Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/03/2020, 06:04 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan terus melakukan pemantauan dan penanganan kasus penyebaran virus corona di Tanah Air.

Terutama, setelah awal pekan lalu, Presiden Joko Widodo mengumumkan dua kasus positif terinfeksi corona penyebab Covid-19.

Hingga Minggu (8/3/2020) sore, ada 6 kasus positif corona di Indonesia dan ratusan orang lainnya dalam pemantauan.

Bagaimanakah alur Kementerian Kesehatan menndeteksi Covid-19 pada seseorang?

Tahapan deteksi

Juru Bicara Penyebaran Covid-19 di Indonesia, Achmad Yurianto, mengatakan, ada beberapa alur sebelum pasien dinyatakan positif atau negatif terinfeksi virus corona.

Deteksi pasien suspect virus corona dapat dimulai dari orang yang melakukan perjalanan dari negara terjangkit dan atau temuan gejala di wilayah Indonesia.

"Apabila ditemukan ada orang dari negara terjangkit yang mengalami demam, maka dilakukan pemeriksaan di Kantor Kesehatan Pelabuhan," kata Yuri saat dihubungi Kompas.com, Minggu (8/3/2020).

Sebaliknya, jika ada warga di wilayah Indonesia yang demam, maka pemeriksaan akan dilakukan di pelayanan kesehatan yang tersedia.

Baca juga: Taiwan Berhasil Tekan Penyebaran Virus Corona, Bagaimana Caranya?

Yuri mengungkapkan, orang yang mengalami demam tersebut masuk dalam kategori "orang dalam pemantauan".

"Bila orang dalam pengawasan, sakit dengan gejala yang mengarah pada demam atau riwayat demam, batuk/pilek/nyeri tenggorokan, langsung dijadikan pasien dalam pengawasan," jelas Yuri.

Sementara, seseorang yang bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan pasien konfirmasi Covid-19 juga masuk kategori orang dalam pengawasan.

Jika pasien dalam pengawasan mempunyai riwayat kontak dengan orang yang terkonfirmasi positif Covid-19, maka orang tersebut menjadi suspect.

"Bila sudah jadi suspect, nantinya akan dilakukan pemeriksaan spesimen," jelas Yuri.

Kemenkes melalui akun media sosialnya juga menginformasikan alur deteksi Covid-19. Salah satunya melalui Twitter.

Baca juga: Kasus Corona 105.024 di Seluruh Dunia, Catat Ini Sebelum Bepergian

Tak harus tunggu suspect

Lebih lanjut, Yuri menjelaskan, saat ini pemeriksaan spesimen tidak harus menunggu status menjadi suspect terlebih dahulu.

Alasannya, semua pasien dalam pengawasan diperiksa spesimennya.

"Diperiksanya dengan 2 metode, Polymerase Chain Reaction (PCR) serta Genom Sekuensing," ungkapnya.

Selanjutnya, jika dari pemeriksaan spesimen tersebut menunjukkan hasil positif Covid-19, maka akan diisolasi di rumah sakit rujukan.

Selain itu, dilakukan pemantauan ketatdi rumah sakit tersebut hingga benar-benar sembuh.

Sebaliknya, jika hasil pemeriksaan spesimen negatif virus corona, maka pasien akan dipulangkan dan terus mendapat pemantauan.

"Bagi pasien dalam pengawasan yang dirawat di RS rujukan maka pembiayaan perawatan RS ditanggung oleh Kementerian Kesehatan," kata Yuri.

Baca juga: Hasil Penelitian: Virus Corona Sensitif dengan Suhu Tinggi, Bagaimana Penyebarannya?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Perbedaan ODP, PDP, Suspect Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Tren
7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

7 Tanda Kolesterol Tinggi yang Sering Diabaikan, Pegal di Pundak dan Mudah Mengantuk

Tren
BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

BMKG: Beberapa Wilayah Indonesia yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 4-5 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

[POPULER TREN] Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Irak | Tragedi Runtuhnya Jalan Tol di China

Tren
Masalah Tiga Tubuh

Masalah Tiga Tubuh

Tren
Jadwal Lengkap Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Jadwal Lengkap Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan STAN, IPDN, dan STIS Dibuka Mei 2024

Pendaftaran Sekolah Kedinasan STAN, IPDN, dan STIS Dibuka Mei 2024

Tren
Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Caranya

Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 67 Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Caranya

Tren
Ramai soal Sesar Sumatera Disebut Picu Tsunami pada 2024, BMKG: Hoaks

Ramai soal Sesar Sumatera Disebut Picu Tsunami pada 2024, BMKG: Hoaks

Tren
Warganet Keluhkan Sering Sakit Usai Vaksin AstraZeneca, Epidemiolog: Vaksin Tak Bikin Rentan Sakit

Warganet Keluhkan Sering Sakit Usai Vaksin AstraZeneca, Epidemiolog: Vaksin Tak Bikin Rentan Sakit

Tren
Aturan Batas Usia Masuk TK, SD, SMP, SMA di PPDB 2024, Simak Syaratnya

Aturan Batas Usia Masuk TK, SD, SMP, SMA di PPDB 2024, Simak Syaratnya

Tren
Membedah Kekuatan Guinea U23, Lawan Indonesia di Perebutan Tiket Terakhir ke Olimpiade Paris

Membedah Kekuatan Guinea U23, Lawan Indonesia di Perebutan Tiket Terakhir ke Olimpiade Paris

Tren
Pria 28 Tahun Ditangkap karena Merampok Rp 60 Juta Menggunakan Gunting

Pria 28 Tahun Ditangkap karena Merampok Rp 60 Juta Menggunakan Gunting

Tren
Siap-siap, Pendaftaran CPNS Dibuka Juni 2024, Kuota 1,2 Juta Formasi

Siap-siap, Pendaftaran CPNS Dibuka Juni 2024, Kuota 1,2 Juta Formasi

Tren
Cara Beli Tiket Go Show KAI, Tarif Naik per 1 Mei 2024

Cara Beli Tiket Go Show KAI, Tarif Naik per 1 Mei 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com