Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pertama dalam 1.250 Tahun, Jepang Izinkan Wanita Terlibat di Festival Pria Telanjang

KOMPAS.com - Kuil Konomiya di Jepang populer sebagai tuan rumah festival bernama Hadaka Matsuri atau yang lebih dikenal dengan sebutan "festival pria telanjang".

Telah digelar sejak 1.250 tahun lalu, Kuil Konomiya untuk pertama kalinya dalam sejarah mengizinkan wanita berpartisipasi pada Februari mendatang.

Dilansir dari First Post, Selasa (23/1/2024), keputusan tersebut pun menuai pujian dari kaum perempuan dan pakar gender yang menyebutnya sebagai kemajuan menuju kesetaraan.

Hadaka Matsuri, yang diadakan setiap Februari, merupakan festival untuk merayakan kelimpahan panen, kemakmuran, dan kesuburan.

Partisipasi perempuan dalam Festival Hadaka Matsuri

Festival Hadaka Matsuri meliputi acara inti yang mengharuskan para pria terlibat dalam bentrokan dengan kondisi hampir telanjang, hanya mengenakan cawat atau penutup kemaluan.

Nantinya, para pria tersebut berlomba-lomba menyentuh pria telanjang bulat yang dikenal sebagai "shin-otoko" atau "manusia dewa" untuk mendapatkan keberuntungan sepanjang tahun.

Selama festival, para pria setengah telanjang juga berusaha merebut salah satu dari dua shingi, tongkat kayu sepanjang 20 sentimeter yang dilemparkan seorang pendeta ke kerumunan.

Di antara 100 ikat ranting, tongkat-tongkat ini dilemparkan dengan tujuan memberikan tahun keberuntungan kepada individu beruntung yang berhasil menangkapnya.

Kendati demikian, perempuan yang terlibat masih dilarang untuk mengikuti acara ikonik festival di Kuil Konomiya, Inazawa, Prefektur Aichi, Jepang ini.

Dikutip dari Times of India, Rabu (24/1/2024), sekitar 40 perempuan setempat akan berkontribusi pada festival pria telanjang dalam ritual naoizasa.

Meski berpakaian lengkap, mereka akan membawa rumput bambu yang dibungkus kain ke halaman kuil.

Lantaran pandemi, persembahan rumput bambu tahun lalu oleh pria menggunakan format setengah telanjang dan berpakaian.

Sementara untuk edisi 2024 mendatang, kelompok wanita berencana mempersembahkan rumput bambu secara terpisah dari upacara pria.

Menjaga praktik budaya di tengah tantangan demografis

Ayaka Suzuki (36), wakil ketua kelompok perempuan yang mengadvokasi gerakan ini, mengaku telah lama ingin terlibat dalam festival.

"Saya bisa berpartisipasi jika saya seorang anak laki-laki!" terang Suzuki, mengingat masa kecilnya saat menyaksikan Hadaka Matsuri.

Saat terlibat nanti, Suzuki berencana berdoa untuk keselamatan keluarganya dan mereka yang terkena dampak gempa bumi di Semenanjung Noto baru-baru ini.

Di sisi lain, seorang instruktur dengan spesialisasi isu-isu perempuan dan gender, Sumie Kawakami, mengungkapkan keterkejutan dan kegembiraannya atas keputusan kuil.

Dia turut berharap langkah ini menandakan perubahan yang lebih luas terhadap partisipasi perempuan dalam semua aspek perayaan.

Pada 22 Februari mendatang, 10.000 peserta pun diperkirakan akan mengikuti festival yang dimulai pada pukul 15.20 waktu setempat tersebut.

Salah satu panitia penyelenggara, Mitsugu Katayama mengatakan, keputusan untuk melibatkan perempuan didorong oleh meningkatnya minat masyarakat.

Terutama, selama tiga tahun terakhir sejak 2020 akibat pembatasan dalam rangka pandemi Covid-19.

Bukan hanya dilihat sebagai tonggak sejarah budaya, ikutnya perempuan dalam festival ini juga sebagai respons terhadap tantangan demografis yang dihadapi masyarakat pedesaan untuk memastikan keberlanjutan praktik budaya.

Pasalnya, setiap tahun, masyarakat menghadapi krisis populasi akibat generasi muda yang bermigrasi ke kota untuk mencari pekerjaan.

Hal tersebut menyebabkan lokasi penyelenggaraan festival sebagian besar dihuni oleh orang tua dan orang lemah.

https://www.kompas.com/tren/read/2024/01/24/191500265/pertama-dalam-1.250-tahun-jepang-izinkan-wanita-terlibat-di-festival-pria

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke