Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akankah TV Bernasib Sama dengan Koran dan Majalah?

Kompas.com - 24/08/2019, 07:13 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Heru Margianto

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Ada pernyataan terkenal dari filsuf dan pakar komunikasi Marshal McLuhan: "medium is the message." Ia menulis itu dalam bukunya Understanding Media: The Extensions of Man yang terbit tahun 1964.

Kalimat lawas itu terasa masih relevan hingga saat ini.

Dengan "medium is the message" McLuhan kira-kira ingin menyampaikan, yang mengubah masyarakat bukan hanya isi pesannya, tapi pertama-tama adalah medium pesannya.

Kehadiran televisi mengubah perilaku audiens. Di semua tempat ketika televisi mulai populer, ruang keluarga menjadi tempat sakral. Semua anggota keluarga berkumpul menonton televisi bersama.

Baca juga: Siapa Masih Menonton Televisi? Angkat Tangan!

Televisi juga kerap disebut menyebabkan obesitas. Para penikmat televisi banyak hanya duduk menghabiskan waktu di depan layar sambil ngemil.

Setelah era televisi, teknologi berkembang melahirkan internet sebagai medium baru. Yang mengubah perilaku masyarakat bukan hanya konten-konten di internet, tapi medium internetnya.

Hadirnya internet yang layanannya bisa dinikmati di layar ponsel membuat masyarakat meninggalkan media cetak. Perilaku konsumen informasi berubah. Di internet, beragam konten informasi bisa dinikmati gratis, bahkan bisa memilih mana yang ingin dinikmati.

Berdasarkan survei GlobalWebIndex dari 2014-2018 terhadap 391.130 responden di seluruh dunia, media cetak seperti koran dan majalah, rata-rata hanya dibaca 43 menit per hari. Padahal, media online dikonsumsi 6 jam 45 menit per hari.

Apakah Anda masih membaca surat kabar? Apakah anak Anda masih memegang surat kabar atau majalah?

Di Amerika Serikat, sirkulasi media cetak turun dari 60 juta di tahun 1994 menjadi hanya 35 juta di 2018, itu pun sudah ditambah sirkulasi digital.

Pada era kejayaan media cetak, yakni tahun 1990-an, ada lebih dari 6.000 perusahaan koran di Amerika Serikat. Kini, jumlahnya hanya sekitar 4.000 berdasarkan Biro Sensus.

Pekerjaan terkait redaksi turun hampir 40 persen dari 1994 ke 2014. Angknya terus merosot.

Selama lima tahun terakhir, majalah seperti Newsweek, Glamour, dan The Forward sudah berhenti terbit. Di Inggris, koran The Independent sudah tak terbit lagi.

Di Malaysia, koran Utusan Malaysia terakhir terbit pada 21 Agustus 2019 setelah 80 tahun eksis. Peristiwa ini tengah mengejutkan industri media di Malaysia. Pasalnya, Utusan Malaysia adalah koran tertua dengan oplah yang lumayan.

Di Indonesia, sejumlah media cetak harus pamit karena sirkulasi rendah dan tak mampu menopang operasional. Sinar Harapan sudah berhenti terbit. Begitu pula Jakarta Globe dan Koran Tempo Minggu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com