Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanggapi Klaster Baru Covid-19, Para Pengantar Paket di Beijing Jalani Tes Swab

Kompas.com - 20/06/2020, 20:48 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pihak berwenang di Beijing kini tengah melakukan uji asam nukleat pada seluruh personel pengiriman makanan dan paket.

Langkah ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mengendalikan wabah virus corona yang kembali menyebar.

Mengutip Channel News Asia, 20 Juni 2020, pihak berwenang pun telah melakukan perluasan pengujian sejak klaster baru dari infeksi Covid-19 diidentifikasi minggu lalu.

Wabah tersebut saat ini telah melewati angka puncak sebelumnya pada awal Februari 2020.

Adapun tes asam nukleat mencakup pengambilan sampel swab dari para personil pengiriman makanan dan diuji apakah ada genome virus corona di dalamnya.

Baca juga: Jadi Syarat Saat Bepergian di Era New Normal, Apa Itu PCR dan Mengapa Mahal?

Cakupan pengujian

Awalnya, pengujian Covid-19 ini difokuskan pada wilayah pemukiman di dekat pasar Xinfandi, tempat di mana klaster baru virus corona ini diidentifikasi di Beijing.

Selain itu, juga bagi orang-orang yang bekerja dan berbelanja di sana.

Akan tetapi, saat ini, pihak berwenang menargetkan puluhan ribu petugas pengiriman yang secara teratur melintasi kota.

Adanya pengujian ini juga dikonfirmasi oleh para petugas pengiriman dan perusahaan pengiriman makanan.

Baca juga: Ramai soal Biaya Penanganan Pasien Covid-19 sampai Ratusan Juta, Ini Penjelasannya...

Pada Jumat (19/6/2020), firma pengiriman makanan Meituan Dianping mengonfirmasi bahwa seluruh petugas pengantarannya di Beijing akan diperiksa.

Kemudian, bagi mereka yang telah bertugas di wilayah-wilayah berisiko tinggi akan diliburkan untuk sementara waktu, menjalani tes asam nukleat, dan dikarantina di rumah selama 14 hari.

Selain itu, para pelanggan juga dapat melihat detail disinfeksi dari paket-paket yang diantarkan serta suhu tubuh dari petugas pengantar secara online.

Pihak berwenang sendiri telah menyoroti risiko kontaminasi melalui paket di Beijing.

Oleh karena itu, saat ini, mereka juga melakukan pengujian pada semua hal yang berhubungan dengan katering, termasuk staf restoran dan makanan impor.

Baca juga: Jepang Sudah Mulai New Normal, seperti Apa Praktiknya?

Penduduk di daerah berisiko rendah juga akan diperiksa

Total 2,3 juta tes asam nukleat telah dilakukan di Beijing hingga Sabtu (20/6/2020) pukul 6 pagi waktu setempat.

Penduduk dari 40 lingkungan yang berada di bawah kebijakan penguncian (lockdown) di ibu kota diwajibkan untuk mengisolasi diri di rumah untuk menghindari kemungkinan penularan virus corona lebih lanjut.

Sementara itu, bagi mereka yang tidak mematuhi aturan yang dilakukan akan dikarantina secara terpusat selama 14 hari.

Setelah itu, mereka harus melakukan tes asam nukleat dan dapat pergi jika hasilnya negatif.

Tak hanya tempat-tempat berisiko tinggi, semua orang yang tinggal di distrik Dongcheng, bagian timur Beijing, juga akan diperiksa meskipun tergolong daerah berisiko rendah. 

Baca juga: Bukan China, India Jadi Episentrum Baru Virus Corona di Asia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Manfaat Buah dan Sayur Berdasar Warnanya, Merah Bisa Cegah Kolesterol Tinggi

Manfaat Buah dan Sayur Berdasar Warnanya, Merah Bisa Cegah Kolesterol Tinggi

Tren
16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

Tren
Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Tren
Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Tren
Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Tren
Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

Tren
Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Tren
Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Tren
Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Tren
Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Tren
Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Tren
Cerita Rombongan Siswa SD 'Study Tour' Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Cerita Rombongan Siswa SD "Study Tour" Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com