Sakit jiwa dianggap bisa diatasi jika mengubah diri.
Padahal, seseorang yang tengah mengalami gangguan jiwa memerlukan psikiater untuk membantunya mengatasi masalah.
“Misalnya seseorang yang terus memikirkan sesuatu. Dia enggak mau mikir, nge-hang dan pop up terus pikirannya. Di situlah peran kita sebagai psikiater, membantunya mengintervensi bagaimana supaya pikiran itu tidak terus muncul,” papar Dharmawan.
Anggapan lain, pemikiran masyarakat bahwa mendatangi psikiater bisa menyebabkan ketergantungan.
Menurut dia, jika seorang pasien masih bisa dikonseling tanpa intervensi obat, maka akan disarankan bertemu psikolog.
Dalam beberapa kasus, otak seseorang tak bisa dikontrol sehingga dibutuhkan pengobatan di antaranya menggunakan obat maupun terapi magnet/elektrik.
Saat ditanya mengenai penyebab gangguan jiwa, Dharmawan menyebutkan, tak bisa diketahui pasti.
Meski demikian, bisa diketahui dengan menggali akar masalah yang terjadi pada seseorang.
“Kalau tanya ada masalah apa dengan skizoprenia, maka bisa dijelaskan ada ketidakstabilan dopamine. Lalu, jika depresi ada gangguan serotonin. Kalau kecemasan ada gangguan pada noradrenaline, macam-macam,” kata dia.
Baca juga: Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Bagaimana Cara Jaga Kesehatan Mental?
Sementara itu, ada beberapa hal yang bisa memengaruhi kesehatan jiwa seseorang, di antaranya masalah pekerjaan.
“Kegiatan sehari-hari bisa memengaruhi. Kalau Anda enggak bisa memaknai pekerjaan Anda, rutin, bosan, kosong hampa, meaningless, lama-lama akan memengaruhi kestabilan neurokimiawi atau neurotransmitter di otak,” jelas Dharmawan.
Jika menghadapi situasi seperti ini, ia menyarankan, agar melakukan kegiatan yang variatif dalam keseharian.
“Itu namanya burn out syndrome. Kalau tiap hari begitu-begitu saja bosan, harus balance,” ujar Dharmawan.
Selain itu, pseudoparanoid community juga bisa memengaruhi kondisi kesehatan mental seseorang.
“Lingkungan kita bisa membuat kita waspada berlebihan. Misalnya Anda meninggalkan kunci motor. Padahal belum tentu hilang, Anda sudah ketakutan,” ujarnya.
Ketakutan-ketakutan yang lain seperti prasangka buruk terhadap seseorang yang belum dikenal, dan lain-lain, bisa menjadi penyebab gangguan terhadap jiwa seseorang.