Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Peringatkan Gelombang Kedua di Negara yang Alami Penurunan Kasus Covid-19

Kompas.com - 26/05/2020, 14:47 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

Sumber Reuters

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memeringatkan negara-negara yang alami penurunan kasus Covid-19, masih dapat menghadapi gelombang kedua pandemi dalam waktu dekat. 

Dilansir Reuters, Selasa (26/5/2020), hal dapat terjadi jika terlalu cepat mengambil langkah-langkah untuk menghentikan wabah.

Kepala Kedaruratan WHO Dr Mike Ryan mengatakan, hal itu lantaran dunia masih berada di tengah-tengah gelombang pertama penyebaran virus corona.

Selain itu, lanjut Ryan, sementara kasus-kasus menurun di banyak negara, masih akan terjadi peningkatan kasus misalnya di Amerika Tengah, Selatan, Asia Selatan, dan Afrika.

Baca juga: Antisipasi Corona, Viral Unggahan Pocong dan Keranda Mayat Jadi Penjaga Portal Jalan Dusun di Kediri

Pandemi datang dalam beberapa gelombang

Ryan mengungkapkan, pandemi sering datang dalam beberapa gelombang, artinya wabah masih dapat kembali di akhir tahun ini di wilayah gelombang pertama mereda.

Ada juga kemungkinan bahwa tingkat infeksi dapat naik lagi lebih cepat jika langkah-langkah untuk menghentikan gelombang pertama diangkat terlalu cepat.

"Ketika kita berbicara tentang gelombang kedua secara klasik apa yang sering kita maksudkan adalah akan ada gelombang pertama penyakit itu sendiri. Kemudian, kambuh berbulan-bulan kemudian, itu mungkin menjadi kenyataan bagi banyak negara dalam beberapa bulan," kata Ryan.

Meski demikian, masyarakat juga harus menyadari fakta bahwa penyakit ini dapat melonjak kapan saja.

"Kita tidak dapat membuat asumsi bahwa hanya karena penyakit sedang dalam perjalanan sekarang ini akan terus turun dan kita mendapatkan beberapa bulan untuk bersiap-siap untuk gelombang kedua. Kita mungkin mendapatkan puncak kedua dalam gelombang ini," imbuh Ryan.

Baca juga: Tips Rencanakan Liburan Setelah Pandemi Corona

Terapkan beberapa langkah

Ryan memaparkan, negara-negara di Eropa dan Amerika Utara harus mulai memikirkan beberapa langkah-langkah.

Misalnya, seperti menempatkan kesehatan masyarakat dan langkah-langkah sosial, pengawasan, pengujian, dan strategi komprehensif.

Hal itu bukan tanpa alasan, tidak lain untuk memastikan bahwa kurva terus pada lintasan menurun dan mengecilkan kemungkinan puncak kedua Covid-19 dapat terjadi.

Banyak negara Eropa dan negara bagian AS telah mengambil langkah dalam beberapa pekan terakhir untuk melonggarkan penguncian atau lockdown.

Baca juga: Update Virus Corona di Dunia 26 Mei: 5,5 Juta Orang Terinfeksi | Pujian WHO kepada China

Penyelidikan respons global terhadap pandemi

Diberitakan sebelumnya, WHO telah sepakat untuk mengadakan penyelidikan atas respons global terhadap pandemi virus corona.

Negara-negara anggota WHO menyetujui tanpa keberatan pada pertemuan Majelis Kesehatan Dunia pada Selasa (19/5/2020), setelah Uni Eropa dan Australia memimpin seruan untuk penyelidikan.

AS menuduh China menyembunyikan informasi tentang virus itu, sementara Beijing merespons dengan mempertahankan penanganan wabahnya.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan komitmennya untuk bersikap transparan, bertanggung jawab, dan melakukan perbaikan terus-menerus.

Tapi pertemuan dan keputusan WHO terjadi pada saat yang kritis bagi WHO. Belum lama ini, Trump menuduh WHO bermain politik dengan China.

Hal itu lantaran WHO memuji pembatasan perjalanan domestik China yang ketat. Trump bahkan mengancam akan menarik dana atau bahkan menangguhkan keanggotaan Amerika Serikat dari WHO.

Baca juga: 4 Hal agar Bisnis Startup Tetap Eksis di Tengah Pandemi Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Tren
Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Tren
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Tren
Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com