Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih dari 5.000 Titik Api Masih Terdeteksi di Sumatera dan Kalimantan

Kompas.com - 11/09/2019, 15:55 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat masih adanya 5.062 titik api yang tersebar di sejumlah provinsi di Pulau Sumatera dan Kalimantan hingga Rabu (11/9/2019).

Perincian ribuan titik api tersebut tersebar di Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Stasusnya saat ini Siaga Darurat.

Data itu sebagaimana rilis yang diterima Kompas.com, Rabu (11/9/2019).

Dari semua provinsi yang masih mengalami karhutla itu, Kalimantan Tengah menjadi yang terparah dengan 1.220 titik panas. Disusul oleh Kalimantan Barat dengan 923 titik panas.

Adapun kebakaran yang terjadi di wilayah Jawa, semua sudah berhasil dipadamkan, antara lain kebakaran yang terjadi di Kawasan Gunung Ciremai, Kacapi, Merapi, Sumbing, dan Gunung Arjuno.

Upaya pemadaman api dan titik panas yang dilakukan oleh BNPB adalah dengan membuat bom air (water bombing) yang dilakukan dari ketinggian menggunakan helikopter.

Setidaknya, saat ini terdapat 37 kendaraan heli yang dioperasikan di seluruh Kawasan terbakar untuk membuat bom air (29 unit) dan melakukan patrol (8 unit).

Baca juga: Terpapar Kabut Asap Karhutla, Jam Belajar SMA di Sumsel Dimundurkan

Upaya pemadaman titik api dengan hujan buatan dan bom air terus dilanjutkan di wilayah Riau.KOMPAS/ SAHNAN RANGKUTI Upaya pemadaman titik api dengan hujan buatan dan bom air terus dilanjutkan di wilayah Riau.

Selain itu, BNPB juga menjalankan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan menciptakan hujan buatan dengan menabur sejumlah garam untuk menyemai awan hingga tercipta hujan.

TMC ini dilakukan untuk membantu proses pemadaman titik panas di provinsi Riau dan Sumatera Selatan dengan sedikitnya menggunakan 160.816 kilogram garam.

Ribuan personel gabungan juga disebar untuk menangani masalah yang hampir selalu terjadi di Indonesia saat memasuki puncak musim kemarau ini.

Jika melihat prakiraan cuaca, diperkirakan musim penghujan baru akan terjadi pada bulan-bulan Oktober atau November.

Jika musim penghujan telah terjadi, masalah kebakaran ini akan sangat cepat untuk teratasi.

Namun sembari menunggu dan meminimalisir meluasnya sebaran titik api, upaya-upaya pemadaman akan terus dilakukan.

Karena kebakaran hutan dan lahan seperti ini tidak hanya menyebabkan gundul dan gosongnya lahan-lahan, namun juga udara menjadi dipenuhi asap hingga mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat.

Baca juga: Warga Pekanbaru Dikepung Asap Karhutla hingga Sesak Napas

Peta sebaran titik panas di Indonesia per 11 September 2019Humas BNPB Peta sebaran titik panas di Indonesia per 11 September 2019
Sebelumnya, Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Agus Wibowo mengatakan pihaknya bersama dengan pemerintah daerah masih berupaya memadamkan karhutla yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.

"Untuk enam provinsi prioritas BNPB menerjunkan 9.072 personel untuk patroli, sosialisasi dan pemadaman darat, juga dikerahkan 37 pesawat untuk water bombing dan patroli," ujarnya seperti dalam rilis yang diterima Kompas.com, Minggu (8/9/2019).

Baca juga: Polri Sebut Total Tersangka Karhutla di Sumatera dan Kalimantan 175 Orang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Lolos ke Semifinal Piala Asia U23 2024, Indonesia Hentikan Rekor Korsel Lolos ke Olimpiade

Lolos ke Semifinal Piala Asia U23 2024, Indonesia Hentikan Rekor Korsel Lolos ke Olimpiade

Tren
6 Kelompok Orang yang Tidak Dianjurkan Mengonsumsi Kafein, Siapa Saja?

6 Kelompok Orang yang Tidak Dianjurkan Mengonsumsi Kafein, Siapa Saja?

Tren
Istri Bintang Emon Positif 'Narkoba' Usai Minum Obat Flu, Kok Bisa?

Istri Bintang Emon Positif "Narkoba" Usai Minum Obat Flu, Kok Bisa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com