"Itu pertanda baik bahwa kita kemungkinan memiliki setidaknya kekebalan sementara setelah infeksi. Yang belum kita ketahui adalah berapa lama kekebalan itu akan bertahan, kualitas kekebalan itu, dan apakah semua individu akan menghasilkan respons kekebalan tinggi yang tahan lama," ujar Ketua Departemen Mikrobiologi di Universitas Alabama di Birmingham.
Baca juga: Berikut Cara Membuat Hand Sanitizer Sendiri dengan Lima Bahan Sederhana
Membandingkan Covid-19 dengan virus corona terkait dapat membantu kita mengetahui berapa lama kita bisa kebal.
Sebab, Covid-19 berada dalam keluarga virus yang sama dengan SARS, para peneliti memfokuskan pada pola yang terlihat pada penyakit itu.
Apakah setiap orang yang terpapar virus mengembangkan antibodi, dan apakah mereka berkembang cukup untuk menangkal infeksi ulang.
Sebuah studi pra-cetak dari para peneliti China yang belum ditinjau oleh rekan sejawat belum menemukan bahwa dari 175 pasien Covid-19 yang pulih, hampir 6 persen tidak memiliki antibodi yang terdeteksi.
"Terlalu dini untuk mendapatkan data pasti apa pun," kata ahli epidemiologi Universitas Drexel, Michael LeVasseur.
Baca juga: Kabar Baik, China Setujui 2 Vaksin Covid-19 Diujicobakan ke Manusia
Tetapi ia mengutip sebuah studi tentang wabah SARS 2002 hingga 2003 di China yang menemukan kekebalan dari virus itu berlangsung rata-rata dua tahun.
Sebuah penelitian pada 2017 terhadap pasien SARS menunjukkan, sebanyak 89 persen dari mereka yang pulih memiliki antibodi yang terdeteksi dua tahun setelah infeksi.
Namun, pada tanda enam tahun, hanya dua dari 23 pasien yang masih memiliki antibodi yang dapat dideteksi, menunjukkan berkurangnya pertahanan terhadap virus.
Sementara itu, virus corona jenis baru adalah virus RNA, seperti influenza, yang artinya dapat bermutasi. Ketika itu terjadi, antibodi yang terbentuk melawan satu jenis tidak selalu efektif terhadap jenis lainnya.
"Tidak terlalu banyak berubah, jadi kami harap ini tidak akan terlalu mejadi masalah," ujar Lund.
Para ilmuwan berharap apa yang disebut tes serologis dapat menguji antibodi khusus untuk virus korona dalam darah orang.
Baca juga: Temuan Baru, Diyakini Dapat Memecahkan Misteri Pengobatan Covid-19