Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sering Bikin "Malu", Ini 5 Hal Tak Terduga tentang Kentut Manusia

Kompas.com - 09/11/2019, 07:00 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

"Ini adalah ekologi yang kompleks, dengan berbagai organisme hidup berdampingan dan berkembang," kata Kashyap.

Ketika karbohidrat kompleks mencapai usus besar, menurut Kasyap, beberapa bakteri akan memecahnya terlebih dahulu.

Setelah itu, beberapa produk sampingannya akan menjadi makanan bagi bakteri lain.

Seluruh komunitas bakteri dalam pencernaan kita akan mendapat manfaat dari satu karbohidrat tunggal yang kita konsumsi.

Bakteri dalam pencernaan kita juga menghasilkan gas yang mengandung vitamin dan asam lemak untuk membantu menjaga lapisan usus serta mendukung sistem kekebalan tubuh kita.

Baca juga: INFOGRAFIK: Misteri Tubuh Manusia, Kok Bunyi Kentut Bisa Berbeda?

4. Menguyah permen karet bikin tubuh memproduksi gas berlebihan

Mengunyah permen karet membuat kita menelan lebih banyak udara. Gas yang tak sengaja tertelan itu bisa sampai ke usus kita dan keluar melalui anus.

Selain itu, permen karet juga mengandung sorbitol, xylitol, atau jenis alkohol gula lainnya yang tidak dapat diserap tubuh .

Saat gula yang tidak bisa dicerna ini dipecah, tubuh menghasilkan gas dan membuat perut terasa kembung.

5. Lokasi yang tinggi membuat kita sering kentut

Fenomena ini disebut dengan High Flatus Epulsion (HAFE) alias sindrom gastrointestinal yang melibatkan aliran spontan dari peningkatan jumlah gas yang keluar dari dubur saat berada ketinggian tinggi.

Fenomena ini sering terjadi di kalangan pendaki gunung, di mana mereka akan sering kentut saat melakukan pendakian.

Hal yang sama juga terjadi saat kita naik pesawat. Tekanan kabin dapat menyebabkan udara di usus mengembang, membuat kita kembung dan sering buang gas.

Kabar buruknya, sekitar 50 persen udara kabin didaur ulang, sehingga aroma kentut akan bertahan lebih lama di dalam pesawat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com