Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catat, Ini yang Perlu Diperhatikan tentang Penyakit Demam Berdarah Dengue

Kompas.com - 16/01/2020, 19:00 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Sumber Antara

KOMPAS.com - Memasuki musim hujan beberapa penyakit mulai bermunculan. Tak hanya flu, diare, atau alergi, tapi juga Demam Berdarah Dengue (DBD).

Dilansir dari berita Antara (14/01/2020), satu orang dilaporkan meninggal dunia karena DBD di Gunungkidul, Yogyakarta (10/01/2020). Sebelum meninggal, korban sempat dirawat di RSUD Wonosari, Gunungkidul.

Sementara itu di RSUD Wonosari, 11 pasien lainnya juga dirawat karena DBD.

Selain di Gunungkidul, DBD juga muncul di Kota Pekanbaru, Riau. Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, seperti dilansir dari Antara (12/01/2020), mencatat 422 warga setempat terserang DBD sepanjang 2019, 5 di antaranya meninggal dunia.

Di Kota Madiun, Jawa Timur dilansir dari Antara (11/01/2020), Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kota Madiun mencatat jumlah penderita demam berdarah selama tahun 2019 mencapai 245 orang. Dua di antaranya meninggal dunia.

Baca juga: Berikut Penanganan Tepat Demam Berdarah Sesuai dengan 3 Fase DBD

Penyakit musiman

Dokter anak, konsultan infeksi di RS Dr. Soetomo Surabaya Dr. dr. Dominicus Husada SpA.K. menjelaskan penyakit DBD memang penyakit musiman. Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti.

"Karena untuk bertelur dia butuh air, maka pada musim hujan pasti penyakitnya banyak dibanding kemarau," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, (16/01/2020).

Karena itu setiap kali musim hujan, lanjutnya, pasiennya selalu meningkat. Tapi bukan berarti musim kemarau tidak ada pasien DBD.

Nyamuk keluar jam 10.00-16.00

Menurut Husada, terkait DBD yang dihadapi bukan nyamuk biasa, tapi nyamuk aides, atau biasa disebut nyamuk bangsawan.

Disebut nyamuk bangsawan karena dia keluar saat matahari keluar, tidak pernah mau tinggal di air kotor, suka hinggap di gantungan baju, dan bukan nyamuk yang mudah ditaklukkan.

Karena itu dia mengatakan, jika digigit nyamuk pukul 9 malam maka dia ia memastikan nyamuk itu bukan aides.

Nyamuk itu biasa ditemui seiring adanya matahari, namun puncaknya pada pukul 10.00 hingga pukul 16.00.

Maka dari itu penderita DBD biasanya tergigit di sekolah atau tempat kerja.

Baca juga: Jangan Sampai Telat, Kenali 7 Ciri DBD pada Anak Harus Dirawat di RS

Perlu diketahui juga nyamuk itu suka hidup di air bersih. Genangan air setelah hujan juga disukai.

Banyak tempat bisa menjadi tempat genangan air hujan, seperti pagar yang bentuknya melengkung, tutup botol yang tergeletak, daun yang cekung, dan lain-lain.

Dijelaskan Husada, untuk mengenali nyamuk ini cukup mudah. Yaitu ciri-cirinya warnanya bergaris-garis hitam putih.

Cara Mencegah 

Mengenai cara pencegahan yang paling sederhana, Husada menyebut, salah satunya jangan sampai ada nyamuk hinggap.

Hal itu bisa dilakukan dengan menggunakan pakaian tertutup atau yang dapat melindungi tubuh. 

Selain itu, pemerintah juga sudah punya cara untuk pencegahan yaitu dengan 4M plus, yaitu menguras, mengubur, menutup, dan memantau.

Selain itu cara pencegahannya adalah vaksinasi, dengan vaksin dengue. Akan tetapi vaksin tidak didapatkan di Rumah Sakit (RS) pemerintah. Bisa didapat di RS swasta. 

"Jadi kurangi nyamuknya, jangan sampai nyamuk hinggap di kita, dan kebalkan dengan vaksin," kata dr. Dominicus mengambil kesimpulan.

Baca juga: 6 Cara Tingkatkan Daya Tahan Tubuh untuk Hindari DBD

Segera ke dokter

Banyak kasus penderita DBD terlambat memeriksakan diri. Hal itu menurut dr. Dominicus karena orang awam tidak bisa melihat tanda-tandanya, selain demam.

"Periode berbahaya justru saat demamnya menurun," ujar dia.

Ia juga mengatakan, apabila terjadi demam tinggi dan melebihi tiga hari maka segera diperiksakan ke dokter.

"Demam berdarah ini fakta yang harus diketahui adalah tidak ada pengobatan khusus. Termasuk tidak ada obat yang mampu membunuh virus demam berdarah," tegasnya.

Pengobatannya adalah memperbanyak cairan seperti elektrolit, sampai fase gawat terlampaui. Tidak ada batas waktu berapa lama diberi cairan dan tidak ada batasan berapa banyak cairan yang diberikan.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com