Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Limbah Plastik Impor yang Dianggap "Racuni" Indonesia dalam Sorot Media Internasional...

Kompas.com - 19/11/2019, 10:49 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masalah pembakaran dalam pembuatan tahu di Indonesia yang menggunakan bahan bakar plastik impor dari negara barat, menjadi perhatian internasional.

Setidaknya, 3 media besar dunia menjadikannya sebagai salah satu sorotan mereka dalam pemberitaan pekan lalu.

Ketiganya adalah New York Times, BBC, dan The Guardian. Berikut ini informasi pokok yang dituliskan dalam pemberitaan di media-media tersebut.

Baca juga: Ramai soal Pabrik Tahu yang Gunakan Sampah Plastik, Ternyata Sampahnya dari Limbah Impor

New York Times

Pemberitaan New York Times mengenai penggunaan limbah plastik sebagai bahan bakar.New York Times Pemberitaan New York Times mengenai penggunaan limbah plastik sebagai bahan bakar.
New York Times mengangkat kasus pabrik tahu di Indonesia dengan judul To Make This Tofu, Start by Burning Toxic Plastic.

Plastik-plastik ini berasal dari Amerika Serikat dikirimkan ke Indonesia, kemudian digunakan sebagai bahan bakar.

Pembakaran ini menghasilkan senyawa kimia yang mematikan, juga membuat tahu yang diproduksi terkontaminasi.

Di Amerika, plastik-plastik itu sudah dibuang dan masuk dalam bak-bak sampah untuk didaur ulang.

Tak diketahui bagaimana caranya bisa sampai di Indonesia dan digunakan untuk bahan bakar utama di pabrik-pabrik tahu, selain kertas.

New York Times menyambangi wilayah Tropodo di Sidoharjo, Jawa Timur dan melihat secara langsung proses pembuatan tahu di pabriknya.

Asap hitam yang dihasilkan membawa dampak kesehatan tersendiri.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh aliansi lingkungan IPEN, telur dari ayam yang hidup di desa itu mengandung senyawa dioxin yang disebut mampu menyababkan kanker, cacat lahir, dan parkinson apabila dikonsumsi terus-menerus.

Semua ini dipandang sebuah penyimpangan dan kecerobohan yang terjadi akibat lemahnya pengawasan dari pemerintah.

Baca juga: Ramai soal Pabrik Tahu yang Gunakan Sampah Plastik, Ternyata Sampahnya dari Limbah Impor

BBC

Pemberitaan BBC mengenai pembakaran limbah plastik impor yang dianggap meracuni rantai makanan di Indonesia.BBC Pemberitaan BBC mengenai pembakaran limbah plastik impor yang dianggap meracuni rantai makanan di Indonesia.
Sementara itu, BBC menurunkan tulisan berjudul "Western Plastic ' Poisoning Indonesian Food Chain" untuk memberitakan masalah pabrik tahu di Indonesia.

Sampah-sampah plastik yang datang dari negara barat disebut telah masuk sebagai racun dalam rantai makanan di sebagian wilayah di Indonesia.

Pasalnya, plastik itu digunakan sebagai bahan bakar pembuatan tahu, salah satu bahan makanan lokal yang seharusnya kaya protein nabati dan menyehatkan.

Racun yang dihasilkan dari proses pembakaran itu bernama dioxin.

Racun itu ditemukan dalam bahan makanan yang ada di sekitar pabrik tahu, dengan kandungan 70 kali lebih tinggi dari standar aman yang ditetapkan Eropa.

Dalam jangka panjang, konsumsi bahan makanan yang mengandung dioxin dengan kadar setinggi ini akan mendatangkan kemungkinan kanker, gangguan kekebalan tubuh, dan gangguan pertumbuhan.

Pemerintah menyebut akan mengembalikan plastik-plastik penyebab dioxin itu kembali ke negara asalnya.

Baca juga: Pembakaran Plastik oleh Pabrik Tahu Timbulkan Polutan Dioxin, Apa Itu dan Seberapa Bahaya?

The Guardian

Pemberitaan The Guardian tentang rantai makanan Indonesia yang disebut tercemar limbah plastik.The Guardian Pemberitaan The Guardian tentang rantai makanan Indonesia yang disebut tercemar limbah plastik.
Media lainnya yang menyoroti yang hal yang sama adalah The Guardian.

The Guardian memberitakan dengan judul "Indonesia's Food Chain Turns Toxic as Plastic Waste Exports Flood In".

Fokus pembahasan The Guardian juga seputar racun dioxin yang ditemukan dalam sampel makanan yang diuji di sekitar kawasan pabrik tahu di Sidoarjo, Jawa Timur.

Bukan hanya dioxin, senyawa bifenil poliklorinasi juga ditemukan di telur-telur yang dijadikan sampel penelitian mereka.

Dua senyawa ini sudah sejak lama dikenal sebagai racun yang sangat berbahaya bagi kesehatran manusia.

Semua ini bisa terjadi akibat adanya kesalahan manajemen limbah dan impor limbah plastik yang dilakukan.

Baca juga: Pabrik Tahu Gunakan Plastik sebagai Bahan Bakar, Ini Kata Walhi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com