Saya mewawancarai Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid. Ia menyampaikan, stafsus milenial melekat pada kelembagaan Presiden. Sudah selayaknya para stafsus menjauhkan diri dari konflik kepentingan.
Yenny mempertanyakan, mengapa pelatihan ini memerlukan dana luar biasa sementara ada pelatihan sejenis yang banyak bertebaran gratis di Internet. Pelatihan gratis bisa dilakukan dengan menggandeng pihak-pihak tertentu.
Ada banyak perusahaan digital yang mengandalkan subscriber untuk meningkatkan valuasi perusahaannya. Mereka pasti dengan senang hati mau diajak kerjasama tanpa biaya alias gratis.
"Ada anak SD yang memecahkan tabungan untuk membelikan APD, Mochamad Hafid namanya. Tapi, sekarang ada perusahaan yang mau cari untung besar!" tambah Yenny yang adalah putri Presiden keempat, Abdurrahman Wahid.
Saya tanyakan soal konflik kepentingan ini ke Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari.
Ia membantah ada konflik kepentingan.
"Karena Ruangguru adalah perusahaan yang sudah banyak dikenal dan banyak digunakan untuk memberikan pelatihan. Ruangguru dan perusahaan lain seperti Bukalapak dan Tokopedia kita ajak karena kita ingin memastikan masyarakat sudah terbiasa menggunakannya," Jelas Denni.
Analis Politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno menentang pernyataan Denni.
"Disayangkan ada orang dalam yang ikut dalam proyek pelatihan online. Ini sebenarnya yang menjadi masalah utama," kata dia.
Perdebatan akan terus muncul selama potensi konflik kepentingan tidak dihentikan.
Dalam bahasa saya, dengan logika sederhana, kok bisa perusahaan milik salah seorang staf Presiden ikut dalam proyek triliunan rupiah?
Saya Aiman Witjaksono...
Salam!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.