Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, virus menyebar dari orang ke orang dalam jarak sekitar enam kaki melalui tetesan yang dihasilkan dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi.
Fineberg membenarkan hal tersebut.
Namun, penelitian itu menunjukkan bahwa tetesan aerosol yang dihasilkan saat berbicara atau bahkan mungkin hanya saat bernapas juga dapat menyebarkan virus.
Penelitian oleh Universitas Nebraska memaparkan, bahan genetik dari virus ditemukan di kamar pasien lebih dari enam kaki jauhnya dari pasien.
Fineberg mengatakan, ada kemungkinan bahwa tetesan virus corona aerosol dapat berada di udara dan berpotensi menginfeksi seseorang yang melintas.
Namun, ia menekankan, penularan virus corona tidak seperti campak dan TBC.
Lama bertahan virus corona di udara tergantung pada beberapa faktor, di antaranya berapa banyak virus yang dikeluarkan seseorang saat bernapas atau berbicara, dan bagaimana sirkulasi di udara.
"Jika Anda menghasilkan aerosol virus tanpa sirkulasi di suatu ruangan, dapat dibayangkan bahwa jika menjalaninya nanti, Anda bisa menghirup virus," kata Fineberg.
"Tapi jika kamu di luar, angin sepoi-sepoi mungkin akan membubarkannya," kata dia.
Baca juga: Klaim Korea Utara Bebas Corona dan Keraguan untuk Memercayainya...
Penelitian lain yang dikutip panel NAS memunculkan kekhawatiran bahwa alat pelindung diri (APD) dapat menjadi sumber kontaminasi di udara.
Sementara itu, para peneliti yang dipimpin oleh Yuan Liu di Universitas Wuhan di China menemukan virus corona baru dapat disuspensikan kembali di udara ketika petugas perawatan kesehatan melepaskan APD mereka, membersihkan lantai, dan bergerak melalui area yang terinfeksi.
Secara bersama-sama, kehadiran RNA virus dalam tetesan udara dan aerosol menunjukkan kemungkinan penularan virus melalui rute ini.
"(Saya) Lega melihat aerosolisasi diterima. Jalur udara tambahan ini membantu menjelaskan mengapa penyebarannya begitu cepat,” ujar seorang ahli kimia aerosol di University of California, San Diego, Kimberly Prather.
Mengutip penelitian Nancy Leung dari University of Hong Kong, dilakukan pengumpulan tetesan pernapasan dan aerosol dari pasien dengan penyakit yang disebabkan oleh virus.
Saat pengumpulan, beberapa pasien mengenakan masker bedah.