Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Irwan Suhanda
Editor dan Penulis

Editor dan Penulis

Menolong

Kompas.com - 11/03/2020, 08:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KASIHAN dan sedih ketika membaca berita berjudul “Usai Tolong Temannya, Pelajar SMA Ini Tenggelam di Kalimalang” (Kompas.com, 21 Februari 2020)

Waktu itu Fitra Rangga Nugraha (16) dan beberapa temannya dari SMAN 2 Tambun Selatan, berlatih mendayung di Kalimalang, Bekasi Timur.

Malang, temannya yang bernama Farhan, seperahu dengan Fitra, jatuh tercebur. Melihat Farhan hampir tenggelam, Fitra berusaha menolong dengan spontan terjun ke sungai tanpa pelampung.

Farhan berhasil diselamatkan, tetapi Fitra sendiri hanyut terbawa arus sungai. Fitra tenggelam, nyawanya melayang.

Tindakan heroik

Apa yang dilakukan Fitra merupakan tindakan heroik. Ia menolong tanpa memperhitungkan keselamatan dirinya. Tindakan spontan karena memang temannya membutuhkan pertolongan saat itu juga.

Kalau kita perhatikan lebih jauh, tindakan heroik Fitra merupakan unsur jati diri bangsa Indonesia yang sesungguhnya. Seperti kita ketahui, orang Indonesia berkarakter tolong-menolong.

Contohnya, apabila di daerah tertentu, misalnya, terkena bencana letusan gunung merapi, banjir, atau kebakaran, spontan warga sekitar akan menolong.

Bentuk pertolongan bisa berupa sandang pangan, tempat tinggal sementara, tenaga medis, atau pendampingan psikologis. Semua dilakukan dengan sukarela.

Tidak heran, gotong royong (collaboration) yang merupakan unsur tolong-menolong, sudah ada sejak ratusan tahun lalu di Indonesia. Saling memberi perhatian, saling memberi bantuan.

Adanya saling menolong ini akan tercipta saling menghargai, menghormati satu sama lain, menerima perbedaan, tidak menghitung untung rugi, ikhlas, suasana hati yang senang.
Itulah karakter bangsa Indonesia selama ini. Hal ini tentu tidak boleh ditinggalkan karena apabila ditinggalkan akan tercipta generasi individualis yang mengutamakan kepentingan diri sendiri/kelompok.

Perilaku prososial

Dalam psikologi sosial dikenal yang namanya perilaku prososial. Perilaku prososial adalah tindakan pengorbanan yang dilakukan seseorang kepada seseorang tanpa mengharapkan balas jasa.

Dengan demikian, Fitra telah menolong temannya dengan tulus dengan mengabaikan keuntungan diri sendiri. Fitra telah bertindak prososial.

Perilaku prososial lainnya

Perilaku prososial bukan hanya dalam hal menolong korban saja, tetapi termasuk prososial berbagi, berbagi secara fisik dan nonfisik. Secara fisik berupa bantuan uang atau barang. Sedangkan secara nonfisik berbagi secara psikologis berupa nasihat dan penguatan.

Kemudian ada prososial kerja sama, yaitu tindakan bekerja sama dalam usaha tertentu, bisa juga berupa kerja sama kegiatan atau pekerjaan. Prososial ini bisa secara individu atau kelompok, tergantung kesepakatan.

Juga ada prososial menyumbang, sebuah tindakan memberi sumbangan sukarela kepada yang terkena musibah, misalnya banjir, kebakaran, letusan gunung merapi, dsb.

Bagi orang Indonesia, kegiatan menyumbang atau menderma sudah menjadi kegiatan rutin. Bukan hanya menyumbang bagi yang terkena musibah, tetapi termasuk menyumbang kalau ada acara kegiatan tertentu.

Empati

Menurut Teori Empati dikatakan bahwa perilaku prososial terjadi karena individu tertentu dapat merasakan secara mendalam apa yang dialami orang lain.

Menurut pandangan Teori Empati bahwa egoisme dan simpati saling berkontribusi ketika timbul perilaku menolong. Dari segi egoisme perilaku menolong dapat mengurangi ketegangan diri sendiri. Sedangkan dari segi simpati perilaku menolong dapat mengurangi penderitaan orang lain.

Apabila egoisme dan simpati digabung, maka akan terbentuk empati, yaitu keadaan di mana individu ikut merasakan secara mendalam apa yang dialami orang lain. Kemudian dari empati dapat menyebabkan altruisme.

Menurut hipotesis empati-altruisme, perilaku menolong spontan terjadi karena pada saat itu individu sangat merasakan bagaimana rasanya apabila mengalami hal yang sama. (Komaruddin Hidayat & Khoiruddin Bashori, 2016:161)

Contoh nyata Fitra yang mati terbawa arus hanya karena ingin menolong temannya yang tercebur.

Jadi, perilaku prososial Fitra ini karena faktor situasional, keadaan darurat. Selain itu, temannya memang layak ditolong pada saat itu juga.

Pengalaman berharga ini menunjukkan bahwa di Indonesia penanaman perilaku prososial sebetulnya sudah tertanam sejak kecil di dalam keluarga atau sekolah. Kenyataannya tampak dalam kehidupan sehari-hari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com