Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Ingatkan Potensi Penularan Virus Corona dalam Aksi Demonstrasi di AS

Kompas.com - 04/06/2020, 14:41 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ahli kesehatan masyarakat dan pejabat pemerintah, termasuk Gubernur New York, memperingatkan bahwa aksi demonstrasi besar-besaran di jalan dapat memperburuk penyebaran virus corona.

Protes atas kematian George Floyd sejauh ini terus meluas hingga ke kota-kota termasuk New York, Los Angeles, dan Baltimore.

Aksi protes tersebut menghimpun ratusan, bahkan ribuan orang.

Gubernur New York Andrew Cuoma mengungkapkan kekhawatirannya akan aksi protes yang telah berlangsung di wilayahnya dalam beberapa hari terakhir.

"Kita berbicara tentang pembukaan kembali dalam satu minggu di New York City dan sekarang kita melihat pertemuan massal ini selama beberapa malam terakhir yang dapat memperburuk penyebaran Covid-19," kata Cuoma, dikutip dari Reuters, Selasa (2/6/2020).

Sementara, Wali Kota Atlanta Keisha Lance Bottoms merekomendasikan para peserta aksi protes untuk diuji Covid-19.

Baca juga: Marak Aksi Demonstrasi di AS, Kemenlu Imbau WNI Tak Keluar Rumah

Abaikan jarak aman dan sebaran droplet saat aksi

Pakar kesehatan menyebutkan, kedekatan jarak dan teriakan para peserta aksi dapat meningkatkan risiko penularan karena lebih banyak tetesan (droplet) yang dikeluarkan.

Menurut ahli penyakit menular di Vanderbilt University Medical Center, Dr William Schaffner, aksi yang berlangsung di tempat terbuka juga dapat mempercepat penyebaran virus karena terbawa oleh gerakan angin.

"Banyak orang memakai masker, itu juga akan membantu meredam kemungkinan penularan," kata dia.

Menurut dia, sulit untuk memperingatkan para peserta protes bahwa di dekat mereka ada virus.

Seorang ahli penyakit menular di John Hopkins University for Health Security, Dr Amesh Adalja, mengatakan, para demonstran agar memposisikan diri sebagai orang yang terpapar virus.

"Jika Anda termasuk salah satu dari peserta protes, Anda harus mempertimbangkan diri untuk terpapar," jelas dia.

Baca juga: Ben Affleck Turun ke Jalan Dukung Aksi Protes Black Lives Matter 

Sekitar 4.000 pengunjuk rasa mengikuti aksi demo menentang kematian George Floyd dalam protes bertajuk Black Lives Matter di Auckland, Selandia Baru, Senin (1/6/2020). Kematian George Floyd setelah lehernya ditindih lutut polisi berkulit putih di Minneapolis, AS, turut menimbulkan reaksi keras dari banyak orang di berbagai negara.AFP/MICHAEL BRADLEY Sekitar 4.000 pengunjuk rasa mengikuti aksi demo menentang kematian George Floyd dalam protes bertajuk Black Lives Matter di Auckland, Selandia Baru, Senin (1/6/2020). Kematian George Floyd setelah lehernya ditindih lutut polisi berkulit putih di Minneapolis, AS, turut menimbulkan reaksi keras dari banyak orang di berbagai negara.
Seperti diketahui, gelombang protes akibat kematian George Floyd telah berlangsung sejak 28 Mei 2020 dan meluas hingga hampir seluruh kota seantero AS.

Floyd tewas setelah lehernya ditindih oleh Derek Chauvin, polisi yang menanggapi laporan bahwa korban membeli barang dengan uang palsu.

"Aku tak bisa bernapas," ujar Floyd yang kemudian menjadi kalimat penghabisannya, setelah Chauvin diketahui terus menekan lehernya.

Gelombang protes bahkan terjadi di luar Gedung Putih hingga membuat Presiden AS Donald Trump diungsikan ke bunker.

Di sisi lain, AS juga tengah berjuang melawan penyebaran virus corona yang tak kunjung berakhir.

Sejauh ini, AS menjadi negara yang memiliki kasus tertinggi di dunia dengan lebih dari 1,8 juta kasus dan 107.175 kematian.

Baca juga: Atlet NFL Terpapar Covid-19 Usai Ikut Aksi Protes Kematian George Floyd

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Tren
Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Tren
Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Tren
Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Tren
Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Tren
Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Tren
Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com