Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Senin Kelam 19 Oktober 1987, Terjadinya Tragedi Bintaro...

Kompas.com - 19/10/2019, 09:04 WIB
Rosiana Haryanti,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Senin pagi, 19 Oktober 1987, menjadi tanggal tak terlupakan dalam sejarah perkeretaapian Indonesia.

Senin pagi itu seketika kelam.

Warga Kampung Betung RW 09 Kelurahan Bintaro, Jakarta Selatan dikejutkan dengan tabrakan dua rangkaian kereta api.

Dokumentasi pemberitaan Harian Kompas, 20 Oktober 1987 menyebutkan, saat itu, kereta api Patas No 220 dengan rangkaian tujuh gerbong dari arah Tanah Abang menuju ke arah Merak bertabrakan dengan KA No 225 dari Rangkasbitung ke Tanah Abang.

Masing-masing lokomotif menarik tujuh rangkaian gerbong.

Sebelum tragedi terjadi, kedua masinis tidak mengetahui jika masing-masing kereta api melintas di rel yang sama.

KA 225 meluncur cepat di rel lurus yang melintas kompleks Perumahan Bintaro Jaya, sementara KA 220 mulai menggilas rel perlintasan Pasar Ulujami.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Thomas Alva Edison Meninggal Dunia

Tabrakan pun tak terelakkan.

Tabrakan dua kereta api jurusan Tanah Abang - Rangkas Bitung dan sebaiknya hari Senin pukul 07.05 WIB di Pondok Betung merupakan kecelakaan kereta api terbesar di Indonesia dari segi korban jiwa. Sampai pukul 22.15 WIB sudah 101 korban meninggal dunia dan ratusan yang cedera. Dari kiri, para petugas dan rakyat membantu mengeluarkan korban dari dalam gerbong penumpang yang ditembus loko. Salah satu penumpang yang selamat dikeluarkan dari dalam gerbong untuk mendapatkan perawatan selanjutnya. Benturan yang keras menyebabkan kursi-kursi di gerbong penumpang bergeser ke depan. Ratusan kerabat dan keluarga korban memadati RSCM dan kamar mayat untuk mencari keluarganya. Mereka memadati papan pengumuman yang mencantumkan para korban yang dirawat di unit gawat darurat.KOMPAS/RENE L PATTIRADJAWANE Tabrakan dua kereta api jurusan Tanah Abang - Rangkas Bitung dan sebaiknya hari Senin pukul 07.05 WIB di Pondok Betung merupakan kecelakaan kereta api terbesar di Indonesia dari segi korban jiwa. Sampai pukul 22.15 WIB sudah 101 korban meninggal dunia dan ratusan yang cedera. Dari kiri, para petugas dan rakyat membantu mengeluarkan korban dari dalam gerbong penumpang yang ditembus loko. Salah satu penumpang yang selamat dikeluarkan dari dalam gerbong untuk mendapatkan perawatan selanjutnya. Benturan yang keras menyebabkan kursi-kursi di gerbong penumpang bergeser ke depan. Ratusan kerabat dan keluarga korban memadati RSCM dan kamar mayat untuk mencari keluarganya. Mereka memadati papan pengumuman yang mencantumkan para korban yang dirawat di unit gawat darurat.
Kedua lokomotif setiap kereta api tetap berdiri di rel. Kejadian ini mengakibatkan seluruh badan lokomotif BB-303 16 "masuk" dan "ditelan" oleh gerbong KB3-65 601.

Bahkan, separuh badan lokomotif BB-303 16 tertelan gerbong pertama yang ditariknya.

Gerbong KB3-65 61 merupakan gerbong pertama yang ditarik oleh lokomotif BB-303 16.

Akibat dorongan yang diterima saat tabrakan, gerbong ini meluncur bebas dan menabrak sekaligus "menelan" lokomotif di depannya.

Saat kejadian, gerbong sepanjang 21 meter tersebut dijejali ratusan penumpang.

Analisis kecelakaan

Jalur kereta api antara pasar Palmerah dan Rangkasbitung saat itu, setiap harinya terhitung sangat padat.

Kereta pertama dari Rangkasbitung melalui Sudimara menuju Palmerah berangkat pukul 06.11.

Sementara, kereta api pertama dari Tanah Abang ke Rangkasbitung berangkat pukul 05.00 di jalur yang sama.

Peristiwa kecelakaan terjadi saat ada kesalahpahaman dari Kepala Stasiun Serpong yang memberangkatkan KA 225 yang langsung berangkat menuju Sudimara tanpa mengecek kondisi stasiun.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 2 Anggota KKO Dieksekusi Mati di Singapura

Hal ini membuat tiga jalur yang berada di Stasiun Sudimara penuh akibat kedatangan KA 225.

Namun, komunikasi yang buruk di KA Sudimara, membuat KA 220 yang saat itu berada di Kebayoran Baru juga ikut diberangkatkan,

KA 220 kala itu mengarah ke Sudimara.

Kondisi itu memaksa juru langsir di Sudimara segera memindahkan lokomotif KA 225 menuju ke jalur tiga.

Akan tetapi, ramainya jalur kereta, membuat masinis tidak bisa melihat semboyan dari juru langsir.

Bahkan, KA 225 yang pada awalnya harus berpindah rel tiba-tiba berangkat. Upaya yang dilakukan juru langsir untuk menghentikan KA 225 sia-sia.

Akhirnya, kereta api yang menarik tujuh gerbong itu harus berhadapan dengan KAA 220 yang meluncur dengan kecepatan 20 kilometer per jam.

Adapun saat itu KA 225V berjalan dengan kecepatan 30 kilometer per jam.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Drama Pembajakan Pesawat Lufthansa Tahun 1977

Tak hanya kelalaian, banyaknya korban yang jatuh saat itu juga disebabkan kondisi gerbong kereta yang dipenuhi penumpang.

KA 225 memang dipenuhi penumpang di luar kapasitasnya. Pada setiap gerbong, tersedia 64 kursi rotan dan saat itu dipenuhi oleh para penumpang.

Namun, kapasitas yang disediakan tak cukup untuk menampung banyaknya orang yang ingin menempuh perjalanan yang sama.

Akhirnya, atap gerbong dan ruang kosong di kiri-kanan lokomotif pun juga dijejali penumpang sebagai tempat tangkringan sementara.

Lokasi kecelakaan yang berada di tikungan juga membuat kedua masinis tidak dapat saling melihat.

Ketika menyadari ada kereta lain di jalur yang sama, sudah terlambat bagi masinis untuk menghentikan laju kereta karena jarak antara keduanya sudah terlalu dekat.

Selain itu, pihak petugas palang pintu kereta juga tak mengetahui simbol genta yang menyebabkan kedua kereta itu berhadapan di rel yang sama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com