KOMPAS.com - Dalam konferensi pers bersama Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Graha BNPB, Selasa (16/6/2020) motivator Merry Riana membagikan "mantra" untuk menyiasati adaptasi kebiasaan baru yang aman dan produktif di masa pandemi Covid-19.
Di tengah situasi pandemi, masyarakat dihadapkan pada berbagai tantangan, baik ekonomi, sosial, dan budaya.
Merry mengajak masyarakat untuk berpikir positif dan beraksi nyata atau positive action untuk keluar dari krisis multidimensi di masa pandemi COVID-19.
Menurutnya, setiap dari individu mengalami hari baik dan hari yang kurang begitu baik dalam kehidupan sehari-hari.
Baca juga: Merry Riana: PSBB Dilonggarkan Tentu Kabar Baik, Tapi...
“Setiap hari pasti berbeda-beda. Tapi kita punya pilihan untuk tetap melakukan apa yang akan kita lakukan, apa pun situasinya. Apa pun situasinya, kita harus tetap produktif. Apapun situasinya kita harus yang berjalan di tengah new normal ini,” kata Merry.
Menyikapi dan menyiasati di saat krisis ini, Merry menyampaikan mantra yang bermanfaat beradaptasi kebiasaan baru.
“Apa pun yang terjadi, you have to get up, dress up, show up and never give up,” katanya.
Masyarakat dituntut melakukan adaptasi kebiasaan baru yang aman COVID-19 & produktif. Merry Riana memiliki mantra untuk menyiasati adaptasi tersebut, yaitu apa pun yang terjadi, you have to get up, dress up, show up and never give up. Selengkapnya : https://t.co/QA6IJgaTAK pic.twitter.com/RxCLSKBuTs
— BNPB Indonesia (@BNPB_Indonesia) June 16, 2020
Baca juga: Menjadi Motivator ala Merry Riana, Belajar dari TVRI
Pernyataan Merry Riana diunggah kembali oleh BNPB Indonesia melalui akun Twitter resmi mereka @BNPB_Indonesia. Namun, unggahan tersebut justru dihujani oleh komentar negatif dari warganet.
BNPB, pandemi memang bencana tapi jangan sampai memancing bias optimisme dengan toxic positivity begini ya
— Lathifah (@lathifah_nudhar) June 16, 2020
Hhhhhh mang kalo dah get up dress up bisa survive dgn isi atm yg sisa 5 digit? Jadi kalo gaji dipotong kita tetep mesti get up dress up gitu buat beradaptasi? Iya? Apaan sih ah jd curhat kan..
Please dia ngga memotivasi sama sekali
— rere (@havillatea) June 16, 2020
Omongan motivator apa bisa ngasi aku pekerjaan, habis di-PHK karena pandemi, pemerintah juga gak jelas penanganannya, malah motivator yg jadi solusi. Hhhh
— Ikhsan Muhammad (@ikhhsn) June 16, 2020
Baca juga: Merry Riana Ajak Masyarakat Banyak Bersyukur di Tengah Pandemi
Menurut Kuskridho Ambardi, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, reaksi negatif warganet di Twitter dibentuk oleh penilaian mereka yang melihat pemerintah sedikit kedodoran dalam menangani Covid-19.
Seperti saat Gugus Tugas mengangkat dr. Reisa Broto Asmoro sebagai bagian dari tim komunikasi Gugus Tugas.
Tidak sedikit warganet yang menuding bahwa penunjukan dr. Reisa didasarkan pada latar belakangnya sebagai selebriti, meskipun juga memiliki kapabilitas di bidang medis.
Meski demikian, Dodi, panggilan Kuskridho Ambardi, menyebut bahwa pemanfaatan selebriti untuk kampanye sebetulnya bukan hal baru. WHO, UNICEF, dan lembaga-lembaga internasional kerap menggunakan selebriti juga untuk kampanye publik mereka.
Selebriti pun kerap menjadi acuan masyarakat, khususnya bagi penggemarnya.
"Hanya saja, selebriti memiliki aura kredibilitas yang bervariasi. Sehingga pemilihan selebriti untuk tujuan kampanye publik perlu dilakukan hati-hati. Sejauh kasus Reisa, saya kira cocok dengan latar belakangnya," kata Dodi.
Baca juga: Sisi Lain Dokter Reisa, Tidak Ambisius, Tomboi, dan Pencinta Binatang
Alasan resmi penunjukan dr. Reisa adalah untuk membantu melakukan edukasi tentang Covid-19 terhadap masyarakat.
Menurut Dodi alasan itu cocok dengan latar belakang Reisa yang merupakan seorang dokter sekaligus memiliki pengalaman berhadapan denga publik. Untuk alasan ini, ia menilai penunjukkan itu normal saja.
Lalu apakah penunjukan dr. Reisa, dan kehadiran public figure seperti Merry Riana bisa memperbaiki kualitas komunikasi publik pemerintah?
"Jawabannya ya, kalau kita hanya berbicara tentang tugas khusus Reisa dalam melakukan edukasi. Tapi perbaikan itu terbatas, karena aspek komunikasi publik dan ragam pesan yg hendak disampaikan ke masyarakat sangat banyak," kata Dodi.
Baca juga: Achmad Yurianto: Saya Satu Tim dengan Dokter Reisa
Terlebih, masyarakat sudah telanjur "jengkel" dengan sebagian kebijakan dan koordinasi pemerintah yang buruk, serta inkonsisten dalam penanganan pandemi Covid-19.
"Jadi, tampilnya Reisa tidak akan bisa menyelesaikan problem-problem yang diakibatkan kesalahan kebijakan sebelumnya. Itu pekerjaan rumah yang juga harus diselesaikan pemerintah," kata Dodi.
Sementara untuk memperbaiki komunikasi publik, Dodi menyebut penunjukan dr. Reisa harus dibarengi dengan perbaikan perencanaan target dan isu-isu yg dihadapi kelompok masyarakat yang berbeda-beda.
"Ini saya kira yang juga perlu ditangani yang tak akan selesai hanya dengan penunjukan Reisa," kata Dodi.
Baca juga: Profil Dokter Reisa, dari Putri Indonesia hingga Tim Komunikasi Penanganan Covid-19
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.