Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Perjalanan Gibran, dari Bisnis Kuliner hingga Fokus Jadi Politikus

Kompas.com - 16/10/2019, 11:16 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Sumber kompas.com

KOMPAS.com - Putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, sudah bertekad kuat untuk maju sebagai calon wali kota di Pilkada Solo 2020.

Berdasarkan laporan Kompas.com, Selasa (15/9/2019), Gibran telah mendaftarkan diri sebagai anggota PDIP-P Surakarta.

Namun, hasil penjaringan tertutup yang dilakukan PDI-P Kota Surakarta muncul nama Achmad Purnomo dan Teguh Prakosa sebagai bakal calon wali kota dan wakil wali kota yang diusung di pilkada.

Surat penugasan PDI-P Kota Surakarta untuk Purnomo dan Teguh pun telah dikirim ke DPP dan DPD PDI-P untuk mendapatkan rekomendasi.

Lantas, bagaimana perjalanan karir putra presiden Joko Widodo ini hingga memilih jalur politik?

Baca juga: Ketika Anak Pejabat Maju di Pilkada...

Bisnis katering

Pria kelahiran Solo 32 tahun silam ini mengawali karirnya sebagai pengusaha katering bernama Chili Pari.

Meski sang ayah berharap ia meneruskan usaha mebel miliknya, Gibran memilih merintis usaha sendiri dengan modal yang didapatnya dari pinjaman bank.

Gibran memilih usaha katering karena melihat adanya peluang untuk meraup untung pada bidang usaha itu.

"Saya melihat kesempatan pasarnya ada. Pernikahan orang kan pasti, event pernikahan ada terus. Apalagi saya punya gedung pernikahan sendiri. Jadi satu paket. Pasarnya jelas, pembelinya jelas ada," papar Gibran, seperti diberitakan Kompas.com, Selasa (29/8/2019).

Seiring berjalannya waktu, bisnis katering yang dirintis Gibran semakin berkembang. Ia bahkan memiliki wedding organizer hingga pengadaan suvenir, undangan dan foto pre-wedding.

Merasa belum puas, Gibran kembali mengembangkan bisnis kuliner lain di tahun 2015. Ia merintis usaha kuliner matarbak bernama Markobar yang kini digandrungi masyarakat.

Gibran juga membuka bisnis kedai kopi dan olahan ceker ayam. 

Bersama rekannya, Dhimas Aji Kurniawan, Gibran membuka kedai susu Mom Milk. Juli 2018, Gibran juga membuka bisnis minuman dengan nama Goola.

Gibran juga menggandeng adiknya, Kaesang Pangarep, untuk membuka bisnis board game dengan label "Hompipa Games", jas hujan dengan merek "Tugas Negara Bos!" serta mengembangkan aplikasi jual beli makanan bernama "Madhang Indonesia".

Kemudian, kakak beradik tersebut juga menggandeng Chef Arnold untuk membukan restroran Mangkok Ku di kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat.

Baca juga: Mereka yang Tergiur Surga Politik, dari Artis, Anak Pejabat hingga Jubir Istana

Dunia politik

Terjunnya Gibran ke dunia politik tak terlalu membuat kaget, lantaran isu ini sudah berembus sejak beberapa waktu lalu.

Saat itu, ada survei yang mengukur elektabilitas Gibran dan adiknya, Kaesang Pangarep, jika mengikuti Pilkada Solo 2020. Ternyata keduanya punya elektabilitas bagus dan kans tinggi memimpin Solo.

Dari kategori popularitas, nama Gibran muncul dengan angka tertinggi, yakni 90 persen yang mengenal namanya. Disusul dengan Wakil Wali Kota Surakarta Achmad Purnomo.

Puncaknya, Gibran mendatangi Kantor DPC PDI-P Kota Surakarta di Jalan Hasanuddin Nomor 26, Purwosari, Laweyan, Solo, Senin (23/9/2019).

Selain untuk menyerahkan berkas kartu tanda anggota (KTA), kedatangan suami dari Selvi Ananda ke DPC PDI-P Kota Surakarta ini juga untuk menanyakan pendaftaran calon wali kota dari PDI-P.

"Insya Allah, saya sudah menjadi bagian keluarga besar PDI-P," ujar Gibran usai menyerahkan formulir seperti diberitakan Kompas.com (23/9/2019),

Sementara itu, peneliti Bidang Politik dan Hubungan Internasional CSIS Arya Fernandes menilai, pergerakan dan manuver-manuver Gibran menunjukkan bahwa keduanya mempunyai keinginan untuk maju ke panggung politik.

"Semua manuver itu kan enggak mungkin dilakukan kalau enggak punya niatan-niatan politik," kata Arya seperti diberitakan Kompas.com (21/9/2019).

Akan tetapi, ia belum bisa memprediksi dan menganalisa mengenai pelluangnya di Pilkada 2020.

"Nilai plusnya kan mereka anak presiden. Tapi partai juga akan berpikir strategis. Partai akan lihat potensi elektoralnya, rivalnya," kata dia.

Soal dinasti politik, imbuhnya sebuah fenomena yang wajar dalam politik.

(Sumber: Labib Zamani, Ihsanuddin, Fabian | Editor: Inggried Dwi Wedhaswary, Bayu Galih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com