Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Alasan Mengapa Pembuatan Vaksin Corona Butuh Waktu yang Lama

Kompas.com - 01/05/2020, 19:43 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang melacak 71 vaksin virus corona dalam uji praklinis, dengan lima kandidat tambahan sudah dalam uji klinis pada akhir April 2020.

Dilansir dari Huffington Post, Rabu (29/4/2020), menilik banyaknya kasus virus corona yang semakin menyebar, maka sejumlah peneliti pun melakukan banyak kegiatan di bidang imunisasi atau vaksin.

Beberapa orang mungkin bertanya-tanya, mengapa para ahli medis membutuhkan waktu sekitar 12-18 bulan sebelum seseorang bersiap untuk bebas dari virus corona?

Baca juga: CDC Tambahkan 6 Gejala Baru Virus Corona, Apa Saja?

Umumnya, pengembangan vaksin membutuhkan 8-10 tahun. Namun, bisakah vaksin Covid-19 dibuat lebih cepat?

Direktur Program Persatuan Penyakit Menular di University of Texas Southwestern Medical Center di Dallas, AS, James Cutrell mengatakan, setidaknya memang membutuhkan waktu antara 12-18 bulan secara realistis untuk membuat vaksin, tetapi juga didasari dengan optimistis.

"Hal yang didasarkan pada asumsi bahwa setiap fase uji coba berjalan sesuai rencana dengan kerangka waktu yang optimistis pada setiap tahap tersebut," ujar Cutrell.

Baca juga: Kabar Baik, China Setujui 2 Vaksin Covid-19 Diujicobakan ke Manusia

Berikut 3 alasan mengapa vaksin Covid-19 membutuhkan waktu yang lama.

1. Mempelajari virus dan menentukan vaksin yang tepat

Ilustrasi vaksin coronaShutterstock Ilustrasi vaksin corona

Seorang profesor teknik kimia dan biomolekuler di Universitas Delaware, AS, Kelvin Lee mengungkapkan, pihaknya sering menganggap vaksin sebagai perawatan untuk penyakit, tetapi tindakan tersebut tidak persis seperti itu.

Menurutnya, vaksin diberikan kepada orang yang sehat agar tidak sakit.

"Hal ini sangat berbeda dari mengembangkan obat-obat di mana seseorang sakit dan Anda berusaha untuk membuat pasien itu lebih baik. Dalam populasi yang sehat, Anda tidak ingin vaksin memiliki konsekuensi negatif," ujar Lee.

Adapun tahap-tahap yang dilakukan oleh para peneliti.

Pertama, para peneliti akan mempelajari virus dan berusaha menentukan jenis vaksin mana yang paling berhasil.

Ada beberapa jenis vaksin, beberapa memiliki sedikit virus hidup yang lemah yang memicu respons kekebalan protektif dalam tubuh Anda, tetapi tidak meyebabkan penyakit yang sebenarnya.

Sementara, beberapa mengandung virus tidak aktif yang menciptakan respons serupa di dalam tubuh. Dan beberapa menggunakan RNA atau DNA yang direkayasa secara genetika, yang membawa "arah" untuk membuat jenis protein yang dapat mencegah virus dari mengikat ke sel kita dan membuat kita sakit.

Begitu para peneliti memutuskan rute vaksin mana yang menurut mereka akan bekerja paling baik, mereka mulai menguji.

"Di sinilah waktu benar-benar berperan, bahkan setelah Anda melakukan tes laboratorium untuk memastikan langkah itu bekerja," ujar Lee.

Baca juga: Kenali Tanda dan Gejala Infeksi Virus Corona pada Anak-anak

2. Banyaknya pengujian keamanan dan studi lapangan

Ilustrasi pemberian vaksin.Pixabay Ilustrasi pemberian vaksin.

Ia menambahkan, dalam banyak kasus vaksin yang diuji pada hewan untuk memastikan bahwa vaksin itu akan aman bagi manusia dan memiliki respons yang diinginkan.

Dan kemudian, di mana tindakan-tindakan pengujian itu benar-benar mulai memakan waktu dalam uji klinis manusia.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ramai soal Porter Stasiun Disebut Tidak Dapat Gaji, Ini Penjelasan KAI

Ramai soal Porter Stasiun Disebut Tidak Dapat Gaji, Ini Penjelasan KAI

Tren
Alasan Seseorang Punya Kebiasaan Menunda-nunda, Apa Dampaknya?

Alasan Seseorang Punya Kebiasaan Menunda-nunda, Apa Dampaknya?

Tren
Lari atau Bersepeda, Mana yang Lebih Cepat Menurunkan Berat Badan?

Lari atau Bersepeda, Mana yang Lebih Cepat Menurunkan Berat Badan?

Tren
Manfaat Daun Gatal Papua, Diklaim Ampuh Atasi Pegal dan Lelah

Manfaat Daun Gatal Papua, Diklaim Ampuh Atasi Pegal dan Lelah

Tren
Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, Petir, dan Kilat 26-27 April 2024

Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, Petir, dan Kilat 26-27 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan | Kenaikan UKT Unsoed

[POPULER TREN] Jalan Kaki untuk Menurunkan Berat Badan | Kenaikan UKT Unsoed

Tren
Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Tren
Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Tren
Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Tren
Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Tren
Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Tren
Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Tren
Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com