Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ren Muhammad

Pendiri Khatulistiwamuda yang bergerak pada tiga matra kerja: pendidikan, sosial budaya, dan spiritualitas. Selain membidani kelahiran buku-buku, juga turut membesut Yayasan Pendidikan Islam Terpadu al-Amin di Pelabuhan Ratu, sebagai Direktur Eksekutif.

Indonesia Riwayatmu Kini, Cerita Natuna hingga Tony Blair

Kompas.com - 22/01/2020, 16:46 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Apa lagi kalau bukan soal meritokrasi yang sangat digadang-gadang Jokowi ketika mengumpulkan suara menjelang pemilihan presiden medio 2014 dan 2019.

Ternyata politik bagi-bagi kue masih tetap menjadi kebiasaan laten di negeri ini.
Rekam jejak Tony Blair dalam invasi Irak 2003 pun seolah tak menjadi soal yang harus dipertimbangkan oleh pemerintah Jokowi.

“Ya itu bukan urusan kami. Pemerintah membutuhkan Blair agar ada figur internasional di tubuh dewan pengarah,” kata Luhut seolah negeri ini miliknya seorang.

Sudah tak adakah lagi sosok lebih mumpuni tinimbang seorang penjahat perang?

Sepanjang sejarah negara kita berdiri, baru kali inilah sosok dengan reputasi buruk rupa diangkat ke posisi sedemikian terhormat—yang jelas tak pantas ia duduki.

Njanur gunung

Orang Jawa punya istilah khusus terkait itu. Namanya njanur gunung. Perumpamaan ini bermakna sesuatu yang jarang sekali terjadi.

Jangka Jayabaya menyebutnya dengan, “Barang jahat diangkat-angkat (yang jahat dijunjung tinggi)/Barang suci dibenci (yang suci justru dibenci)/Akeh manugsa mung ngutamakke dhuwit (banyak orang hanya mementingkan uang)/Lali kamanungsan (lupa jati diri kemanusiaan)/Lali kabecikan (lupa hikmah kebajikan).

Padahal telah ditegaskan dalam amanat Undang-Undang Dasar 1945 bagian pembukaan alinea pertama dan keempat:

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan prikemanusiaan dan prikeadilan.

... dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial ...

Dasasila Bandung

Selain mengkhianati UUD 1945, keputusan Perintahan Jokowi juga menabrak misi mulia yang dicanangkan Bung Karno bersama Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, Presiden Ghana Kwame Nkrumah, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, dan Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito, dalam Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada 18-24 April 1955, yang kemudian melahirkan Gerakan Non-Blok.

Konferensi Tingkat Tinggi yang dihadiri 29 Kepala Negara dan Kepala Pemerintah dari benua Asia dan Afrika yang baru saja merdeka tersebut -ditujukan untuk menandai dan mendalami segala masalah dunia waktu itu- lantas berupaya merumuskan kebijakan bersama negara-negara baru yang berdiri pada tatanan hubungan internasional.

KAA pun menyepakati 'Dasasila Bandung' yang dirumuskan sebagai prinsip-prinsip dasar bagi penyelenggaraan hubungan dan kerja sama antarbangsa.

Suatu pernyataan politik dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia. Ada pun isinya adalah:

  1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di dalam piagam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)

  2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa

  3. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar maupun kecil.

  4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soalan-soalan dalam negeri negara lain.

  5. Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian ataupun kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB.

  6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak melakukannya terhadap negara lain.

  7. Tidak melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan politik suatu Negara.

  8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrasi (penyelesaian masalah hukum) , ataupun cara damai lainnya, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB.

  9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama.

  10. Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional.

Dasasila Bandung mengubah pandangan dunia tentang hubungan internasional. Bandung telah melahirkan paham Dunia Ketiga atau “Non-Aligned” terhadap Dunia Pertama Washington, dan Dunia Kedua Moskow.

Jiwa Bandung telah mengubah juga struktur Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Forum PBB tidak lagi menjadi forum eksklusif Barat atau Timur saja, melainkan ajang perkumpulan masyarakat global yang sama rata dan sama rasa.

Sayang, semua itu tinggal menjadi mimpi di siang bolong. Tak ada lagi spirit yang melawan kolonialisme-imperialisme ekonomi neo-liberal.

Negara bahari dengan sumber daya alam dan hayati sedemikian melimpah ini, hanya bisa menjadi pelayan bagi para penyandang modal dari negara miskin sumber daya—dengan membangun segala infra-suprastruktur ribuan triliun dari memeras keringat rakyatnya sendiri atas nama pundi-pundi pajak.

Bagaimana kita harus menyikapi ini?

Tenang saja. Kita sudah terbiasa hidup—bahkan tanpa merasakan kehadiran negara. Indonesia masih tetap ada bukan karena pemerintahannya becus mengurusi rakyat, namun rakyat lah yang dengan setia membantu negara menghidupi kebutuhanya sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com