KOMPAS.com - Penyebaran wabah virus corona semakin masif dan menjadi perhatian dunia.
Saat semakin banyak rumah sakit di Eropa yang tertekuk di bawah tekanan puluhan ribu pasien virus corona, krisis ini mengungkap bahwa sistem kesehatan terbaik di dunia sangat kurang diperlengkapi untuk menangani pandemi.
Dilansir dari SCMP, para ahli wabah mengatakan, sistem rumah sakit pusat Eropa tengah berada di kondisi kurangnya pengalaman mengatasi epidemi dan kepuasan awal yang sebagian disalahkan atas kesedihan pandemi di seluruh dunia.
"Jika Anda menderita kanker, Anda ingin berada di rumah sakit di Eropa," ujar Kepala Operasi Covid-19 untuk Medecins Sans Frontiers di Belgia, Brice de le Vingne.
"Tapi, Eropa belum memiliki wabah besar dalam lebih dari 100 tahun, dan sekarang mereka tidak tahu harus berbuat apa," lanjut dia.
Baca juga: Update Virus Corona di Dunia 1 April: 854.608 Kasus di 201 Negara, 176.908 Sembuh
Pekan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sempat memperingatkan negara-negara karena menyia-nyiakan kesempatan mereka untuk menghentikan virus.
Kesempatan yang dimaksud yakni negara-negara seharusnya bereaksi lebih agresif sejak dua bulan lalu, termasuk menerapkan pengujian yang lebih luas dan tindakan pengawasan yang lebih kuat.
Sementara itu, Brice dan lainnya mengatakan, pendekatan Eropa untuk memberantas virus corona jenis baru ini pada awalnya terlalu lemah dan sangat kurang dalam dasar-dasar epidemiologi.
Adapun salah satu dasar epidemiologi yang dimaksud, seperti pelacakan kontak.
Dengan pelacakan kontak, pemerintah dapat melacak orang-orang yang telah melakukan kontak dengan mereka yang terinfeksi virus untuk memantau bagaimana dan di mana virus tersebut menyebar.
Baca juga: Kunci Mengapa Angka Kematian akibat Virus Corona di Jerman Rendah
Setelah virus SARS-CoV-2 muncul pada Desember 2019 lalu, China mengirim tim yang terdiri dari sekitar 9.000 petugas kesehatan untuk mengejar ribuan kontak potensial di Wuhan, China setiap harinya.
Tetapi, di Italia, pejabat dalam beberapa kasus menyerahkan pasien yang sakit untuk memberi tahu kontak potensial mereka bahwa mereka telah dites positif dan mereka memeriksa pasien hanya dengan percakapan di telepon saja.
Spanyol dan Inggris sama-sama menolak mengatakan berapa banyak petugas kesehatan yang melakukan pelacakan kontak atau berapa banyak kontak yang diidentifikasi pada tahap apa pun dalam wabah tersebut.