KOMPAS.com - Hari ini, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta kembali menjadi perhatian banyak pihak, karena adanya rincian sebesar Rp 82,8 miliar untuk pembelian lem aibon.
Banyak yang mempertanyakan berapa banyak lem aibon yang didapatkan dengan uang sebanyak itu, dan untuk apa kegunaannya bagi siswa-siswi SD yang menjadi pihak penerimanya.
Bahkan, topik ini menjadi trending pembicaraan di Twitter Indonesia dan tercatat menjadi topik yang banyak dicari di mesin pencarian Google.
Selain penggunaan anggaran untuk lem aibon, APBD DKI juga beberapa kali mendapat sorotan publik karena adanya pos-pos pembelanjaan yang dianggap kurang memiliki urgensi bagi masyarakat.
Baca juga: Soal Anggaran Lem Aibon Pemprov DKI, Mendagri Tito Akan Bicara dengan Anies
Di antaranya adalah 5 rincian pengeluaran anggaran berikut:
Pemprov DKI Jakarta pernah mengeluarkan anggara sebesar Rp 397 juta pada 2017 untuk membeli pohon plastik yang ditanam di trotoar jalan protokol seperti di Jalan Medan Merdeka Barat dan Jalan MH Thamrin.
Pohon ini merupakan hiasan lampu dalam bentuk pohon berukuran rendah.
Menurut Kepala Suku Dinas Perindustrian dan Energi Jakarta Pusat Iswandi lampu merupakan barang inventaris yang per pohonnya memiliki harga sekitar Rp 8 juta.
Terdapat 48 set pohon lampu yang dibeli sehingga jika dikalikan dibutuhkan anggaran sebesar sekitar Rp 397 juta untuk membeli pohon-pohon itu.
Namun, pohon-pohon itu kemudian dicabut pada Mei 2018 atas perintah Wakil Gubernur ketika itu Sandiaga Uno setelah mendapat banyak kritik dari masyarakat.
Baca juga: Pohon Plastik yang Viral Pengadaan Tahun 2017, Nilainya Rp 397 Juta
Polemik lain dari pengeluaran anggaran Pemprov DKI Jakarta adalah ketika dibangun instalasi bambu bernama "Getih Getah" di kawasan Bundaran HI.
Bukan karena instalasi yang dibangun, melainkan biaya yang dikeluarkan mencapai Rp 550 juta untuk sebuah instalasi seni yang semuanya terbuat dari materi bambu.
Instalasi itu dibangun bertepatan dengan dimulainya pesta olahraga terbesar se-Asia Asian Games yang dihelat di Jakarta.
Gubernur Anies ingin membuat sebuah karya seni dengan menggunakan material yang menunjukkan identitas bangsa Indonesia, hingga dipilihlah bambu.
Karya ini dibuat oleh seniman Joko Avianto dan terpasang di lokasi itu selama 11 bulan, karena rapuh dan harus segera dibongkar.