Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Virus Zombi Purba Ditemukan di Arktik, Peneliti: Bisa Picu Pandemi Baru

KOMPAS.com - Peneliti menemukan virus zombi purba yang terjebak di lapisan es Arktik selama puluhan ribu tahun.

Virus yang dinamakan Methuselah tersebut membuat peneliti khawatir karena strain mikroba ini dikhawatirkan bisa memicu pandemi baru.

Profesor emeritus kedokteran dan genomik di Universitas Aix-Marseille, Jean-Michel Claverie, meminta agar umat manusia bersiap menghadapi kemunculan virus zombi purba.

Peneliti telah bekerja sama dengan University of Arctic untuk mengidentifikasi kasus penyakit yang disebabkan oleh virus zombi purba sebelum penyebarannya tidak terkendali.

"Bagian penting dari permafrost adalah bahwa ia dingin, gelap, dan minim oksigen yang sangat cocok untuk mengawetkan materi biologis," ujar Claverie, dikutip dari New York Post.

Kekhawatiran peneliti terhadap virus purba

Claverie mengatakan, ada kemungkinan virus yang berasal dari bagian Bumi utara menginfeksi manusia dan memicu wabah penyakit baru.

Kemungkinan tersebut didukung oleh ahli virus Marion Koopmans dari Erasmus Medical Center di Rotterdam, Belanda.

Ia menjelaskan bahwa pihaknya tidak mengetahui virus apa yang terjebak dalam lapisan es di Arktik.

Meski begitu, ada risiko bahwa ada virus yang mampu memicu wabah penyakit.

"Kita harus berasumsi bahwa hal seperti ini bisa saja terjadi," ujarnya, dikutip dari The Guardian.

Pada tahun 2014, Claverie memimpin sebuah tim ilmuwan yang mengisolasi virus hidup di Siberia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa virus tersebut masih dapat menginfeksi organisme sel tunggal walau telah terkubur dalam lapisan es selama ribuan tahun.

Penelitian lanjutan yang diterbitkan tahun lalu mengungkapkan adanya beberapa jenis virus yang berbeda dari tujuh lokasi berbeda di Siberia.

Virus-virus tersebut dapat menginfeksi sel yang dibiakkan, di mana salah satu sampel virus bahkan berusia 48.500 tahun.

"Virus yang kami isolasi hanya dapat menginfeksi amuba dan tidak menimbulkan risiko bagi manusia," ujar Claverie.

"Namun, bukan berarti virus-virus lain yang saat ini membeku di lapisan es tidak dapat memicu penyakit pada manusia. Kami telah mengidentifikasi jejak genom virus cacar dan virus herpes, yang merupakan patogen terkenal pada manusia, misalnya," tambahnya.

Potensi pencairan es dan penambangan

Kekhawatiran peneliti akan munculnya pandemi baru akibat virus zombi purba bersamaan dengan potensi mencairnya es di Arktik, terutama di Kanada, Siberia, dan Alaska.

Sebabnya, perubahan iklim memengaruhi bagian Bumi utara secara tidak proporsional.

Menurut para ahli meteorologi, wilayah tersebut memanas beberapa kali lebih cepat daripada tingkat rata-rata peningkatan pemanasan global.

"Bahaya datang dari dampak pemanasan global lainnya: hilangnya es laut Arktik. Hal ini memungkinkan peningkatan pelayaran, lalu lintas, dan pengembangan industri di Siberia," jelas Claverie.

"Operasi penambangan besar-besaran sedang direncanakan, dan akan membuat lubang besar di lapisan es yang dalam untuk mengekstraksi minyak dan bijih," sambungnya.

Claverie menerangkan, operasi tersebut berpotensi melepaskan patogen dalam jumlah besar di Arktik.

"Para penambang akan masuk dan menghirup virus-virus tersebut. Efeknya bisa menjadi bencana," tandas Claverie.

Para peneliti punya keyakinan bahwa lapisan es hingga tingkat terdalamnya mungkin mengandung virus yang berusia hingga satu juta tahun, sehingga jauh lebih tua daripada manusia yang diperkirakan muncul sekitar 300.000 tahun yang lalu.

Claverie menjelaskan, sistem kekebalan tubuh manusia mungkin tidak pernah bersentuhan dengan beberapa mikroba tersebut.

 

https://www.kompas.com/tren/read/2024/01/24/080000065/virus-zombi-purba-ditemukan-di-arktik-peneliti-bisa-picu-pandemi-baru

Terkini Lainnya

Kata PDI-P dan Golkar soal MA Ubah Batas Usia Calon Kepala Daerah

Kata PDI-P dan Golkar soal MA Ubah Batas Usia Calon Kepala Daerah

Tren
Mengenal Fenomena Planet yang Berbaris Sejajar, Apa Itu?

Mengenal Fenomena Planet yang Berbaris Sejajar, Apa Itu?

Tren
Ini Alasan Mengapa Perlu Memadankan NIK dengan NPWP Sebelum 1 Juli 2024

Ini Alasan Mengapa Perlu Memadankan NIK dengan NPWP Sebelum 1 Juli 2024

Tren
Baru Seminggu, Jaring Hitam Penghalang Pemandangan Gunung Fuji Banyak Dilubangi Wisatawan

Baru Seminggu, Jaring Hitam Penghalang Pemandangan Gunung Fuji Banyak Dilubangi Wisatawan

Tren
Menilik Program Mirip Tapera di China, Iuran Wajib, Dipotong dari Gaji Bulanan

Menilik Program Mirip Tapera di China, Iuran Wajib, Dipotong dari Gaji Bulanan

Tren
Perjalanan Tapera, Digulirkan Saat Era SBY dan Kini Dijalankan Jokowi

Perjalanan Tapera, Digulirkan Saat Era SBY dan Kini Dijalankan Jokowi

Tren
Donald Trump Dinyatakan Bersalah Menyuap Aktris Film Dewasa

Donald Trump Dinyatakan Bersalah Menyuap Aktris Film Dewasa

Tren
Kementerian ESDM Akui Elpiji 3 Kg Tidak Terisi Penuh, Ini Alasannya

Kementerian ESDM Akui Elpiji 3 Kg Tidak Terisi Penuh, Ini Alasannya

Tren
Buku Panduan Sastra Mengandung Kekerasan Seksual, Kemendikbud Ristek: Sudah Kami Tarik

Buku Panduan Sastra Mengandung Kekerasan Seksual, Kemendikbud Ristek: Sudah Kami Tarik

Tren
Adakah Manfaat Berhenti Minum Kopi?

Adakah Manfaat Berhenti Minum Kopi?

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 31 Mei-1 Juni 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 31 Mei-1 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Bayi Tertabrak Fortuner, Orangtua Bisa Dipidana? | Mahasiswa UM Palembang Diduga Plagiat Skripsi Lulusan Unsri

[POPULER TREN] Bayi Tertabrak Fortuner, Orangtua Bisa Dipidana? | Mahasiswa UM Palembang Diduga Plagiat Skripsi Lulusan Unsri

Tren
Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke