KOMPAS.com - Kabar mengenai penghentian event Audisi Umum Beasiswa Bulu Tangkis yang diprakarsai PB Djarum menjadi perhatian banyak pihak.
PB Djarum memutuskan, audisi tahun 2019 ini menjadi audisi terakhir untuk mencari bibit-bibit pebulu tangkis Indonesia.
Keputusan itu disampaikan oleh Direktur Program Bakti Olahraga Djarum, Yoppy Rosiman saat konferensi pers di Hotel Aston Imperium, Sabtu (8/9/2019).
Dikutip dari laman PB Djarum, pembentukan PB Djarum sendiri dilatarbelakangi oleh kecintaan Budi Hartono, CEO PT DJarum pada olahraga bulu tangkis.
Selain itu, para karyawan PT Djarum juga gemar bermain dan berlatih olahraga yang sama.
Awalnya kegiatan itu hanya sebagai kegiatan penyalur hobi bagi para karyawan.
Namun, pada perjalanannya banyak pemain luar yang turut bergabung untuk bermain bulu tangkis.
Di tahun 1970, brak tempat karyawan melinting rokok yang berada di Jalan Bitingan Lama No. 35 Kudus digunakan sebagai tempat berlatih bulu tangkis ketika sore hari.
Baca juga: KPAI Izinkan Djarum Lanjutkan Audisi Bulu Tangkis Asalkan...
Mereka yang mengikuti latihan itu berada di bawah nama komunitas Kudus.
Dari kegemaran itu, lahirlah atlet muda berbakat seperti Liem Swie King.
Ia memiliki prestasi gemilang dengan menjuarai gelaran Piala Munadi di sektor ganda putra di tahun 1972.
Prestasi inilah yang kemudian menumbuhkan keinginan Budi Hartono untuk mengembangkan kegiatan komunitas Kudus menjadi organisasi PB Djarum.
Karenanya, di tahun 1974, PB Djarum Kudus diresmikan dan diketuai oleh Setyo Margono.
Prestasi demi prestasi mulai diukir oleh atlet PB Djarum Kudus.
Di tahun 1978, Liem Swie King menjadi pemain pertama PB Djarum yang menjuarai All England di sektor tunggal putra dan mempertahankannya di tahun berikutnya.