KOMPAS.com - Kementerian Agama (Kemenag) akan melaksanakan Sidang Isbat guna menentukan awal Ramadhan 1441 Hijriah pada Kamis (23/4/2020) sore ini.
Pelaksanaan Sidang Isbat tersebut merujuk dari pengamatan atau rukyat hilal di sejumlah daerah.
Perlu diketahui selain menggunakan metode hilal, penentuan awal Ramadhan juga bisa dilakukan dengan metode hisab (perhitungan).
Baca juga: Dilakukan Terbatas, Raja Salman Izinkan Tarawih di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi
Kasubdit Hisab Rukyat dan Syariah Kementerian Agama (Kemenag) Nur Khazin mengatakan, dua metode tersebut merujuk pada Fatwa Majelis Ulama Indonesi (MUI) Nomor 2 Tahun 2004.
Selain itu, landasan penentuan awal bulan tahun Hijriah tersebut juga termaktub dalam UU Nomor 3 Pasal 25 A.
Rukyatul hilal dapat diartikan sebagai aktivitas pengamatan visibilitas hilal (bulan sabit) saat Matahari terbenam menjelang awal bulan pada Kalender Hijriah.
Rukyatul hilal biasanya dilakukan untuk menentukan awal bulan Dzulhijjah, Ramadhan, dan Syawal.
Menurut Khazin, ada 82 titik pemantauan hilal di seluruh Indonesia.
Sebelum melaksanakan pemantauan Kemenag bekerja sama dengan ormas dan para pakar untuk melakukan perhitungan-perhitungan soal ketinggian hilal.
"Tentunya sebelum melaksanakan rukyat, Kementerian Agama bekerja sama dengan Ormas Islam, para pakar baik dari BMKG, Lapan, dan pondok pesantren sudah melakukan perhitungan-perhitungan bagaimana nanti di satu titik berapa derajat ketinggian hilal di wilayah tersebut," kata Khazin saat dihubungi Kompas.com, Rabu (23/4/2020).
Baca juga: Seluk-beluk Ramadhan, dari Imbauan Kemenag, Sidang Isbat hingga Jadwal Imsakiyah
Khazin mengatakan, penghitungan itu dilakukan untuk menghindari terjadinya 'salah lihat'. Sebab, jika tinggi hilal berada di bawah 2 atau 4 derajat, maka kemungkinan obyek yang dilihat bukan hilal, melainkan bintang, lampu kapal, atau obyek lainnya.
Menurutnya, hilal bisa dilihat dengan ketinggian minimal 2 derajat, elongasi (jarak sudut matahari-bulan) 3 derajat, dan umur minimal 8 jam saat ijtimak.
"Kalau di bawah itu berarti belum rukyat. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang sudah artinya dengan ketinggian di bawah itu kemungkinannya kecil untuk bisa dilihat," jelas dia.
Pemantauan hilal Ramadhan biasanya dilakukan pada tanggal 29 bulan Syakban. Apabila hilal terlihat dengan beberapa ketentuan di atas, maka bulan Syakban dicukupkan 29 hari.