok 21 Juni
Ia menambahkan, potensi bahwa Covid-19 masih terus terjadi tetap ada, mengartikan adanya potensi penyebaran penularan akan terus berjalan.
"Kalau abai, justru ada kemungkinan bisa meningkat lagi. Dan ini artinya berpotensi meningkatkan jumlah orang sakit, berpotensi meningkatkan angka kematian," tuturnya.
Penyakit masih tetap menjadi sesuatu yang berbahaya karena belum terlalu banyak diketahui karakter penyakit hingga dampaknya pada tubuh.
"Karena semakin kita lihat dari hasil research ternyata ini bukan penyakit di saluran pernapasan saja. Tapi bersifat sistemik, menyerang hampir seluruh organ," paparnya.
Sehingga, seberapa jauh dampaknya harus tetap diantisipasi dan sebisa mungkin untuk mencegahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.