Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tak Hanya Bau Mulut, Ini 5 Efek Samping Makan Bawang Merah

KOMPAS.com - Bawang merah atau Allium ascalonicum adalah salah satu bumbu dapur yang paling sering digunakan di Indonesia.

Sebagai bumbu dapur, irisan bawang merah biasa dicampur dengan bahan lain untuk menyedapkan masakan.

Masyarakat juga kerap mengolahnya menjadi bawang goreng, kemudian menaburkannya ke atas makanan sebagai sentuhan akhir sebelum disantap.

Selain mempersedap masakan Nusantara, bawang juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh.

Dilansir dari Eat This, sayuran dari genus Allium atau bawang ini merupakan bahan penyedap makanan yang bebas kalori.

Senyawa dalam bawang merah juga dapat membantu mencegah penumpukan lemak berlebih sekaligus menurunkan persentase lemak total tubuh.

Selain itu, bumbu dapur ini juga mengandung antioksidan dan senyawa antiinflamasi yang membantu mengurangi risiko penyakit jantung.

Pengurangan risiko tersebut di antaranya dengan menurunkan tekanan darah tinggi serta mencegah pembekuan darah.

Senyawa antioksidannya juga membantu melindungi sel dari kerusakan akibat paparan radikal bebas, yang dapat memicu penyakit kronis, seperti kanker dan diabetes.

Beberapa penelitian, seperti dikutip Healthline pun menunjukkan, senyawa organosulfur dalam bawang merah memiliki sifat antibakteri, antijamur, dan antivirus.

Oleh karenanya, dalam pengobatan tradisional, tanaman ini kerap dimanfaatkan untuk meredakan gejala pilek, demam, batuk, serta flu.

Lantas, apa saja efek samping bawang merah?

Efek samping bawang merah

Bawang merah adalah sayuran serbaguna yang digunakan dalam berbagai hidangan dan pengobatan tradisional.

Sayangnya, bawang juga berpotensi mengandung beberapa efek samping bagi tubuh, terutama jika dikonsumsi dalam jumlah banyak.

Berikut sejumlah efek samping bawang merah untuk tubuh:

1. Bau mulut

Salah satu efek samping yang paling sering dirasakan saat makan bawang merah terlalu banyak adalah bau mulut.

Dilansir dari Healthline, sama seperti jenis bawang lain, bawang merah sebenarnya mengandung berbagai senyawa belerang yang membawa banyak manfaat bagi kesehatan.

Namun, senyawa yang sama juga dapat menyebabkan bau mulut. Bahkan, bau akibat bawang merah ini dapat bertahan lama di mulut meski telah menyikat gigi.

Terlalu banyak mengonsumsi bawang merah dapat menyebabkan beberapa masalah pencernaan.

Efek samping bawang merah ini, terutama jika seseorang menderita sindrom iritasi usus besar atau irritable bowel syndrome (IBS).

Menurut Kementerian Kesehatan, IBS adalah gangguan pada usus besar dengan beberapa gejala umum, seperti sakit perut, kram, kembung, diare, ataupun sembelit.

Meski tidak dianggap sebagai penyebab, tetapi sejumlah makanan dapat menjadi pemicu gejala IBS.

Penderita IBS sendiri perlu menghindari makanan mengandung FODMAP, sekumpulan karbohidrat rantai pendek yang tidak dapat dicerna atau hanya diserap perlahan oleh usus kecil.

Meliputi oligosakarida, disakarida, monosakarida, serta poliol, asupan FODMAP tinggi dapat menyebabkan gejala sindrom iritasi usus besar.

Sementara itu, bawang-bawangan, seperti bawang merah, bawang putih, serta bawang bombai merupakan makanan dengan kandungan FODMAP tinggi.

3. Alergi

Efek samping mengonsumsi bawang merah selanjutnya adalah potensi alergi pada beberapa orang.

Alergi makanan terjadi saat sistem kekebalan tubuh bereaksi buruk terhadap protein dari makanan tertentu.

Respons imun ini dapat memengaruhi organ dan sistem organ, seperti kulit, usus, jantung, serta sistem pernapasan dan saraf.

Mirip bawang lain, bawang merah mengandung senyawa yang disebut diallyl disulfide dan lipid transfer protein.

Dua senyawa tersebut dapat menyebabkan beberapa gejala alergi, termasuk asma, pilek, hidung tersumbat, mata merah, mata dan hidung gatal, serta kulit ruam dan gatal.

Bagi penderita penyakit refluks gastroesofagus alias GERD, penting untuk mengurangi asupan bawang merah, baik makanan atau obat tradisional.

GERD adalah masalah kesehatan yang terjadi saat asam lambung mengalir naik ke kerongkongan, sehingga menyebabkan gejala mual.

Bawang merah dapat menurunkan otot sfingter esofagus yang berada di bagian bawah kerongkongan.

Otot ini berfungsi untuk menutup dan mencegah masuknya cairan asam lambung ke kerongkongan.

Oleh karenanya, kendor atau turunnya otot sfingter esofagus berpotensi menyebabkan penyakit asam lambung kambuh.

5. Interaksi obat

Bawang merah memiliki efek antikoagulan yang dapat membantu mencegah terjadinya pembekuan darah.

Meski tampak bermanfaat, efek ini dapat berbalik menjadi masalah jika dikonsumsi bersama dengan obat tertentu.

Beberapa penelitian melaporkan, bawang merah berpotensi mengganggu obat pengencer darah seperti warfarin, serta sedikit meningkatkan risiko pendarahan.

Namun, penelitian-penelitian tersebut tak menyebutkan jumlah bawang yang diperlukan untuk menimbulkan risiko kesehatan, sehingga masih memerlukan lebih banyak riset.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/10/31/063000165/tak-hanya-bau-mulut-ini-5-efek-samping-makan-bawang-merah

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke