KOMPAS.com – Hari ini 160 tahun yang lalu, tepatnya pada 24 November 1859, Charles Darwin pertama kali menerbitkan buku “Origin of Species by Means of Natural Selection, or The Preservation of Favoured Races in the Struggle for Life”.
Buku tersebut adalah buku tentang asal-usul spesies di mana proses seleksi alam mempengaruhi.
Buku yang dibuat oleh “Bapak Evolusi” tersebut menuai banyak kotroversi dan pedebatan bahkan hingga hari ini.
Perdebatan tersebut baik dari sisi sains, filsafat maupun agama.
Meski demikian, Origin of Species laris manis terjual pada cetakan pertamanya. Bahkan pada tahun 1872 buku tersebut terbit hingga enam edisi dan menjadi buku paling berpengaruh di zaman modern.
Buku karangan Darwin banyak dianggap sebagai salah satu buku yang mendasari perkembangan botani modern, biologi seluler dan genetika.
Baca juga: Ilmuwan Islam Temukan Teori Evolusi 1.000 Tahun Sebelum Charles Darwin
Darwin adalah seorang putra seorang dokter Inggris.
Memiliki ketertarikan pada dunia botani dan ilmu pengetahuan alam, mendorongnya untuk melakukan penelitian dengan cara berkeliling dunia.
Ia pernah berkelling Amerika Selatan selama lima tahun sebagai ahli botani tanpa dibayar di HMS Beagle.
Perjalanannya membuatnya menghasilkan banyak makalah sebagai peneliti lapangan dan penulis ilmiah yang karyanya kerap dibaca pada pertemuan ilmiah terkemuka di London.
Karya-karyanya ia kirimkan dari Amerika Selatan dan Kepulauan Galapagos, sehingga ketika ia pulang kembali, namanya telah banyak dikenal.
Darwin kemudian menerbitkan studi zoologi dan geologi usai kembali dari perjalanannya.
Ia sempat menunda menerbitkan bukunya tentang seleksi alam selama bertahun-tahun.
Hal itu karena ia melihat nasib para peneliti dengan teori ilmiah radikal seperti Copernicus dan Galileo yang berakhir kurang baik.
Namun penundan penerbitan itu sembari ia terus melakukan pengembangan penelitian diam-diam.
Usai ia menikah dan memiliki tujuh anak ia baru menerbitkan buku Origin of Species-nya bersamaan dengan beberapa peneliti yang menerbitkan karya serupa.
Darwin, meninggal pada tahun 1882 di usianya yang ke 73 tahun.
Ia meninggal karena gagal jantung dan dan kondisi ingatannya yang memburuk.
Meski telah berlalu cukup lama, kematian Darwin juga menarik perhatian para peneliti modern yang berusaha mengungkap kondisi membingungkan para tokoh terkemuka yang telah lama meninggal.
Baca juga: Teori Baru Klaim Charles Darwin Idap Penyakit Ganas Semasa Hidupnya
Profesor kedokteran dan direktur penelitian di Fakultas Kedokteran di Universitas Thomas Jefferson di Philadelphia, Cohen setuju dengan teori yang menyebut Darwin kemungkinan mengidap penyakit yang disebut penyakit Chagas.
Ia menilai penyakit yang disebabkan parasit tersebut didapat saat Dawin berkeliling dunia.
Menurutnya penyakit tersebut yang kemudian menyebabkan Darwin kerap mengeluhkan tentang kondisi kesehatan pencernaannya.
Penyakit chagas jika tak diobati akan menimbulkan kerusakan jantung. Itulah yang menurutnya menjadi penyebab Darwin meninggal dengan kondisi gagal jantung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.