Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Imbas Nonton Kartun, Anak 2,5 Tahun Naik Genteng Sendirian untuk Cari Ayam, Bagaimana Ceritanya?

KOMPAS.com - Unggahan rekaman video penyelamatan seorang anak kecil yang menaiki atap rumah sendirian untuk mencari ayam viral di media sosial.

Video berdurasi 1 menit 6 detik tersebut diunggah oleh akun TikTok @firsialda_, Senin (16/10/2023).

Tampak dalam video, anak laki-laki dengan baju cokelat dan celana merah berada di atas genteng sembari menangis.

Dua orang pria kemudian merangkak menuju anak tersebut, dan meraihnya ke dalam gendongan untuk diajak turun.

Saat diinterogasi, sang anak mengatakan bahwa di atas terdapat ayam, mirip situasi kartun yang sering dia tonton.

"Ternyata hal yang menurut kita sbg orangtua 'gak membahayakan' itu bisa jadi 'bahaya banget' buat pemikiran anak," tulis pengunggah.

Hingga Kamis (19/10/2023) sore, unggahan video tersebut telah dilihat lebih dari 6,8 juta kali, disukai 357.000 pengguna, dan diunggah ulang oleh lebih dari 35.800 warganet X.

Lantas, seperti apa kronologinya?

Kronologi anak naik ke atap untuk cari ayam

Saat dihubungi, pengunggah sekaligus ibunda dari anak dalam video, Firsi Alda Feligia menceritakan, kejadian itu berlangsung pada Minggu (15/10/2023) sekitar pukul 15.00 WIB.

Kala itu, Firsi dan keluarga tengah berkunjung ke rumah nenek Nathan, anak dalam video, yang terletak di Bandung, Jawa Barat.

Nathan yang baru berusia 2 tahun 6 bulan meminta izin untuk bermain bersama omnya, di kamar yang berada di lantai atas.

Sementara Firsi, suami, serta nenek Nathan tengah berbincang di sebuah kamar di lantai pertama.

"Posisi omnya itu lagi di kamarnya, aku nggak notice (memperhatikan) pintu menuju rooftop (atap) rumah itu terbuka, jadi posisi kamar omnya itu melewati dulu pintu menuju rooftop," kata Firsi kepada Kompas.com, Kamis (19/10/2023).

Dia sengaja tak mengantar sang anak ke omnya lantaran selama ini terbiasa seperti itu dan tidak ada masalah alias aman.

Biasanya, lanjut Firsi, pintu menuju atap rumah tempat untuk menjemur pakaian pun tidak pernah terbuka.

"Kayaknya anakku ini melihat akses menuju rooftop terbuka. Mungkin dia langsung ingat kalau di atas ada genteng, ada ayamnya seperti video yang sering dia tonton," ungkapnya.

Beberapa menit kemudian, Firsi memanggil-manggil anaknya, tetapi tak mendengar sahutan apa pun.

Dia dan keluarga pun mulai mencari keberadaan sang anak di semua ruangan di dalam rumah, tetapi tak kunjung ketemu.

Hingga saat menaiki tangga menuju atap, Firsi mendengar teriakan anaknya yang meminta tolong.

"Saya cuma mendengar tangisan, 'Mami help, mami help.' pikiran saya dia sudah jatuh ke bawah. Tapi setelah didengar-dengar lagi ternyata ada di atas genteng karena pandangannya tertutup jemuran," ujarnya.

Menurut Firsi, kejadian "menghilangnya" Nathan tak berlangsung lama, hanya sekitar 5 menit lebih mulai dari izin ke atas hingga ketemu.

"Karena emang secepat itu dia naik ke genteng," sambungnya.

Sementara itu, saat ditanya alasan menaiki genteng, Nathan hanya mengatakan, "Mau ketemu ayam karena ada ayam."

Ayam yang dimaksud merupakan sosok kartun ayam jago dalam lagu anak-anak bertajuk Bartolito, yang kerap berkokok di atas genteng.

Firsi mengungkapkan, screen time atau waktu untuk menatap layar perangkat pintar yang diterapkan pada Nathan sebenarnya hanya saat jam makan siang.

