Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Pahlawan, Ini Kisah Empat Perempuan Belanda Pembela Indonesia

Kompas.com - 10/11/2019, 15:00 WIB
Nibras Nada Nailufar

Editor

Sumber BBC

Mereka memaksa masuk walau sang nyonya rumah berkilah bahwa suaminya berada di ibu kota Indonesia, Yogyakarta. Padahal saat itu Soetarjo sedang berada di dapur.

"Suami saya cerdik, dia melepas bajunya dan kemudian hanya memakai singlet. Dia lalu mencuci piring. Tentara Belanda lewat gitu aja, dikira dia pembantu," kata Dolly sambil terkekeh.

Selamatlah mereka.

Tanpa suami yang bertugas di tempat lain, Dolly dan Kobus bersaudara bertahan hidup dengan antara lain menjual permen dengan mengolah persediaan gula yang tersisa.

Permen-permen itu diberi pita merah-putih lalu dijual ke sejumlah keluarga Belanda. Yang membeli tidak sadar bahwa pita itu menyimbolkan bendera Indonesia.

Dampak operasi militer 1945-1950

Gert Oostindie selaku Direktur Institut Kajian Asia Tenggara dan Karibia (KITLV) mencatat jumlah korban jiwa militer Belanda di Indonesia pada periode 1945-1950 mencapai 4.751 orang. Adapun jumlah korban di pihak Indonesia diperkirakan sekitar 100.000 jiwa.

Baca juga: Benteng Pendem Ambarawa, Saksi Hidup dari Era Kolonial Belanda

Oostindie yang juga mengepalai program riset bertajuk Dekolonisasi, Kekerasan, dan Perang di Indonesia, 1945-1950, mewawancarai sejumlah mantan serdadu yang dimobilisasi ke Indonesia pada periode itu.

Berpuluh tahun kemudian, menurut Oostindie, mereka masih mengingat peperangan tersebut.

"Saya mendapat kesan bahwa banyak dari veteran serdadu Belanda yang saya wawancarai selama beberapa tahun terakhir merasa bahwa Belanda seharusnya tidak bertempur dalam peperangan itu karena rakyat Indonesia berhak menentukan masa depan mereka sendiri," tulis Oostindie dalam surat elektronik kepada BBC Indonesia.

Peristiwa 30 September

Awal yang baru bagi Indonesia, juga merupakan permulaan baru bagi Kobus bersaudara dan Dolly.

Sayang, kehidupan tak selalu berpihak pada mereka. Annie Kobus ditinggalkan suaminya, Djabier, pada masa perang sebelum pengakuan kedaulatan. Miny juga bercerai dari Amarie.

Halaman Berikutnya
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com