Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kesehatan Jiwa dan Pemahaman yang Kerap Keliru soal Dokter Jiwa...

Mungkin, ada yang beranggapan bahwa mereka yang bertemu dokter jiwa mengalami gangguan jiwa.

Pemahaman seperti ini dinilai masih berkembang di masyarakat.

Dokter spesialis kesehatan jiwa di RS Gading Pluit, Kelapa Gading, Jakarta Utara, dr. Dharmawan AP, SpKJ, mengatakan, dokter jiwa adalah dokter umum yang mengambil spesialisasi kesehatan jiwa.

Selama ini, ada pemahaman yang keliru antara dokter jiwa dengan psikolog.

Dokter Jiwa sendiri merupakan profesi yang kerap dikenal sebagai psikiater.

Sementara, psikolog merupakan seseorang yang telah menempuh pendidikan S1 psikologi terlebih dahulu.

“Dokter jiwa itu dokter umum plus pendidikan spesialisasi. Dapat sertifikat dan beberapa mendapat pendidikan tambahan di luar negeri,” ujar dr. Dharmawan AP, SpKJ, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (10/10/2019).

Pemahaman yang keliru

Dharmawan menjelaskan, dokter jiwa lebih fokus pada intervensi gangguan jiwa terutama yang berkaitan dengan fungsi otak.

Ia menyayangkan masih adanya anggapan buruk terhadap mereka yang konsultasi atau berobat kepada dokter jiwa.

“Banyak pasien saya yang bercerita tentang anggapan orang-orang bahwa datang ke dokter jiwa itu kalau sudah gila. Kalau baru sepertiga belum ke dokter jiwa,” ujar Dharmawan.

Padahal, kata dia, jiwa itu mengenai pikiran, perasaan, dan perilaku.

Seseorang dengan gangguan kecemasan atau memiliki masalah pribadi bisa berkonsultasi dengan dokter jiwa.

“Dokter jiwa, menangani perasaan psikosomatis yang berhubungan dengan stres dan gangguan fisik. Jadi tidak harus gila,” kata dia.

Pemahaman lainnya yang selama ini sering keliru, lanjut Dharmawan, anggapan bahwa orang yang sakit jiwa bisa diobati sendiri karena berkaitan dengan iman.

Sakit jiwa dianggap bisa diatasi jika mengubah diri.

Padahal, seseorang yang tengah mengalami gangguan jiwa memerlukan psikiater untuk membantunya mengatasi masalah.

“Misalnya seseorang yang terus memikirkan sesuatu. Dia enggak mau mikir, nge-hang dan pop up terus pikirannya. Di situlah peran kita sebagai psikiater, membantunya mengintervensi bagaimana supaya pikiran itu tidak terus muncul,” papar Dharmawan.

Anggapan lain, pemikiran masyarakat bahwa mendatangi psikiater bisa menyebabkan ketergantungan.

Menurut dia, jika seorang pasien masih bisa dikonseling tanpa intervensi obat, maka akan disarankan bertemu psikolog.

Dalam beberapa kasus, otak seseorang tak bisa dikontrol sehingga dibutuhkan pengobatan di antaranya menggunakan obat maupun terapi magnet/elektrik.

Penyebab sakit jiwa

Saat ditanya mengenai penyebab gangguan jiwa, Dharmawan menyebutkan, tak bisa diketahui pasti.

Meski demikian, bisa diketahui dengan menggali akar masalah yang terjadi pada seseorang.

“Kalau tanya ada masalah apa dengan skizoprenia, maka bisa dijelaskan ada ketidakstabilan dopamine. Lalu, jika depresi ada gangguan serotonin. Kalau kecemasan ada gangguan pada noradrenaline, macam-macam,” kata dia.

Sementara itu, ada beberapa hal yang bisa memengaruhi kesehatan jiwa seseorang, di antaranya masalah pekerjaan.

“Kegiatan sehari-hari bisa memengaruhi. Kalau Anda enggak bisa memaknai pekerjaan Anda, rutin, bosan, kosong hampa, meaningless, lama-lama akan memengaruhi kestabilan neurokimiawi atau neurotransmitter di otak,” jelas Dharmawan.

Jika menghadapi situasi seperti ini, ia menyarankan, agar melakukan kegiatan yang variatif dalam keseharian.

“Itu namanya burn out syndrome. Kalau tiap hari begitu-begitu saja bosan, harus balance,” ujar Dharmawan.

Selain itu, pseudoparanoid community juga bisa memengaruhi kondisi kesehatan mental seseorang.

“Lingkungan kita bisa membuat kita waspada berlebihan. Misalnya Anda meninggalkan kunci motor. Padahal belum tentu hilang, Anda sudah ketakutan,” ujarnya.

Ketakutan-ketakutan yang lain seperti prasangka buruk terhadap seseorang yang belum dikenal, dan lain-lain, bisa menjadi penyebab gangguan terhadap jiwa seseorang.

https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/11/171500765/kesehatan-jiwa-dan-pemahaman-yang-kerap-keliru-soal-dokter-jiwa-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke