Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenang Tragedi Bhopal, Saat Ribuan Orang Tewas dalam Ledakan Pabrik Pestisida di India

KOMPAS.com - Hari ini, 39 tahun lalu, terjadi ledakan besar di sebuah pabrik pestisida Union Carbide yang berlokasi di Bhopal, India pada 3 Desember 1984.

Bhopal adalah sebuah kota di India yang berpenduduk hampir satu juta orang, sedangkan pabrik pestisida Union Carbide terletak di sebuah daerah miskin bernama Jai Prakash Nagar di kota tersebut.

Belakangan, beberapa pihak menduga bahwa tragedi ini disebabkan karena berbagai faktor, seperti peralatan yang sudah ketinggalan zaman, lemahnya manajemen, serta prosedur pemeliharaan dan keselamatan yang sangat tidak memadai.

Kronologi kejadian tragedi Bhopal

Pada 2 Desember 1984, sebanyak 100 orang yang bekerja pada shift lembur sedang pembuatan pestisida Sevin, dikutip dari History.

Dalam proses ini, petugas disebut sedang mencampuran karbon tetraklorida, metil isosianat (MIC), dan alfa-napthol.

Namun, 12 jam setelah pencampuran ketiga bahan itu, terjadi serangkaian kesalahan yang berujung pada bencana.

Ketika salah satu tangki bermasalah, nitrogen semestinya masuk untuk mengekstrak MIC. Akan tetapi, proses itu tidak berjalan dengan baik, sehingga baik MIC maupun nitrogen mengalami kebocoran.

Sekitar pukul 23.00, alat pengukur mulai menunjukkan tingkat tekanan yang berbahaya di dalam tangki. Tapi, para pekerja mengira bahwa instrumen tersebut tidak berfungsi.

Karenanya, mereka tidak mengambil tindakan apa pun untuk mengatasi masalah tersebut.

Pada pukul 23.30, para pekerja di sekitar tangki mengalami reaksi fisik terhadap kebocoran tersebut.

Shakil Qureshi, supervisor yang bertugas pada hari itu memutuskan untuk menunggu hingga istirahat minum teh dan memantau situasinya.

Sebelum istirahat selesai, keadaan justru semakin memburuk dan akhirnya ledakan besar terjadi di pabrik sekitar pukul 00.15 pada 3 Desember 1984.

Orang-orang yang tinggal di sekitar pabrik mengabaikan alarm peringatan, karena beranggapan tak ada masalah serius.

Apalagi, cuaca dingin di malam itu membuat orang-orang enggan untuk mengungsi, sehingga secara tidak langsung, warga menghirup gas beracun dari pabrik Union Carbide.

Dalam hitungan jam, jalan-jalan di Bhopal dipenuhi oleh mayat manusia dan bangkai kerbau, sapi, anjing, dan burung.

Dilansir dari National Center for Biotechnology Information (NCBI), sebanyak 3.800 orang diperkirakan meninggal di waktu yang sama. Sebagian besar besar korban merupakan warga miskin yang berdekatan dengan pabrik Union Carbide.

Dalam tragedi ini, 10.000 orang dilaporkan tewas akibat asap dari pabrik Union Carbide. Jumlah korban diperkirakan bertambah menjadi 15.000 hingga 20.000 orang pada 20 tahun berikutnya sebagai akibat dari keracunan gas jangka panjang.

NCBI melaporkan, ada beberapa efek yang dirasakan oleh korban setelah 6 bulan kejadian, termasuk penurunan fungsi paru-paru, keguguran, penurunan berat janin, mengalami kelainan kromosom, dan kekeruhan pada kornea mata.

Mirisnya, setelah kejadian tersebut, tidak ada satupun pejabat dari Union Carbide yang dihukum, meski ada bukti yang menunjukkan kelalaian dalam pengelolaan pabrik.

Korban masih mencari keadilan

Pada tahun 1989, Union Carbide setuju untuk membayar ganti rugi sebesar 470 juta dollar AS kepada korban bencana.

Namun, korban tidak diajak berunding dalam negosiasi tersebut. Tercatat, 9 dari 10 korban hanya menerima maksimal 500 dollar AS per orang.

Dalam perhitungannya, biaya yang diterima korban hanya cukup untuk mengganti biaya pengobatan selama 5 tahun saja.

Setelah kejadian, Union Carbide memutuskan untuk menutup tempat kejadian dan membiarkannya begitu saja.

Lokasi tragedi Bhopal tidak pernah dibersihkan sehingga tingkat racun terus bertambah dari waktu ke waktu.

Saat ini, lebih dari 150.000 orang masih menderita gangguan kesehatan yang menjadi efek jangka panjang dari kejadian tersebut.

Salah seorang penyintas tragedi Bhopal bernama Rashida Bi mengaku telah kehilangan lima orang anggota keluarganya karena kanker selama 30 tahun terakhir. Padahal, mereka semua berhasil lolos dari kejadian itu.

“Kita yang tidak lolos dari maut adalah orang-orang yang tidak beruntung. Yang beruntung adalah mereka yang meninggal pada malam itu,” ucap Rashida, dilansir dari The Guardian.

Kini, lebih dari 50.000 warga Bhopal tidak dapat bekerja karena luka yang mereka derita. Banyak di antara mereka menjadi sebatang kara karena tidak memiliki keluarga lagi.

Para korban pun masih memperjuangkan haknya hingga saat ini.

Pada tahun 2022, kasus tragedi Bhopal telah diajukan untuk disidangkan ke Mahkamah Agung India setelah 12 tahun permohonan diajukan.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/12/03/120000365/mengenang-tragedi-bhopal-saat-ribuan-orang-tewas-dalam-ledakan-pabrik

Terkini Lainnya

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke