Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

#GejayanMemanggil dan #TurunkanJokowi Bukti Twitter Ampuh Serukan Aksi

Kompas.com - 24/09/2019, 16:57 WIB
Rosiana Haryanti,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi demonstrasi mahasiswa yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia mendapatkan perhatian masyarakat. Rencana adanya aksi ini digaungkan melalui berbagai media sosial.

Kampanye mahasiswa di Malang dan Yogyakarta Senin (23/9/2019) kemarin, contohnya. Mahasiswa yang menyerukan aksi mengundang massa dari lewat media sosial.

Seruan ini membesar dengan adanya tagar atau hashtag yang populer di platform Twitter selama sehari penuh. Setelah itu, ajakan tersebut kemudian membesar dan menjalar di platform media sosial lainnya, salah satunya #GejayanMemanggil.

Tak lama setelah itu, tagar tandingan juga muncul di Twitter #TurunkanJokowi. Dua tagar ini sempat ''bertarung'' di media sosial kemarin.

Menurut analis media sosial dan digital dari Universitas Islam Indonesia (UII) Ismail Fahmi, hal ini karena media sosial seperti Twitter bersifat terbuka. Ini artinya, para pengguna dapat dengan mudah membagikan sebuah pesan ke para pengikutnya dan terus berulang.

Baca juga: Muncul #GejayanBergerak, Pengamat Sebut Aksi Belum Berakhir

Jika sebuah unggahan dibagikan oleh ribuan orang, maka banyak orang yang akan mengetahui informasi tersebut.

Setelah populer di Twitter, lalu banyak akun yang akan menggaungkang hal serupa. Beberapa bahkan terang-terangan mengambil unggahan yang sebelumnya berasal dari Twitter.

Ismail berpendapat, media sosial ini berperan layaknya corong. Setelah suatu pesan atau kabar bergaung di Twitter, media sosial lain biasanya mengikuti.

Bahkan kini banyak pula media yang juga mengambil topik berita dari keramaian yang bermula di media yang didirikan oleh Jack Dorsey ini.

"Jadi Twitter ini semacam kanal yang didengar oleh semuanya," ucap Ismail menjawab Kompas.com, Senin (23/9/2019).

Spanduk bernada sarkastik tampil dalam aksi demonstrasi mahasiswa di Gedung DPRD Provinsi Lampung, Selasa (24/9/2019). Aksi mahasiswa menghasilkan 14 kesepakatan dengan DPRD setempat.KOMPAS.com/TRI PURNA JAYA Spanduk bernada sarkastik tampil dalam aksi demonstrasi mahasiswa di Gedung DPRD Provinsi Lampung, Selasa (24/9/2019). Aksi mahasiswa menghasilkan 14 kesepakatan dengan DPRD setempat.
Dia menambahkan, dibanding dengan media sosial lain seperti Facebook atau Instagram, para pengguna Twitter dimudahkan dengan berbagai fitur di platform ini. Menurut Ismail, fitur-fitur seperti Retweet dan Like, membuat penyampaian pesan menjadi lebih mudah.

Pengguna juga dimudahkan dengan adanya fitur tagar atau hashtag. Pendiri Drone Emprit ini melanjutkan, tagar dalam percakapan di media sosial digunakan untuk menyatukan obrolan-obrolan kecil nan pendek dari ribuan orang.

Fungsi fitur ini merupakan percakapan ribuan orang yang dirangkum dalam satu pesan. Fitur tagar ini lah yang kemudian mewakili suatu percakapan yang sedang hangat dibicarakan, sehingga orang lain bisa mengikuti percakapan mengenai satu topik tertentu.

Baca juga: #GejayanMemanggil dan Suara dari Gejayan...

"Sehingga ketika muncul di judul, berita muncul di headline dan sebagainya ikut menggunakan tagar itu. Dan itu mewakili semua percakapan yang ada," tutur Ismail.

Apalagi, lanjut Ismail, Twitter memudahkan penggunanya mengikuti suatu topik yang sedang berkembang dengan adanya fitur Explore yang menampilkan tren percakapan terkini. Dengan ini, para pengguna dapat bisa mendapatkan berita yang sedang hangat diperbincangkan.

Selain itu, penyampaian pesan biasanya juga lebih kuat jika disertai dengan gambar seperti meme serta video.

"Kalau lihat meme yang banyak di-share video banyak di-share. Yang bisa di-share paling banyak kan di Twitter. Kan jadi kelihatan kalau pesannya itu mudah sekali ditangkap," ujar dia.

Dengan kelebihan ini, Twitter biasanya digunakan untuk menggaungkan sebuah pesan hingga memanggil massa untuk melakukan aksi.

Setelah narasi dan undangan digaungkan via media sosial dan mendapatkan atensi dari masyarakat, maka gerakan ini bisa memanggil massa dalam jumlah besar.

Kemudian para penggerak aksi biasanya memiliki beberapa tagar atau seruan lain yang mengikuti tagar utama. Sehingga, lanjut Ismail, tagar awal ini menjadi satu gerakan untuk memunculkan aksi lanjutan lainnya.

"Meskipun kecil, lebih sedikit penggunanya, tapi sangat keras teriakannya," ucap Ismail.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com