Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sinergi UGM, Unair, dan Hepatika Ciptakan Rapid Test untuk Covid-19

Kompas.com - 20/06/2020, 10:04 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kolaborasi peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Airlangga (Unair), dan Laboratorium Hepatika menciptakan sebuah alat rapid test yang diberi nama Republik Indonesia Gadjah Mada Hepatika Airlangga (RIGHA).

Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM Sofia Mubarika Haryana mengatakan, alat rapid test yang beradar selama ini tak ada yang buatan dalam negeri.

Menurutnya, proyek pembuatan alat tes ini sudah didiskusikan sejak Maret 2020 lalu ketika virus corona mulai merebak di Indonesia.

Baca juga: Jenis Virus Corona di Indonesia Disebut Tak Masuk Kategori yang Ada di Dunia, Ini Penjelasan Eijkman

Namun, karena antigen yang harus dibeli dari Wuhan, China, proses pembuatan alat tersebut pun memakan waktu lama. Padahal, pembuatan alat tersebut sebenarnya bisa diselesaikan dalam waktu 2 minggu jika sudah memiliki antigan itu.

"Kita diberi tantangan dalam 2 bulan selesai, tapi kata Prof Mulyanto (ahli dari Hepatika) mengatakan 'Kalau kita punya antigen di tangan, sebenarnya dalam 2 minggu selesai'," kata Sofia saat dihubungi Kompas.com, Jumat (19/6/2020).

"Nah akhirnya kita memutuskan untuk membeli antigen, karena kalau kita mengisolasi sendiri antigen dari virus, selain persyaratannya yang rumit, purifikasi dari proteinnya juga sangat krusial," sambungnya.

Baca juga: Berikut 10 Provinsi dengan Nol Kasus Baru Covid-19

Waktu dua minggu

Tahanan Polres Salatiga menjalani rapid test.KOMPAS.com/IST Tahanan Polres Salatiga menjalani rapid test.

Setelah lebih dari satu bulan, antigen tersebut akhirnya bisa sampai ke Indonesia pada Mei 2020. Akan tetapi, antigen tersebut baru bisa digunakan pada pertengahan Mei setelah melalui proses bea cukai yang panjang.

Hanya butuh waktu 2 minggu alat itu selesai pada akhir 2020 dan diujikan untuk skala laboratorium pada 40 sampel libangkes dari pasien positif Covid-19 yang sudah dikonfirmasi menggunakan PCR.

Baca juga: Mengapa Warga di Makassar Tolak Rapid Test? Ini Penjelasan Sosiolog

Hasilnya pun menggembirakan karena memiliki sensitivitas 98 persen, lebih baik dibandingkan rapid test yang bereder.

"Dari 40 itu, kita mendapat sensitifitas 98 persen. Kalau rapid test yang beredar itu kualitasnya macem-macem, ada yang sangat jelek, ada yang cuma 30 persen, tapi ada juga yang bagus. Harganya juga lebih dari Rp 100 ribuan semua," papar dia.

Setelah melalui uji laboratorium untuk mengetahui tingkat sensitivitas, pengujian dilanjutkan ke tahap uji spesifitas yang dilakukan pada 100 serum di RSUD Mataram.

Hasilnya, diketahui alat tersebut memiliki spesifitas IgM 98 persen dan IgG 100 persen.

Baca juga: Waspada Gejala Baru Virus Corona, dari Sulit Berbicara hingga Halusinasi

Artinya, tes di skala laboratorium hasilnya sudah sangat bagus. Namun, hal itu masih tak cukup dan harus diuji di lapangan.

Menurut Sofia, uji lapangan dilakukan di beberapa rumah sakit dan puskesmas di lima kota, yaitu Yogyakarta, Solo, Semarang, Surabaya, dan Makassar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com