Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Upaya Rumah Sakit di Eropa Saat Menangani Virus Corona...

Kompas.com - 01/04/2020, 10:04 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyebaran wabah virus corona semakin masif dan menjadi perhatian dunia.

Saat semakin banyak rumah sakit di Eropa yang tertekuk di bawah tekanan puluhan ribu pasien virus corona, krisis ini mengungkap bahwa sistem kesehatan terbaik di dunia sangat kurang diperlengkapi untuk menangani pandemi.

Dilansir dari SCMP, para ahli wabah mengatakan, sistem rumah sakit pusat Eropa tengah berada di kondisi kurangnya pengalaman mengatasi epidemi dan kepuasan awal yang sebagian disalahkan atas kesedihan pandemi di seluruh dunia.

"Jika Anda menderita kanker, Anda ingin berada di rumah sakit di Eropa," ujar Kepala Operasi Covid-19 untuk Medecins Sans Frontiers di Belgia, Brice de le Vingne.

"Tapi, Eropa belum memiliki wabah besar dalam lebih dari 100 tahun, dan sekarang mereka tidak tahu harus berbuat apa," lanjut dia.

Baca juga: Update Virus Corona di Dunia 1 April: 854.608 Kasus di 201 Negara, 176.908 Sembuh

Peringatan WHO

Petugas Dinas Pangan dan Pertanian Kota Cimahi menyemprotkan cairan disinfektan di Masjid Agung Cimahi Utara, Jawa Barat, Selasa (17/3/2020). Penyemprotan disinfektan di setiap sudut masjid yang sering digunakan oleh jamaah tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mencegah penyebaran virus Corona (COVID-19) yang telah ditetapkan sebagai pandemik oleh WHO.ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI Petugas Dinas Pangan dan Pertanian Kota Cimahi menyemprotkan cairan disinfektan di Masjid Agung Cimahi Utara, Jawa Barat, Selasa (17/3/2020). Penyemprotan disinfektan di setiap sudut masjid yang sering digunakan oleh jamaah tersebut dilakukan sebagai upaya untuk mencegah penyebaran virus Corona (COVID-19) yang telah ditetapkan sebagai pandemik oleh WHO.

Pekan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sempat memperingatkan negara-negara karena menyia-nyiakan kesempatan mereka untuk menghentikan virus.

Kesempatan yang dimaksud yakni negara-negara seharusnya bereaksi lebih agresif sejak dua bulan lalu, termasuk menerapkan pengujian yang lebih luas dan tindakan pengawasan yang lebih kuat.

Sementara itu, Brice dan lainnya mengatakan, pendekatan Eropa untuk memberantas virus corona jenis baru ini pada awalnya terlalu lemah dan sangat kurang dalam dasar-dasar epidemiologi.

Adapun salah satu dasar epidemiologi yang dimaksud, seperti pelacakan kontak.

Dengan pelacakan kontak, pemerintah dapat melacak orang-orang yang telah melakukan kontak dengan mereka yang terinfeksi virus untuk memantau bagaimana dan di mana virus tersebut menyebar.

Baca juga: Kunci Mengapa Angka Kematian akibat Virus Corona di Jerman Rendah

Penanganan korban

Sekelompok perawat di Jerman membawa tulisan di kardus, yang dalam bahasa Indonesia berarti Kami akan tetap di sini untuk kalian, dan kalian tolong tetap di rumah. Foto diambil pada 19 Maret 2020.SASCHA STEINBACH/EPA-EFE Sekelompok perawat di Jerman membawa tulisan di kardus, yang dalam bahasa Indonesia berarti Kami akan tetap di sini untuk kalian, dan kalian tolong tetap di rumah. Foto diambil pada 19 Maret 2020.

Setelah virus SARS-CoV-2 muncul pada Desember 2019 lalu, China mengirim tim yang terdiri dari sekitar 9.000 petugas kesehatan untuk mengejar ribuan kontak potensial di Wuhan, China setiap harinya.

Tetapi, di Italia, pejabat dalam beberapa kasus menyerahkan pasien yang sakit untuk memberi tahu kontak potensial mereka bahwa mereka telah dites positif dan mereka memeriksa pasien hanya dengan percakapan di telepon saja.

Spanyol dan Inggris sama-sama menolak mengatakan berapa banyak petugas kesehatan yang melakukan pelacakan kontak atau berapa banyak kontak yang diidentifikasi pada tahap apa pun dalam wabah tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Tren
Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com