KOMPAS.com - Munculnya anakan ular kobra di sejumlah daerah menimbulkan keresahan. Bahkan, ada yang masuk ke rumah-rumah warga.
Musim penghujan atau akhir tahun seperti saat ini disebut sebagai musimnya telur-telur kobra menetas.
Hal itu dikatakan Ketua Taman Belajar Ular Indonesia, Erwandi Supriadi, saat dihubungi Kompas.com, Senin (9/12/2019).
"Telur ular itu menetas 3 bulan. Saya mengamati 5-6 tahun yang lalu. Bulan November, Desember, dan Januari musim menetas bibit kobra," kata Erwandi, yang biasa disapa Elang.
Oleh karena itu, masyarakat diimbau meningkatkan kewaspadaan.
Ia mengatakan, kobra biasanya ditemukan di tempat yang tidak terlalu lembap, tempat gelap, tumpukan batu, dan genteng.
Baca juga: Teror Ular Kobra Masuk Permukiman di Sejumlah Daerah, Ahli Sebut Wajar
Elang menyampaikan, anakan ular kobra juga sudah berbisa sejak menetas dari telurnya.
"Iya, semua jenis ular berbisa tinggi itu ketika keluar dari telurnya sudah mempunyai bisa," tutur dia.
Oleh karena itu, anakan dengan induk ular ini sama berbahayanya.
Anakan ular kobra yang masih kecil juga akan menggigit dan menyemburkan bisanya jika merasa terancam.
Ular yang kecil ini relatif agresif dan lebih susah untuk ditangkap.
"Luka gigitannya sama, tapi gigitannya (anakan kobra) bisa dua sampai tiga kali. Karena kalau kecil kan labil, megangnyapun susah kalau kecil. Jadi harus ekstra hati-hati," papar Elang.
Baca juga: Dari Ciracas hingga Jember, Mengapa Kobra Tiba-tiba Muncul di Mana-mana?
"Kesembur, kena bisanya, kalau lagi enggak ada luka, itu enggak apa-apa. Tapi kalau ada luka, (misalnya) kayak digigit nyamuk terus digaruk, itu kan luka. Itu bisa masuk (bisa ular ke tubuh)," ujar dia.
Bisa ular kobra, lanjut Elang, jika hanya mengenai kulit tak akan terasa panas dan tidak menimbulkan lepuhan.
"Bisa berbeda dengan racun. Racun dapat masuk ke tubuh melalui pori-pori. Namun, bisa ular masuk karena terdapat luka, suntikan, atau gigitan," lanjut dia.