"Dan aku lihat dari tontonannya, dia lebih suka nonton tentang hewan-hewan. Soalnya papanya punya peternakan, mungkin dari situ dia lebih tertarik dan suka binatang banget kali ya," tambahnya.

Firsi pun mengaku bingung dengan jawaban sang anak lantaran akhir-akhir ini sudah jarang menonton seputar ayam maupun Bartolito.

Namun, menurutnya, kemungkinan pikiran Nathan menandai bahwa di atas genteng pasti terdapat ayam.

"Soalnya tiap jalan sama anakku kalau dia lihat rumah yang atapnya mirip di video, dia bilang, 'Mami itu di atas ada ayam loh'," kata Firsi.

"Sering banget aku bilang nggak ada, tapi mungkin dia lebih ke penasaran ingin mastiin sendiri di atas genteng itu ada ayam atau nggak," lanjutnya.

Terpisah, spesialis anak di Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, dr Aisya Fikritama mengatakan, anak-anak merupakan peniru yang paling baik.

"Mereka sangat mudah menyerap kata-kata atau perbuatan yang didengar dan dilihatnya, lalu kemudian ditirunya," ujar Aisya, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (18/10/2023).

Meski demikian, menurut Aisya, hal tersebut dapat menjadi berbahaya jika yang ditiru adalah sesuatu yang buruk.

Belum lagi, anak-anak cenderung belum memiliki kesadaran, sehingga tidak paham apa yang mereka tonton.

Oleh karena itu, saat mendampingi anak menonton televisi atau tayangan video, orangtua perlu meluruskan hal-hal yang dirasa tidak benar.

Misalnya, saat televisi menayangkan adegan berkelahi untuk membalas perbuatan temannya yang jahat.

"Harus dijelaskan bahwa sebetulnya ada cara lain yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah, tidak harus dengan berkelahi," kata dia.

Aisya melanjutkan, jika orangtua ingin melarang anak, sebaiknya juga harus disertai dengan alasan.

Sebab, larangan tanpa alasan biasanya justru memicu anak untuk semakin mendekati atau melakukan hal tersebut.

"Tapi sebaiknya jangan cuma melarang, anak juga perlu diberikan alternatif tontonan lain yang mendidik," terangnya.

Aisya menjelaskan, anak-anak terutama balita pada umumnya memiliki satu tokoh kartun yang menjadi idola.

Seorang anak bisa saja menganggap karakter fiksi tersebut begitu penting, hingga menirukan gaya atau perilakunya.

"Terlebih tokoh superhero yang sangat digemari anak laki-laki," kata dia.

Menurut Aisya, semua akan baik-baik saja jika tokoh kartun idola anak memiliki sifat ramah dan baik hati.

Namun, anak usia prasekolah cenderung mengagumi semua peran, baik yang disukai maupun tidak disukai.

Tak jarang, anak usia ini mungkin berpikir bahwa karakter atau peran itulah yang harus dia tiru.

"Orangtua bisa menjelaskan ke anak kalau dia bisa mengagumi si tokoh, tapi bukan berarti meniru perbuatannya yang tidak tepat," jelas Aisya.

Selain itu, penting pula mengajari anak untuk melakukan penilaian kritis tentang orang atau suatu karakter.

Tujuannya guna memberi pengertian bahwa tidak semua karakter harus dikagumi atau ditiru oleh anak.

Di sisi lain, terlalu sering menonton televisi pun berpotensi membawa dampak buruk pada anak-anak.

Aisya mengatakan, balita yang keseringan menonton televisi berpotensi memiliki masalah atensi di usia 7 tahun.

Pada bayi, terlalu banyak menonton televisi berdampak negatif pada perkembangan bahasa, kemampuan membaca, ingatan jangka pendek, sulit tidur, hingga sulit memperhatikan.

"Sebaiknya orangtua membatasi durasi anak menonton televisi jadi satu jam sehari, sebelum usia 18 bulan sampai 5 tahun," pungkasnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/10/20/080000465/imbas-nonton-kartun-anak-25-tahun-naik-genteng-sendirian-untuk-cari-ayam

Terkini Lainnya

Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Tren
Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Tren
Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Tren
Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke