Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelemahan Medan Magnet Bumi, Apakah Dampaknya?

Kompas.com - 03/06/2020, 12:03 WIB
Nur Rohmi Aida,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Pelemahan medan magnet yang diduga berkaitan dengan anomali Atlantik Selatan tengah menjadi perhatian banyak peneliti.

Fenomena yang muncul pada 1970 tersebut, melansir dari Science Allert tumbuh dan bergerak ke arah Barat dengan kecepatan sekitar 20 kilometer (12 mil per tahun).

Data satelit baru dari Badan Antariksa Eropa (ESA) menunjukkan anomali yang melemahkan medan magnet tersebut terus berevolusi dan para ahli memperingatkan bahwa kita mungkin segera bermasalah dengan fenomena tersebut.

“Titik minimum Timur dari anomali Atlantik Selatan telah muncul beberapa dekade silam dan dalam beberapa tahun terakhir berkembang cukup pesat,” kata Jürgen Matzka, dari Pusat Penelitian Jerman untuk Geosains.

Fenomena pelemahan medan magnet sendiri dipantau oleh satelit Swarn dari ESA.

“Tantangan yang dihadapi saat ini adalah memahami proses bagaimana inti Bumi menimbulkan perubahan tersebut,” ujar Jurgen sebagaimana dikutip dari laman The Sun.

Baca juga: Medan Magnet Kuno di Mars Ungkap Sejarah Evolusi Planet Merah

Dampak pelemahan medan magnet

Melansir dari website Edukasi Sains Lapan, medan magnet bumi membentuk selubung yang memiliki fungsi melindungi bumi dari radiasi kosmis dan berbagai partikel berenergi matahari yang dibawa angin matahari yang selalu berhembus.

“(Pelemahan medan magnet) proses alami yang terjadi dalam jangka panjang,” ujar Kepala Bidang Diseminasi Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Emanuel Sungging saat dihubungi Kompas.com Rabu (3/6/2020).

Sungging menjelaskan dampak pelemahan medan magnet bumi terutama berkaitan dengan teknologi satelit.

“Tentunya bahayanya pada teknologi tinggi seperti satelit, karena begitu medan magnet lemah begitu ada hujan partikel antariksa bisa langsung mempengaruhi kinerja satelit,” ujar dia.

Adapun dampak kesehatan menurutnya yang berdampak langsung adalah astronot. “Yang di bumi perlu kajian lebih lanjut,” ujar dia.

Baca juga: Teori Dasar Kemagnetan: Sifat dan Medan Magnet

Kekhawatiran pembalikan kutub

Melansir dari Express, beberapa ilmuwan percaya medan magnet yang melemah dapat berarti Bumi menuju pembalikan kutub magnet, yang merupakan fenomena alam yang diperkirakan terjadi setiap 200.000 -300.000 tahun.

Pembalikan Kutub Utara dan Selatan magnet disebut dengan pembalikan geomagnetik.

Perlu dipahami, ini tidak sama dengan geografis Utara-Selatan yang tidak bergerak.

Para peneliti percaya, sejak 40.000 tahun yang lalu kutub medan magnet telah berusaha membalikkan dirinya tapi gagal.

Alhasil, terakhir kali kutub berganti tempat adalah 780.000 tahun yang lalu, yang artinya itu sudah lama terlambat dari siklus medan magnet seharusnya.

Dan apabila pembalikan itu benar akan terjadi, maka itu akan mengurangi kekuatan medan magnet.

Baca juga: Kristal Kuno Australia Ungkap Misteri Medan Magnet Pertama Bumi

Medan magnet terbagi menjadi dua yakni medan magnet utama dan medan magnet sekular.

Medan utama Bumi memiliki geometri dipol simetri di mana Kutub Utara-Selatan geografik, berimpit dengan Kutub Utara-Selatan magnetik.

Sedangkan medan sekular mengakibatkan terjadinya pergeseran Kutub Utara-Selatan magnetik dari Kutub Utara-Selatan geografis.

Pembalikan orientasi medan magnet bumi yang paling terakhir terjadi sekitar 780.000 tahun yang lalu, dikenal dengan sebutan Brunhes-Matuyama reversal.

Penyebab pembalikan orientasi medan magnet bumi ini masih dalam penelitian, tetapi mekanismenya diduga terkait dengan konveksi di batas mantel dan inti bumi yang membangkitkan medan magnet induksi.

Baca juga: Manfaat Medan Magnet Bumi pada Migrasi Hewan

.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com