Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengingat Kembali Perang Teluk Irak-Kuwait

Kompas.com - 16/01/2020, 11:32 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini, 28 tahun yang lalu, batas akhir PBB agar Irak menarik pasukannya dari Kuwait telah berakhir pada 16 Januari 1991.

Pentagon bersiap memulai operasi ofensif untuk mengeluarkan Irak secara paksa dari pendudukan Kuwait yang telah berlangsung selama lima bulan.

Pendudukan ini dilatarbelakangi oleh kondisi perekonomian Irak yang tak kunjung membaik usai perang 8 tahun melawan Iran.

Dengan berpegang pada peta masa lalu, Irak menganggap kemerdekaan Kuwait tidak sah karena mencaplok wilayah Irak.

Selain memiliki kekayaan minyak, Kuwait juga mempunyai akses laut yang luas untuk mendukung perdagangan minyak.

Dikutip dari History, pada pukul 16.30, pesawat tempur pertama diluncurkan dari Arab Saudi. Kapal induk AS dan Inggris yang berada di Teluk Persia juga bergerak dengan misi pengeboman di Irak.

Sepanjang malam, pesawat dari koalisi militer pimpinan AS menyerang sasaran di sekitar Baghdad.

Peristiwa penyerangan ini disiarkan langsung melalui televisi yang ditransmisikan melalui satelit dari Baghdad.

Baca juga: Iran, Amerika Serikat, dan Potensi Perang Dunia Ketiga...

Operasi Badai Gurun

Operasi Badai Gurun, nama kode untuk serangan besar-besaran pimpinan AS terhadap Irak, secara resmi diumumkan di Gedung Putih.

Operasi tersebut dilakukan oleh koalisi internasional di bawah komando Jenderal AS Norman Schwarzkopf dan melibatkan pasukan dari 32 negara, termasuk Inggris, Mesir, Perancis, Arab Saudi, dan Kuwait.

Selama enam minggu berikutnya, pasukan sekutu terlibat dalam perang udara besar-besaran terhadap infrastruktur militer dan sipil Irak.

Meski sempat mendapat perlawanan sengit dari angkatan udara Irak, pasukan darat Irak tak berdaya menghadapi serangan ini.

Satu-satunya aksi balasan yang berarti dari Irak adalah meluncurkan serangan rudal SCUD terhadap Irak.

Mengapa Israel? Saddam Hussein berharap bahwa serangan rudal itu akan memprovokasi Israel untuk memasuki konflik.

Sehingga membubarkan dukungan Arab terhadap perang. Namun, atas permintaan AS, Israel tetap keluar dari perang.

Pada 24 Februari, serangan besar-besaran dilancarkan oleh pasukan koalisi internasional.

Irak pun kewalahan menghadapi serangan itu karena kualitas senjata mereka kalah jauh dengan pasukan koalisi.

Kuwait akhirnya dapat dibebaskan dalam waktu kurang dari empat hari. Mayoritas angkatan bersenjata Irak menyerah dan mundur ke Irak.

Pada 28 Februari 1991, Presiden George HW Bush mengumumkan gencatan senjata. Irak pun berjanji menghormatinya dan memenuhi persyaratan damai PBB.

Baca juga: Melihat Perbandingan Kekuatan Militer Iran dan Amerika

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Tren
Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Tren
Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com