Kemudian ada pula tes dahak. Dahak merupakan salah satu jenis lendir yang berasal dari paru-paru yang bisa keluar dari batuk atau diambil sampelnya dari hidung menggunakan usapan.
Tes darah
Terakhir adalah tes darah. Mengutip dari Wired (16/3/2020) untuk mengetahui apakah pasien terinfeksi virus corona atau tidak adalah dengan melakukan teknik polimerase (PCR), yakni memperbanyak DNA sehingga lebih mudah dianalisis.
Uji laboratorium
Begitu berada di laboratorium, langkah pertama adalah memisahkan RNA dari semua yang lain dalam sampel. Ini disebut ekstraksi RNA.
Setelah RNA dimurnikan, langkah selanjutnya adalah menambahkan enzim reverse transcriptase yang mengubahnya menjadi DNA — beralih dari satu untai ke dua.
Kemudian DNA masuk ke tabung reaksi bersama dengan batch nukleotida longgar, enzim pembangun DNA, dan fragmen DNA pendek yang disintesis yang disebut "primer."
Baca juga: Wabah Corona, Louis Vuitton Bikin 12 Ton Hand Sanitizer untuk Bantu RS di Perancis
Primer ini telah dirancang untuk menemukan dan mengikat segmen spesifik dari genom virus. Dengan kata lain, mereka harus, jika berfungsi dengan baik, mengenali dan hanya memperkuat materi genetik dari virus, dan bukan dari hal lain yang mungkin ada dalam sampel, seperti DNA manusia atau bakteri.
Ini semua terjadi di dalam mesin PCR, instrumen yang menjalankan siklus suhu terkoordinasi. Saat memanaskan tabung, heliks ganda DNA terpisah menjadi dua helai, memperlihatkan setiap sisi.
Ketika kemudian menurunkan suhu, primer mengunci ke segmen yang ditargetkan dari DNA yang terpapar. Enzim menggunakan primer ini sebagai tempat awal dan mulai membangun untaian DNA komplementer sesuai dengan urutan yang terbuka.
Sekitar lima menit kemudian, di mana dulu ada satu untai DNA, sekarang ada dua. Setelah 30 hingga 40 siklus proses ini, satu salinan DNA berlipat ganda menjadi ratusan juta. Sudah cukup DNA yang dapat dideteksi oleh para ilmuwan.
Mereka melakukannya dengan pewarna fluoresen yang ditambahkan ke tabung reaksi selama fase amplifikasi PCR yang hanya bersinar di hadapan DNA.
Alat pengukur cahaya khusus di dalam mesin PCR kemudian membacakan pola fluoresensi ini untuk menentukan sampel mana yang memiliki virus di dalamnya dan mana yang tidak.
Baca juga: Melihat Bagaimana Cuci Tangan dengan Sabun Bisa Memperlambat Penyebaran Corona
Melalui tes RT-PCR inilah nantinya bisa menentukan apakan seseorang menderita Covid-19 atau tidak.
"Ini adalah teknik yang sangat standar dan dapat diandalkan. Sebelumnya telah digunakan di laboratorium mikrobiologi hampir di mana saja. Ini menjadi tes tercepat yang bisa dikembangkan," kata Louis Mansky, Direktur Institut Virologi Molekuler University of Minnesota.
"Jika ada coronavirus dalam sampel Anda, maka RNA-nya akan ditranskripsi menjadi DNA dan diperkuat bersama dengan sinyal fluoresens yang memberi tahu Anda jika tesnya positif atau negatif," kata Mansky.
Tes itu sendiri hanya membutuhkan waktu sekitar satu hari jika memiliki semua reagen yang diperlukan. Tetapi kekurangan dan logistik pengiriman bisa menjadi penyebab hasil tes bisa keluar lebih dari sehari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.