Nah lho, pusinglah Si Dokter untuk menerjemahkan keluhan pasien dalam mendiagnosa penyakitnya untuk mencarikan “drug of choice”, obat yang tepat bagi sang pasien.
Geringgingen itu mewakili banyak hal seperti keringat dingin, agak menggigil, meriang dan lain-lain rasa tidak enak di badan.
Banyak kata-kata bahasa Jawa populer atau bahasa Jawa jalanan yang sangat mewakili perasaan dan menancap dalam sekali di hati.
Mumet misalnya, yang tidak hanya mewakili pusing dan kehabisan akal akan tetapi juga bisa mewakili rasa kecewa yang menyertainya.
Belum lagi istilah awakku remuk atau pinggang pedhot, dan masih banyak lainnya, yang sekali lagi selain mewakili sekian banyak maksud dalam mengutarakan “rasa” juga sulit dicari padanannya dalam bahasa Indonesia.
Mungkin saja saya keliru, akan tetapi saya memahaminya seperti itu dan senang sekali mendengar istilah-istilah tersebut karena merasa terwakili untuk mengutarakan rasa hati dalam kata-kata.
Terminolgi ambyar, remuk, pedhot, mumet, nelongso dan banyak lainnya terasa sekali sangat representatif mewakili rasa “kecewa” dalam menghadapi kenyataan yang tidak nyaman.
Mohon dimaafkan apabila persepsi saya keliru karena memang saya tidak menguasai bahasa Jawa, tetapi itulah yang saya rasakan.
Kembali mendengarkan lagu-lagu Didi Kempot yang lirik syairnya banyak mengutarakan kekecewaan dan patah hati, sehingga memperoleh gelar "The Godfather of Broken Heart", kiranya persepsi saya tidak keliru-keliru amat.
Sebagian besar lagu-lagu Didi Kempot berirama mirip mirip dengan lagu “Cucak Rowo” yang iramanya dikenal secara universal dan selalu disertai nuansa jenaka.
Inilah kunci mengapa lagu-lagu Didi Kempot tidak dikategorikan ke lagu cengeng, walau berisi banyak hal tentang patah hati.
Bahkan sebaliknya, karena teriakan kekecewaan yang dilantunkan dalam irama gembira mengundang joget, maka jadilah ia sebuah paket “perangsang semangat” agar tidak mudah patah arang.
Lagu patah hati namun tidak diutarakannya dalam lorong yang mengantar ke patah semangat.
Wajah Sang Maestro yang baru berusia 53 tahun sekilas terlihat lebih tua dari usianya.
Tetapi bila ditekuni lebih dalam pada raut garis wajahnya dalam ekspresi saat menyanyikan lagu, serta merta terlihat sebagai sebuah “aura” yang mengajak untuk tidak cepat menyerah menghadapi kenyataan yang pahit. Terlihat jelas dalam adegan lagu “Pamer Bojo”, “Sewu Kuto” dan lainnya.